P R O L O G

86 25 9
                                    

HAI?? INI CERITA KEDUA SAYA DISINI YA.

SEBELUM LEBIH JAUH, SILAHKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN AUTHOR @sdtl_jhhhh SUPAYA KAMU MENDAPATKAN NOTIFIKASINYA!

TANDAI TYPO DAN KESALAHAN⚠️

SELAMAT MEMBACA🤍

**

Seorang gadis yang tengah tertidur pulas sedikit menggeliat. Pancaran matahari mengusik ketenangan dalam tidurnya, lalu dia menarik selimut Doraemonnya itu untuk menutupi sebagian wajahnya. Tidak berselang lama, pintu kamar sang gadis terbuka, dan menunjukkan seseorang yang berdiri di ambang pintu dengan tangan yang bersedekap dada.

Seseorang itu membuka selimutnya dengan kasar. "Apa kamu sudah tidak ingin hidup, nona?!" Tanya nya, lalu memakai lipstik yang tersimpan rapih di rak make up sang pemilik kamar.

Sang pemilik kamar-pun duduk diatas kasur dengan mengucek kedua matanya. Rambut yang berantakan, juga wajah bantalnya, terlihat seperti bukan anak remaja pada umumnya. "Apalah!" Ujarnya dengan ketus.

Sang kakak kembali menyimpan lipstik yang sudah ia kenakan. Terlihat sangat berbeda ketika lipstik yang berwarna brown itu ia pakai pada bibir kecilnya.

"Ana, cepatlah turun!" Seru seseorang dibawah sana.

"Mampus... Lo bakal kena omel hahaha," ejek sang kakak.

Ana, Shaquila Anatasya.  Wanita yang memiliki rambut lurus, kulit putih, bulu mata lentik, dan hidung yang sedikit mancung. Dengan tubuh yang  tinggi menjadikannya lebih cantik dari apa yang dibayangkan. dia kerap sekali di panggil dengan sebutan 'Shamoy' dalam artian, 'Shasya gemoy'.

"MAMAH, ANA MAU MANDI DULUU!" Seru anak itu dengan terbirit-birit masuk kedalam kamar mandi.

Harsa Putri Hanifa, saudara ke 2 dari 4 bersaudara. Harsa yang melihat kelakuan adiknya sedikit terkejut, tidak percaya.

Dengan kesungguhan hatinya, dia turun kebawah dengan tas yang ia bawa. "Tumben udah siap?" Tanya sang ibu dengan menyajikan nasi pada setiap piring yang akan digunakan.

Harsa mengangguk, "Mau lamaran mah," jawabnya. Sang ibu yang mendengar penuturan demikian tidak jadi duduk. "Siapa yang mau lamar Lo, mbak?" Sahut Adiknya, Nadya Anindya.  Anak ke-3 yang memiliki sifat seperti anak spesial.

Harsa tersenyum kecut, "Lamar kerja, bukan lamaran lamaran yang kamu maksud."

"Shaka kemana? Tumben belum ikut ngumpul?" Tanya Anin, mengalihkan pembicaraan.

"Kangen lo sama gue?" Ujar seseorang yang baru datang lalu mengambil posisi untuk sarapan. Sang ibu yang melihat kebersamaan ini mengulas senyuman manis. "Ana masih mandi?"tanyanya dengan menyendok nasi untuk putri bungsunya itu.

"Harus banget di ambilin gitu nasinya, mah? Kek ga punya tangan aja," Ketus Anin yang tidak suka.

"Haha lawak bet lo Nin, nasi lo di ambilin siapa anjir!" Ujar Shaka tertawa, mengingat ibunya yang menyodokan nasi juga lauknya untuk Anin, sang kakak.

"Anak kicik gusah ikut campur orang dewasa," Jawab anin yang tidak terima tersudutkan. "Mangkanya, kalau mau ngomong tuh ngaca!" Jawab Shaka tegas, serius.

"Ambil piring kalian, disini tempat makan. Bukan ajang adu mulut! Kalau kalian ga diam sana pergi ke kamar masing-masing!"

"Anin duluan, mah." Sahut Shaka, membela dirinya.

Anin yang lagi-lagi tidak terima, ikut menyahut. "Shaka duluan,"

"Bawa piring kalian, makan di kamar masing-masing!" Tegur lagi sang ibu, yang tidak mau terbantah. Bagaimana tidak di tegur? Mereka adu mulut disaat matahari baru saja terbit! Sangat menjengkelkan, bukan?!

Shaka dan Anin membawa piringnya masing-masing dan kembali ke kamarnya. Ana yang baru saja datang tidak tahu menahu, berniat untuk bertanya. "Mereka kenapa mah? Gelut lagi?"

"Duduk diam dan makan. Atau mau ikut mereka makan di kamar masing-masing?" Tanya sang ibu, dengan tatapan siluetnya mampu membuat keberanian Ana menciut.

"Iya mah.. iya.." gumam kedua putrinya, Harsa dan Ana.

Mereka ber-3 memulai sarapan tanpa bicara, hanya ada dentingan sendok yang beradu dengan piring.

Setelah semuanya selesai, Harsa dan Ana ikut membereskan meja makan. Ana mencuci piring, dan Harsa yang izin lebih dulu untuk berangkat melamar kerja, membuat suasana rumah menjadi sedikit sepi.

Tidak ada kakak yang mengoceh untuk membereskan kamar, menyapu lantai, mencuci piring, mencuci baju, dan lain-lain.

Anin keluar kamar dengan piring kotornya, juga gelas yang ia bawa. Lalu menyodorkannya pada Ana yang baru saja selesai mencuci. "Mau kemana Lo?" Tanya Anin yang melihat pergerakan Ana, seperti ingin pergi, terburu-buru.

"Lo cuci aja sendiri, sekalian punya Shaka ya. Gue buru-buru banget inimah suwer," Ujar Ana yang sudah mengerti sifat Anin, kakaknya.

"Gunanya adik apa? Lo nurut kek sesekali sama kakak Lo, hargain gue yang lebih tua dari lo nyet!" Tukas Anin, mulai kasar.

Ana yang sudah muak tidak ambil pusing menghadapinya, dia berniat pergi. Sebelum~

"LO TULI, HAH?!" Aksi Anin yang begitu cepat tidak bisa Ana lawan. Anin menjewer telinganya dengan tangan kiri, lalu Ana yang tidak mau kalah membalas aksi kakaknya.

"Lo ngebacot seolah-olah Lo paling berkuasa! Lepasin bego, telinga gue sakit!"

Ana yang tidak melihat pergerakan apapun dari kakaknya terpaksa melakukan hal bodoh. "LEPASIN MONYET!" Sargah Ana memberontak, lalu dengan kesadaran penuh dia mendorong bahu Anin sampai terjatuh kelantai.

Dengan begitu, Ana bisa pergi lebih cepat dari hadapan kakaknya, Anin.

"Shak, gue keluar dulu ya. Kalau mamah nanyain bilangnya ada perlu di luar," Ucap ana, memberitahu Shaka.

Shaka yang notabenenya masa bodo, hanya mengangkat kedua bahunya dengan mengambilnya segelas air minum.

"Mamah kemana emangnya?" Tanya Shaka.

Ana yang tengah memakai sepatunya itu menyahut, "Ke pasar sih katanya,"

"Dah ah, gue berangkat dulu! WOPYU SAYANG!" Ucap ana, menaikan nada tinggi di akhir kalimat.

Shaka yang jarang-jarang melihat Ana seperti ini mengelus dadanya, "Adik gue kenapa tuhan.." Gumamnya dengan ekspresi shock.

"Adik Lo kesambet tunggu kiris," Sahut seseorang.

Membosankan, Shaka harus melayani kakaknya yang berbeda lagi! Sangat memuakan.

"Lu kesambet Kunti merah,"

Shaka dengan kekesalannya.

"Adik biadab!" Tukas Anin.

How about the prologue??
1 vote sangat berguna
1 komen sangat bermanfaat

3 komen "NEXT" disini →

***

Follow Instagram
@sdtl_jijah

Follow tiktok aku juga ya!!
@sdtl_jijah

See you Next chapter....

Malam bersama rintiknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang