62. Letter

2.4K 566 193
                                    

Sudah banyak waktu yang terbuang. Lisa menyadari itu ketika pagi tiba, dia kembali membuka matanya untuk kedua kali. Dimana dia bisa melihat ruangan itu dipenuhi dengan pernak-pernik natal.

"Lisa merasa sakit? Dimana, Sayang? Perut Lisa? Dada Lisa? Katakan pada Eomma."

Lisa menelan salivanya sudah payah. Tenggorokannya terasa sangat sakit hingga tak mampu bersuara untuk menenangkan ibunya.

Tapi di sisi lain Lisa merasa bersyukur selang yang masuk melalui mulutnya itu sudah dilepas ketika dia tertidur. Tapi bagaimana dia tidak menyadarinya? Apakah Dokter Shin membiusnya? Ataukah memang tidurnya terlalu lelap setelah menerima obat yang Dokter Shin suntikkan?

"Bagaimana rasanya meninggal selama setengah jam? Apakah saat itu kau bisa melayang? Atau kau bisa menembus pintu?" Belum selesai dengan ibunya yang terus bertanya khawatir, Lisa harus dihadapkan dengan pertanyaan konyol Jennie.

Lihat, bagaimana dia tidak selalu emosi dengan sosok kakak seperti Jennie ini. Terkadang pertanyaannya membuat emosi Lisa terpancing.

"Apa kau sempat melihat sosok malaikat mautnya?" Lisa memejamkan mata frustasi mendengar Chaeyoung ikut bertanya.

Apa dia memang tertidur sangat lama hingga Chaeyoung pun berubah sama menyebalkannya dengan Jennie? Mengapa mereka sangat penasaran tentang kejadian dua hari lalu?

Ah, membayangkannya saja Lisa merinding. Fakta bahwa dia kehilangan detak jantungnya cukup lama membuat Lisa masih tidak bisa percaya.

Apakah benar jika malaikat maut sempat menghampirinya? Lisa mulai meneliti ke sekitar ruangan itu dengan matanya. Dia mulai takut jika memang malaikat maut ada di sekitarnya.

"Mencari apa, hm?" Sampai akhirnya suara lembut itu menghentikan pencariannya.

Sejenak Lisa melupakan kekonyolannya karena ulah Jennie dan Chaeyoung. Beruntungnya dia masih memiliki kakak yang waras seperti Jisoo.

"A-Aku..." Lisa memejamkan matanya ketika tenggorokan itu benar-benar sakit saat hendak bicara.

"B-Bisakah... Ki-ta membuat foto keluarga yang baru?" Tidak ada yang menduga, jika Lisa bersusah payah untuk mengatakan hal itu.

Bukan tanpa alasan Lisa mengabaikan pertanyaan orang disekitarnya, dan memilih membicarakan hal lain.

Saat sedang menatap sekeliling ruang perawatan mewah itu, Lisa tak sengaja mendapati foto keluarga yang terpajang cukup jauh darinya. Walau samar, dia mulai sadar akan sesuatu. Mereka bahkan belum membuat foto keluarga yang baru bersama Jisoo.

"Kita bisa melakukannya nanti---"

"Besok." Lisa segera memotong ucapan ayahnya. Tidak peduli lagi dengan rasa sakitnya ketika bicara, Lisa seakan memang harus memaksakan hal ini secepat mungkin.

"A-Aku ingin melakukannya besok. Lalu setelahnya, bawa Jisoo Unnie pergi ke Singapore."

Lisa memang belum lama bangun dari tidur panjangnya. Namun berkat Chaeyoung yang sejak pagi menemaninya ketika Jisoo sedang menjalani pemeriksaan, ada banyak cerita yang Chaeyoung berikan untuknya.

Mulai dari dirinya yang sempat divonis meninggal, Jennie dan Chaeyoung yang hampir kecelakaan, hingga kondisi Jisoo yang mengalami penurunan fungsi paru-paru akibat asmanya dan harus segera menjalani pengobatan di Singapore.

Lisa sendiri merasa kesal karena Jisoo yang keras kepala. Dia akan benar-benar memaksa Jisoo setelah melakukan keinginan kecilnya ini.

"Tidak ada foto keluarga, karena kondisimu belum stabil. Juga, aku tidak akan pergi kemana pun." Jisoo dengan penuh penekanan menolak keinginan Lisa.

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang