8. Menjaga orang lain

16 3 0
                                    

Haiiii aku kembali lagi di Jum'at pagi😻🌷
Senang sekalii bisa kembali melanjutkan cerita kedua ini. Semoga kalian sukaaa yaaaa🤍
Jangan lupa, sebelum membaca chapter ini, kalian pasti punya pendapat kann. Nah, untuk pendapatnya boleh di tuangin di komentar ya. Oh iya, jangan lupa, komen sama vote-nya di berikan yaaa🤩🤏🏻. Terima kasihhhh semuaa🩶🩶

SEBELUM LEBIH JAUH, SILAHKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN AUTHOR @sdtl_jhhhh SUPAYA KAMU MENDAPATKAN NOTIFIKASINYA!

TANDAI TYPO DAN KESALAHAN⚠️

SELAMAT MEMBACA 📖🎧🤍

8. Menjaga orang lain

"Di dunia ini, akhir yang bahagia tidak pernah benar-benar ada, kita hanya menyambut luka dari perpisahan yang tertunda."

—Anantara Magaskar





Kehidupan, kematian, keadilan, kesengsaraan, kekayaan, dan Kemiskinan. Semua sudah tercatat oleh pembuat skenario yang sesungguhnya.

Kehidupan, tidak semua yang hidup akan abadi, tidak semua yang hidup akan selamanya berbahagia. Aneh, jika terdapat kehidupan namun tidak ada kematian (?).

Keadilan yang harusnya di berikan pada setiap korban, jaman sekarang tidak lagi seperti itu. Karena keadilan hanya milik mereka yang memiliki banyak uang. Begitupun kesengsaraan. "Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin" Sepenggal Dari lagu Bapak Hj Roma irama.

Saat ini, wanita paruh baya sedang meminta keadilan pada dunia. Berteriak di tengah-tengah kerumunan manusia, sehingga menjadi tontonan bagi orang-orang yang melihat. "Dengarkan! Siapapun kalian, setinggi apapun jabatan kalian, dan sebesar apapun nama kalian, saya tidak peduli!" Sentaknya.

Kerumunan ibu-ibu dan sejumlah Anak muda tengah memberikan pendapatnya masing-masing dengan berbisik-bisik. "Ada apa dengan nenek tua itu?"

"Kenapa dia?"

"Mungkin dia salah satu pasien yang kabur dari RSJ,"

Nenek yang memakai kebaya tersebut tersenyum getir. Sangat menyakitkan. "Iya, saya orang gila yang meminta keadilan pada bangsa untuk cucu saya!" Teriak si Nenek. "Bangsa ini semakin kaya, tapi bangsa ini juga semakin buta! Membiarkan seorang anak remaja yang di bawah umur di lecehkan begitu saja dengan keji! Di mana keadilan berada! Di mana!" Teriaknya lagi dengan sangat marah.

Perlahan namun pasti. Air mata itu luruh, menyakitkan. Dengan bergetar, Nenek itu kembali berlirih. "Tolong cucu saya.. dia merenggang nyawa atas perbuatan keji manusia biadab..,"

"Tolong..,"

"Nek, Saya akan membantu Anda." Ucap seseorang. Dia memegang bahu milik sang Nenek yang bergetar.

Terisak, menangis, sangat menyesakkan. "Anak muda.. Tolong bantu saya membayar biaya Rumah sakit cucu saya.."

Pria berjas hitam dengan perawakan yang sangat gagah sedikit membungkuk lalu tersenyum hangat dan mengangguk mengiyakan. "Baiklah, sekarang Nenek bangun dan tunjukan Rumah sakit itu kepada saya,"

Dengan bantuan dari Pria yang Nenek itu tidak kenali ia berdiri dan di bawa masuk ke dalam mobil Lamborghini. "Rumah sakit Candra Kirana," beri tahu sang Nenek dengan mendongak.

"Baik, sekarang kita kesana."

**
"Pah, Ayo pulang. Mamah sudah kembali,"

"Papah sedang di Rumah sakit perbatasan, suruh pergi saja wanita jalang itu, nak." Perintah Laki-laki bertubuh kekar. Perlahan, laki-laki itu membuka jam tangan yang bertengger kuat di lengan kanannya. "PAH?! DIA ISTRI PAPAH!" Teriak di ujung sana dengan marah.

Malam bersama rintiknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang