65. The Last Wound

4.7K 572 239
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul 6 sore ketika Hyunjin dan Jisoo sampai di sebuah apartement yang sengaja Minki siapkan untuk anak serta istrinya tinggal.

Apartement itu mewah. Tapi Jisoo merasa kosong. Gadis itu seakan baru saja kehilangan sesuatu. Namun dia tak tahu apa itu.

Ketika Hyunjin mulai sibuk berada di dapur, Jisoo memilih pergi untuk membersihkan diri. Rencananya mereka akan pergi ke rumah sakit besok siang. Dan malam ini dia akan menggunakan waktu untuk beristirahat.

Setelah selesai, Jisoo masih tidak mendapati ibunya di kamar. Saat menuju dapur, Jisoo masih melihat ibunya disana.

Berjalan mendekat, Jisoo memeluk ibunya dari belakang. Hyunjin yang menerima perlakuan manis dari Jisoo itu tentu tak bisa menahan senyumannya. Tidak pernah Jisoo melakukan itu pada Hyunjin sebelumnya.

"Eomma, aku menyayangimu." Perkataan Jisoo itu semakin membuat perasaan Hyunjin meledak seperti kembang api.

"Aku sangat menyayangimu." Jisoo kembali mengatakannya.

"Eomma juga menyayangi Jisoo. Sangat sangat menyayangi Jisoo." Hyunjin memutar tubuhnya, lalu memberikan kecupan singkat di binir anak sulungnya.

Jisoo seakan tak mau melepaskan dekapan ibunya. Dia kembali memeluk Hyunjin, dan ibunya mulai membalas dengan tangan mengusap kepala Jisoo penuh sayang.

"Terima kasih sudah menunggu kepulanganku sangat lama. Aku... Sangat bersyukur dilahirkan dari rahimmu. Kau adalah ibu terbaik sepanjang masa. Walaupun singkat, aku sangat mensyukuri waktuku bersamamu." Tidak pernah sebelumnya Jisoo bicara amat manis dan panjang seperti ini.

Entah Jisoo, atau Lisa. Belakangan keduanya tampak berbeda. Lisa yang mendadak menjadi sangat manja. Dan Jisoo yang selalu berlaku dan berbicara manis.

Hyunjin paham bagaimana perasaan kedua anaknya itu. Mereka baru saja bertarung dengan keras. Hingga pada puncak ini, mereka yang sudah melalui banyak hal tidak lagi bisa menahan diri untuk mengutarakan perasaan di lubuk hati itu.

"Jika suatu saat aku dilahirkan lagi, aku ingin kembali menjadi anakmu lagi. Dalam versi yang lebih sehat dan membanggakan. Pada masa itu, mari habiskan waktu lebih banyak tanpa kerapuhan di dalamnya."

Hyunjin mengangguk.
"Eomma juga. Kelak, ingin tetap menjadi ibu Jisoo dan ketiga adik Jisoo. Juga... Apa pun keadaan Jisoo, Eomma tidak akan kecewa. Eomma akan tetap seperti sekarang. Merawat Jisoo sebaik mungkin."

Sepasang ibu dan anak itu tertawa bersama. Jisoo memutuskan membantu ibunya membuat makan malam. Tidak banyak. Juga tidak semewah ketika mereka ada di rumah.

Tapi malam ini, suasana itu terasa hangat. Jisoo dan Hyunjin saling membagi cerita. Hal yang semula sulit Hyunjin dapatkan karena sifat tertutup Jisoo.

Sampai ketika makan malam itu selesai, keduanya pergi ke kamar yang sama. Tidur sembari berpelukan satu sama lain.

"Besok Eomma akan keluar untuk membeli bahan makanan. Jisoo ingin sarapan apa?" Hyunjin bertanya ketika dia mulai memiliki rencana esok hari.

"Apa saja. Ingin aku temani?" Jisoo menawarkan diri.

"Ani. Jisoo beristirahat saja." Ibunya benar. Jisoo harus menyiapkan diri untuk menjalani berbagai pemeriksaan yang pasti sangat melelahkan.

"Kalau begitu, bolehkan aku menitip sesuatu?" Mendengar pertanyaan Jisoo, sang ibu mengangguk.

"Aku tak suka kamar ini kosong. Eomma bisa belikan aku bunga Krisan?"

Dahi Hyunjin mengerut. Dari sekian banyak bunga, mengapa anaknya harus memilih bunga Krisan? Padahal ada banyak bunga yang lebih indah.

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang