26

109 11 38
                                    

"Ada apa? Aku memiliki pekerjaan penting yang.....",

"Apakah saat ini kau bersama dengan Tuan Muda Han?".

Changbin yang menyanggah perkataannya dengan intonasi kepanikkan membuat Minho mengalihkan fokusnya dari berkas di hadapannya.

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?" Tanyanya tidak mengerti.

"Kau tidak bersama dengannya?" Lagi, Changbin mengulangi perkataan yang sama.

"Tidak. Jisung berada di ruangannya. Ada apa?".

"Aku..... aku tidak yakin. Tetapi, sepertinya, Tu..... Tuan Muda Han di dalam masalah. Tuan muda Hwang.....".

Perkataan Changbin tidak dapat dilanjutkan saat Minho begitu saja menutup panggilan dan berlari keluar ruangan. Pemikirannya yang dengan cepat mengerti membuat pemuda Lee itu bergegas menuju ruangan sang Tuan.

Dan benar, ketakutan di dalam dirinya menjadi lebih besar saat pintu ruangan berukuran besar di depannya dalam keadaan terkunci.

...

Dengan segelas coklat panas di tangannya, Minho kembali melangkah memasuki ruangan kerja Jisung. Maniknya melihat pemuda Han itu tengah duduk di sofa masih dengan tubuh yang sedikit bergetar.

"Minumlah. Aku membuatnya untukmu".

Mendapatkan itu, Jisung memberikan senyuman tipis pada wajahnya. "Terimakasih" ucapnya.

Mengambil duduknya, mata pemuda Lee tidak bergerak sedikitpun dari mengamati pemuda yang berusia lebih muda darinya. Lagi, rasa sakit dan kesedihan hadir begitu saja memenuhi dirinya saat melihat bagaimana lemahnya pemuda yang ada di hadapannya saat ini.

"Jisung....." suara Minho yang memanggil menarik perhatiannya "apa kau tidak ingin memberitahu Nyonya Han mengenai ini?".

Mendengarnya, Minho menyadari adanya hentakan kecil pada tubuh di hadapannya. Menelan ludahnya, Jisung menjawab, "aku..... tidak bisa melakukannya" gugupnya.

Baiklah, meski sudah mengetahui jawaban yang seperti itu, tetap saja, pemuda Lee mendapatkan perasaan kesalnya.

"Tidak, Ji, kau harus memberitahu Nyonya Han!" Suara Minho meninggi "dirinya harus mengetahui bagaimana karakter dari Tuan Muda Hwang itu! Kau tidak bisa mengabaikannya!".

Pemuda Han mengerti jika Minho berkata benar dan mengkhawatirkannya. Hanya saja, untuk berbicara dengan sang Eomma bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kekerasan diri yang dimiliki sang Eomma selalu saja mengalahkannya bahkan sebelum berhadapan.

"Kau tahu..... jika aku tidak bisa melakukannya" jawabnya menyedihkan.

Menghela nafasnya yang terdengar berat, Minho memejamkan matanya sesaat untuk menetralkan kemarahan yang siap meluap dari dalam dirinya.

"Apa kau tetap akan menikah dengannya di tengah kepribadian lainnya?" Suaranya kembali berbicara "kepribadian itu membencimu, Ji. Dirinya akan terus menyakitimu".

Pemuda yang lebih muda diam, perkataan pemuda Lee mengacak pemikiran miliknya hingga suara jawaban tidak dapat dikeluarkan. Dapat Minho lihat jika pemuda di hadapannya kembali hanyut di dalam pemikirannya.

Tidak lama, saat suara ponsel milik Jisung mengusik pendengaran keduanya. Mengambil ponselnya, manik pemuda Han melihat sesaat pada Minho sebelum menjawab panggilan itu.

"Ch..... Chan?".

Raut wajah Minho terlihat bertanya saat nama itu didengar olehnya.

"Ten..... tentu. Aku..... tidak memiliki kesibukkan".

IAM YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang