64. Rainbow

2.4K 543 192
                                    

Jisoonie, selamat hari natal!

Bukankah ini pertama kalinya kau merayakannya bersama kami? Apakah terasa hangat? Apakah kau menyukainya?

Aku memberikanmu sebuah gantungan kunci berbentuk kelinci. Apakah kau suka? Kau pernah bilang jika menyukai kelinci kan?

Unnie, apa kau tahu? Sejak kecil, aku begitu merindukanmu. Aku sangat suka memandangi fotomu. Bahkan, aku harus bertengkar dengan Eomma agar bisa memiliki fotomu ketika bayi.

Saat kau pulang, rasa bahagiaku sampai tidak terhingga. Penantian panjangku akhirnya terbayarkan. Keinginanku yang semula hanya berusaha menunggumu kini berubah. Aku... Begitu ingin memiliki banyak kenangan bersamamu.

Apa kau memiliki keinginan yang sama denganku? Jika begitu, bukankah kita harus berjuang lebih keras?

Unnie, demi janji-janji yang sudah kita ucapkan. Tidak bisakah kau mengorbankan sedikit waktu kita? Kehilangan sebentar bukankah lebih baik dibandingkan perpisahan selamanya?

Aku akan menahan rasa rindu yang menyiksa ini agar kita bisa bersama dalam waktu lebih lama. Kau juga, mau kah melakukan itu?

Ketika saatnya tiba. Mari bergandengan tangan pulang ke rumah? Aku memang tidak bisa menjanjikan banyak hal. Tapi aku bisa memastikan, saat hari itu tiba kita akan berbahagia.

Aku menunggumu terlalu lama, bukan untuk melihatmu merasakan sakit. Begitu pula denganmu, kan? Aku hanya ingin, kelak kita bahagia tanpa rasa sakit. Bisakah kita melakukannya bersama?

Lisa sepertinya tidak menyerah untuk membuat Jisoo pergi melakukan pengobatan. Tapi kali ini, mengapa perasaan Jisoo berbeda? Mengapa ia merasa setuju dengan Lisa?

Mereka sudah terlalu banyak merasakan sakit. Mereka juga sudah terlalu merepotkan orang lain. Jisoo tidak bisa mengelak tentang hal itu.

Bukan memberikan kebahagiaan, justru Jisoo hanya terus membagi rasa sakitnya pada keluarga itu. Jika terus begini, bagaimana Jisoo bisa memposisikan dirinya menjadi anak sulung yang baik?

Masih banyak hal yang belum ia lakukan. Menjaga adik-adiknya, membanggakan kedua orang tuanya, serta berbagia bersama mereka tanpa rasa takut.

Lisa benar. Percuma jika mereka tertawa namun memendam rasa sakit yang kemudian akan menjadi petaka. Jisoo pun memiliki keinginan yang sama dengan Lisa. Dia ingin bahagia tanpa merasa kesakitan.

Jisoo tidak bisa egois. Kehidupan ini bukan hanya tentang dirinya yang sangat menyayangi Lisa dan tidak ingin pergi dari sisi sang adik. Seharusnya, Jisoo sadar hal ini sejak awal. Dia sudah menyakiti terlalu banyak orang.

"Unnie, ayo pergi sekarang. Kau sudah siap?" Jennie membuka pintu kamar kakaknya. Berniat mengajak Jisoo untuk pergi menemui Lisa.

Memgangguk pelan, Jisoo memasukkan surat itu ke dalam laci mejanya. Lalu keluar bersama Jennie yang sangat penasaran, mengapa setelah membaca surat Lisa justru Jisoo menunjukkan raut wajah datarnya.

Padahal semula kakaknya sangat ceria. Apakah isi surat itu menyakiti Jisoo? Ah, Jennie sangat penasaran. Tapi dia tidak bisa bertanya sekarang karena takut semakin memperburuk suasana hati Jisoo.

Setelah melakukan perjalanan selama 20 menit, ketiganya sampai di rumah sakit. Mereka langsung menuju ruang perawatan Lisa dengan Chaeyoung yang berjalan sangat riang.

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang