60. Way

2.4K 549 155
                                    

Hari ketujuh. Semua masih tetap sama. Begitu pun dengan Jisoo. Dia tak pernah pergi dari sisi Lisa dalam waktu yang lama. Mungkin ia hanya pamit untuk sekedar membersihkan diri atau makan.

Bukan tanpa alasan Jisoo melakukan itu. Dia mendengar cerita dari Hyunjin, jika hal yang disebut Lisa terakhir kali adalah namanya.

Jisoo beranggapan jika Lisa menginginkan kehadirannya. Ia tak mau Lisa mencarinya lagi. Ia akan ada disana ketika adiknya membuka mata.

"Jisoo-ya," panggilan itu membuat Jisoo tersentak kaget.

Awalnya dia sedang memperhatikan seorang perawat yang tengah membersihkan tenggorokan Lisa dengan suction. Dia merasa sangat tidak rela karena pasti Lisa kesakitan.

Jisoo tentu tahu bagaimana rasanya. Dia pernah dipasang alat itu dua kali. Dia paham betapa buruknya ketika pembersihan itu dilakukan.

Karena tahu rasanya, Jisoo merasa tersakiti karena Lisa harus mengalami itu. Tapi mau bagaimana lagi? Adiknya tidak sanggup bernapas sendiri sekarang. Dia harus bergantung dengan alat itu sementara waktu.

"Pulanglah, Nak. Istirahat sejenak di rumah." Minki berujar pada anak sulungnya.

Mungkin jika Jisoo memiliki fisik yang sehat seperti Jennie dan Chaeyoung, Minki akan membiarkan Jisoo berada di dekat Lisa selama apa pun. Tapi anak sulungnya itu berbeda.

"Bagaimana jika dia bangun dan aku aku tidak ada disisinya?" Minki tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

Dia maupun Hyunjin sangat tahu bahwa di detik terakhir kesadarannya, Lisa pasti memiliki banyak pemikiran tentang Jisoo di kepalanya. Hingga hanya nama itu yang mampu ia sebut.

"Aku hanya ingin terus berada disisinya semampuku. Aku hanya ingin menjadi kakak yang dia butuhkan saat ini." Jisoo sepertinya cukup marah karena beberapa orang tengah meremehkannya.

"Bisakah Appa keluar? Aku akan membersihkan tubuh Lisa."

Suasana hati Jisoo mulai tidak baik. Jika Minki terus memaksa Jisoo, pasti anaknya itu akan lebih marah. Maka dia memilih undur diri dan keluar dari ruangan itu. Tapi dia akan kembali saat suasana hati sudah lebih baik.

"Tak ada yang bisa menghalangi Unnie untuk terus berada disisimu. Jadi Lisa tenang saja, eoh?" Jisoo mengusap wajah Lisa dengan lembut.

Seperti hari-hari sebelumnya, Jisoo memulai kegiatan paginya dengan membersihkan tubuh Lisa dibantu oleh seorang perawat. Mulai dari membasuh tubuh adiknya, menggantikan diapers adiknya, serta mengenakan piyama di tubuh adiknya Jisoo melakukan itu dengan sangat baik.

Terakhir, dia memakaikan kaos kaki untuk Lisa karena udara di luar seakan menembus ke dalam ruangan. Membuat semua orang kedinginan karena hari ini salju masih turun.

Baru saja dia berhasil memakaikan kaos kaki untuk Lisa, tubuh itu mendadak gemetar karena Jisoo merasa napasnya tiba-tiba tercekat.

Dia berusaha menelan salivanya susah payah dengan tangan meraba setiap saku di pakaiannya. Berniat meraih inhaler agar dia bisa bernapas dengan baik kembali.

Namun belum sempat dia menggunakan benda itu, Jisoo sudah terjatuh ke lantai dengan wajah memerah. Dia benar-benar tak bisa menghembuskan napasnya sama sekali.

"Nona Jisoo!" Suara teriakan perawat yang semula sedang memberikan Lisa obat terekam baik di telinga Jisoo. Sampai akhirnya dia benar-benar hilang kesadaran.

..........

"Lisa akan menertawakanmu jika ada disini sekarang." Jennie menggerutu pada Chaeyoung yang sedari tadi tak berhenti untuk tersenyum lebar.

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang