5. Kota pensiunan

37 11 2
                                    

Nusantara baru
Masyarakat maju🇲🇨💪🏻
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-79

SEBELUM LEBIH JAUH, SILAHKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN AUTHOR @sdtl_jhhhh SUPAYA KAMU MENDAPATKAN NOTIFIKASINYA!

TANDAI TYPO DAN KESALAHAN⚠️

SELAMAT MEMBACA 📖🎧🤍

**

5. Kota pensiunan

"Aku sudah terlalu jauh masuk ke dalam aksara yang ku buat sendiri, menciptakan kebahagiaan tiada henti, seolah lupa itu hanyalah dunia ilusi, yang tidak akan pernah menjadi nyata. Aku di buat terlena pada aksara, saat hirap yang tersisa hanyalah lara, dan sialnya aku sendiri yang menciptakannya."

Lama sekali menunggu bel istirahat pertama. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 09.50. Perut mereka rasanya sudah sangat keroncongan meminta untuk di isi oleh sang pemilik jiwa. Matematika yang di pelajari di jam ke-2 sangat membosankan bagi seorang wanita yang duduk di belakang, sangat di pojok.

Seorang guru yang sibuk menjelaskan, sedangkan, Ana, malah bersandar pada dinding dengan mata yang tertutup. Aurora, sudah sangat berusaha untuk membangunkan sahabatnya. Tapi, kali ini dia merasakan bagaimana usahanya yang tidak membuahkan hasil.

Wanita paruh baya itu mendekati meja belakang. Aurora, sudah merasakan panas dingin. Dia sangat membenci mata pelajaran Bu Diah, yaitu matematika.

"E-eh ibu mau kemana ibu?" Tanya, Aurora.

Bu Diah terus berjalan tidak menghiraukan pertanyaan dari, Aurora Amayra. "Dia temanmu, Aurora?" Tanya Bu Diah.

Aurora mengangguk. "I-iya ibu.." ringisnya dengan senyum yang di paksakan.

"Kenapa tidak di bangunkan?"

"Liat temen-temen kamu yang selalu semangat ngikutin mapel ibu. Setiap mapel ibu, pasti teman kamu itu ngorok!"

"Bangunkan sekarang! Malah ikut diam kamu ini!" Tambahnya lagi dengan bersedekap dada.

Ke galakan wanita paruh baya ini memang sangat di segani bagi kalangan Hawa maupun Adam. Tatapannya sangat tajam, setajam siluet mybe (?).

"An.. bangun deh, An.." Pinta, Aurora. Dia mencoba membangunkan, Ana, sebisanya. Tapi, tetap saja tidak bangun.

Bu Diah maju dua langkah untuk bisa lebih dekat dengan, Ana. Dia menepuk-nepuk pipi kanan dan kiri wanita itu. "Ana," panggil Bu Diah.

"Ana,"

"Anaa," panggil-nya lagi, sedikit menekan tangannya pada bagian lesung pipi wanita itu.

Kesabaran manusia tidak ada yang pernah tau akan sampai kapan lalu berhenti sampai mana. "SHAQUILA ANATASYA!!" Teriak Bu Diah dengan sangat keras.

"HAH?! IYA INI BERES-BERES DULU, RA! TUNGGUIN GUA!"

Sontak, teriakan Bu Diah, Ana, membalasnya tepat di depan wajah guru pengajar-nya. Aurora menunduk. Menahan malu. Rasanya, setiap yang ada dalam tubuh, Aurora, lepas begitu saja sangking malu-nya.

"Ana, kamu saya tunggu di ruang BK. Jika tidak datang, orang tua kamu saya panggil."

"Lahh.. ibu, kenapa saya harus ke ruang BK segala Bu. Saya kan tidak salah," ujarnya, lalu kembali duduk.

Aurora mengambil alih situasi, Ana. Dia menyela ucapan sahabat-nya agar masalah ini tidak di perpanjang. "I-iya ibu. nanti, Ana, saya antar ke ruang BK ya ibu.. hehe..." Aurora menyuruh, Ana, untuk kembali duduk di tempatnya.

Malam bersama rintiknya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang