4. Indah yang sebentar

30 10 1
                                    

SEBELUM LEBIH JAUH, SILAHKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN AUTHOR @sdtl_jhhhh SUPAYA KAMU MENDAPATKAN NOTIFIKASINYA!

TANDAI TYPO DAN KESALAHAN⚠️

SELAMAT MEMBACA 📖🎧🤍

**

4. Indah yang sebentar

"Layaknya senja, kau pergi membawa sebagian bahagia manusia. Datang dalam bentuk ketidak sengajaan, lalu pergi meninggalkan kegilaan pada seseorang yang sudah mencinta."

-Shaquila Anatasya

Setiap hal, bersifat sementara. Jika rasa 'ingin' itu dimiliki oleh mereka yang punya ego tinggi, maka ingin itu bukan sekedar dari memiliki, akan tetapi bagian dari menyakiti.

Pagi berjalan semestinya. Matahari yang tersenyum hangat kepada mereka yang melihat pun di jawab dengan sebuah senyuman manis. Tidak berharap banyak, karena matahari dan manusia sangat jauh. Percaya tidak percaya, Matahari itu melihat setiap orang yang menjawab sapaan dari sinarnya.

Jalanan raya kembali ramai setelah melewati hari weekend. Senin, menjadi awal dimana banyak nya orang yang mengeluh dengan setiap keadaan. Rasanya, Senin menurut sebagian orang itu sangat melelahkan.

Setelah melewati jalan ramai yang panjang, 3 pemuda memarkirkan motornya dengan sangat rapih. Memberi uang pada seseorang yang membantunya, tukang parkir.

"Waduh.., belum ada kembalian nya dek," Ucap bapak-bapak yang memakai seragam hitam.

Salah satu pemuda itu meraba saku seragamnya, lalu memberikan 2 lembar uang ungu. "Ini sedekah, Mang, namanya."

"Saya jadi ga enak, dek...," ringis tukang parkir dengan senyuman canggung.

"Gapapa, Mang. Simpen aja," Sahut pemuda yang memakai jaket. Menutupi seragam sekolahnya.

Setelah pemuda itu menyimpan helm nya, lalu dia pergi dengan tas gendong hitam yang senada dan cocok di tumbuh tingginya.

Anantara Magaskar, laki-laki yang memiliki tubuh tinggi, hidung mancung, bulu mata lentik, rahang yang keras, dan mata yang sedikit tajam.

Dia melangkah dengan kakinya yang panjang. Menyusuri koridor sekolah untuk sampai pada tujuan nya, yaitu kelas.

"Dia kenapa lempeng banget mukanya?" Tanya, Gahar. Teman dekat, Antara.

Baskara mengangkat kedua pundaknya. "I don't know," ujar nya.

Kedua teman, Anantara, mengikuti nya dari belakang. Mereka berbisik-bisik dengan tangan yang saling bertumpu pada bahu mereka. Tangan yang mereka lingkar pada bahu nya adalah suatu lingkaran, bahwa mereka tidak akan terpecah.

Anantara, berjalan, terus berjalan. Hampir sampai pada tujuan, dia terhenti di tengah jalan. "Whay?" Tanya, Baskara dan Gahar. Secara bersamaan.

"Bubarin, berisik." Ucap Antara. Ujung matanya bergerak, seperti mencari sesuatu. Tapi dia tidak menemukannya.

"Gua tau lu ketua, An. Males bet gua, mana jadi wakil," Keluh Baskara dengan memutar bola matanya malas.

Pemuda yang dia sebut sebagai ketua itu tidak menghiraukan jawaban temannya. Dia langsung pergi, menuju kelasnya. Sementara Gahar, dan Baskara. Mereka membubarkan adu mulut para wanita yang ada di dalam kelas.

**

"AURORA!"

"ANA!"

Kedua sahabat yang bertemu di lorong itu saling berteriak, bertegur sapa. Berlari kecil lalu berpelukan. Shaka bergidik ngeri. Kedua wanita itu tidak menghiraukan, Shaka, sebagai kakak tingkatnya. Ana, pun. Tidak peduli.

Malam bersama rintiknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang