11. Gyeongju

4.4K 886 186
                                    

Sesuai rencananya minggu lalu, Lee Minki sejak kemarin sudah ada di Gyeongju. Kota yang tidak sebesar Seoul, dan hanya memiliki sekitar 264 ribu penduduk.

Seharusnya dengan itu, dia lebih mudah menemukan keberadaan anak sulungnya kan? Tapi sudah 23 tahun, usahanya tak ada yang membuahkan hasil.

Tidak seperti kemarin yang sepanjang harinya hanya dipenuhi oleh pekerjaan, kali ini Minki memiliki banyak waktu luang.

Maka dari itu dia kembali pada pencariannya. Sebelum itu, Minki mendatangi lokasi tempat panti asuhan sebelumnya dibangun. Walaupun tak akan menemukan apa pun disana, ia hanya ingin datang saja.

23 tahun usahanya sia-sia. Bahkan selama 5 tahun, ia sangat berusaha keras agar menemukan anak sulungnya tepat waktu. Tapi ia selalu menemui kegagalan. Sebebarnya apa yang terjadi saat Minki pergi?

Kemana Kang Miran membawa anaknya pergi? Mengapa hal besar ini terjadi padahal dia hanya meninggalkan anaknya beberapa bulan saja di panti asuhan itu.

Lee Minki menghela napas. Tidak ada gunanya juga ia terus termenung disini. Ia akan membuang banyak waktu. Ia harus segera menemukan anaknya.

Ketika berbalik badan, Minki sempat termenung sejenak. Tidak hanya dirinya, namun sosok yang berdiri agak jauh darinya juga tampak terkejut.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, langkah kaki panjang itu tampak cepat. Ia menghampiri sosok lelaki tua yang sangat Minki kenal.

"Hongjae Ahjussi," panggil Minki pada orang itu.

Bagaimana Minki tidak mengenalnya. Lelaki itu pernah bekerja sebagai tukang kebun di rumah orang tuanya yang ada di Toronto. Selain itu, lelaki bernama lengkap Jang Hongjae itu juga adalah suami dari Kang Miran. Sosok yang selama ini dia cari.

"Tuan," sapa Hongjae dengan suara tercekat.

"Apa yang terjadi, Ahjussi? Aku kembali tiga bulan setelah menitipkan anakku. Namun kalian semua menghilang. Termasuk panti asuhan ini." Minki menunjuk pada bangunan sebuah bank besar di belakangnya.

Jang Hongjae tampak membasahi bibinya yang terasa kering. Ia merasa ceritanya akan sangat panjang untuk Minki dengar, maka dari itu dia mengajak Minki ke sebuah pelataran mini market. Mereka duduk disana setelah Hongjae membeli dua minuman dingin.

"Aku sudah bercerai dengan Miran." Pernyataan pertama Hongjae setelah mereka duduk disana membuat Minki terkejut bukan main.

"Aku tidak tahu, jika Miran memiliki hutang pada bank yang sangat banyak." Hongjae membuka minumannya, menegak air itu hingga tersisa setengah.

"Satu bulan setelah kau pergi ke Seoul, pihak bank memutuskan menyita seluruh aset kami. Termasuk panti asuhan itu." Minki bisa melihat jika kejadian dua puluh tiga tahun lalu sangat berat untuk Hongjae lewati.

Minki sendiri tidak ingin menyela jalan cerita yang sudah Hongjae susun. Ia ingin dengan cepat mengetahui kebenarannya dan segera menemukan sang putri.

"Kami kebingungan, karena ada begitu banyak anak disana. Lalu tanpa berdiskusi dengan ku, Miran... Menjual semua anak itu. Termasuk Soo, anakmu."

Tubuh Minki bergetar mendengar kenyataan itu. Ia tidak bisa menerima ini. Memang, ia tahu bagaimana tertekannya Miran saat itu. Namun mengapa ia tega memperjual belikan bayi?

"Saat itu, Miran mendapatkan banyak uang dari dua puluh anak yang dijual. Mengetahui itu, aku ingin sekali menghubungimu. Karena aku tahu, kau hanya menitipkan anakmu sebentar. Tapi... Aku tak memiliki nomormu. Dan aku juga tidak bisa menahan Miran untuk berpisah denganku." Hongjae mengusap wajahnya yang sudah memiliki keriput dibeberapa bagian.

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang