10 : semula (end)

1.1K 60 1
                                    

Jeno mengacak rambutnya frustasi. Pagi ini, rumahnya dipenuhi dengan suara ribut orang tuanya.  Pasti Mark melakukan hal yang tidak-tidak hingga dimarahi. Jeno mengambil tasnya dan turun ke bawah.

"Dad, ayo berangkat." - Jeno.

Jaehyun memandang Jeno dan mengangguk. Jeno mendekati Taeyong dan bersalaman dengan ibunya.

"Jeno berangkat ya, bu." - Jeno.

"Ga sarapan dulu?" - Taeyong.

"Jeno mau sarapan di kantin saja." - Jeno.

Taeyong mengangguk. Mark ikut bersalaman dengan Taeyong lalu ke mobil bareng Jeno.

"Aku ke kantor dulu ya, sayang."

Jaehyun mengecup kening Taeyong dan memeluknya sebentar. Taeyong memberikan bekal pada Jaehyun agar suaminya itu tidak membeli fast food lagi.

——(skip)——

Jeno dan Mark melambai pada Jaehyun sebelum berlari masuk ke sekolah.

"Lo ga apa-apa?" - Jeno.

"Bubu memarahi gua karena gua nggak menyiapkan tugas matematika. Itu susah tau!" - Mark.

"Gua juga belum menyiapkan tugas fisika. Mungkin sebentar lagi gua akan dipanggil pak Minho." - Jeno.

"Jeno! Dicari pak Minho sana." - Sungchan.

"Kan apa gua bilang... Duluan ya Mark." - Jeno.

Mark mengangguk. Setelah Jeno pergi, Mark tidak langsung ke kelas. Dia ke rooftop. Mark selalu menghabiskan waktunya di sana karena pemandangannya yang indah.

Namun tidak hari ini. Mark disuguhkan dengan pemandangan yang tidak biasa. Seorang lelaki sedang berdiri didekat pembatas rooftop sambil menyeruput jus ditangannya.

"Oh! Apa ini kawasan mu?"

Mark tercekat saat mendengar suara dingin dan dalam milik lelaki itu. Lelaki itu menatap Mark dengan rasa bersalah.

"Ah tidak. Hanya saja tidak pernah ada orang di sini." - Mark.

Mark berdiri di sebelah lelaki itu. Mark memandang lelaki itu yang sibuk mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Ini untukmu."

Mark menerima susu kotak itu dengan senyuman.

"Terima kasih. Aku Mark. Apa kau pelajar baru?" - Mark.

"Iya. Aku baru berpindah ke sini. Aku Haechan." - Haechan.

"Nama yang bagus." - Mark.

Haechan tersenyum sambil menatap Mark.

"Aku harus ke ruangan guru. Sampai berjumpa lagi. Senang bertemu denganmu, Mark." - Haechan.

Mark menatap kepergian Haechan. Otaknya ligat memikirkan sesuatu. Rasanya ingin sekali dia menarik Haechan dan menghentikannya namun untuk apa?

"Aku seperti pernah melihatnya." - batin Mark.

——(skip)——

"MARK!"

Mark terlonjak kaget. Dia memandang Jeno yang memandangnya dengan khawatir. Jeno menempelkan tangannya pada dahi Mark.

"Lo gapapa?" soal Jeno.

"G- ga. Gua baik-baik aja." - Mark.

"Lo ngelamun terus dari tadi. Lo pikirkan apa sih?" - Jeno.

"Tidak. Gua cuma kangen kakek." - Mark.

"Ke rumah kakek yuk pulang sekolah." - Jeno.

"Besok aja, Jen. Gua ada urusan hari ini." - Mark.

"Gapapa. Besok juga libur." - Jeno.

——(skip)——

"Kita pulang!"

Suara teriakan Jeno menggelegar di dalam rumah itu. Mark memukul pundaknya dengan sedikit keras.

"Berisik!" - Mark.

"Mark, Jeno. Bubu mau keluar sebentar sama Doyoung. Kalian di rumah ya?" - Taeyong.

"Mau kemana bu?" - Jeno.

"Oh ini Doyoung mau nikah. Jadi bubu temenin dia fitting baju." - Taeyong.

"Oh okay! Jangan telat pulang ya nanti diomelin daddy." - Mark.

"Iya... Kalian juga kalau mau keluar pintunya jangan lupa dikunci ya." - Taeyong.

Taeyong pun meninggalkan dua anaknya itu. Mark ke dapur untuk mengisi perutnya sementara Jeno terus ke kamar karena dia capek banget habis diomelin pak Minho.

Jeno bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu melemparkan tubuhnya ke atas kasur.

——(skip)——

Jeno terbangun jam 9. Dia mencapai jaketnya dan buku kegemarannya. Seperti biasa, dia ingin membaca di pinggir danau.

"Bubu! Jen keluar dulu ya."

Sepi. Tidak ada sahutan. Jeno lupa Taeyong tidak di rumah. Mark juga mungkin sudah keluar nongkrong atau sedang tidur di kamarnya.

Setelah lama berjalan, Jeno akhirnya tiba di danau kegemarannya. Dia pun duduk bersandar pada pohon. Dia membuka bukunya dan mula tenggelam di dalam dunia khayalan itu.

Sedang dia asyik membaca, tenggorokannya terasa kering. Jadilah Jeno terpaksa pergi membeli air di seberang jalan.

TIN! TIN!

Jeno terpaku melihat mobil yang melaju menghampirinya. Saat mobil itu semakin hampir, Jeno merasakan tangan kekar yang menariknya. Jeno memandang lelaki yang baru saja menyelamatkannya.

"Kau hampir mati, anak kecil." kata lelaki itu.

"Hei! Aku bukan anak kecil! Aku hampir lulus SMA." - Jeno.

"Benarkah? Kau terlihat lebih muda dari itu. Aku Jaemin. Na Jaemin."

Lelaki itu mengulurkan tangannya. Jeno membalasnya dengan senang hati.

"Aku Jeno. Terima kasih sudah membantuku." - Jeno.

"Tidak masalah. Kau sendirian?" - Jaemin.

"Iya. Biasanya aku ke sini karena suasananya tenang." - Jeno.

"Kau membaca buku fantasi?" soal Jaemin sambil menunjuk ke arah buku yang dipegang Jeno.

"Iya. Aku penggemar fantasi." - Jeno.

Jaemin mendengar Jeno mengoceh sambil menemani pria manis itu membeli es teh. Setelahnya, mereka kembali duduk di pinggir danau. Jaemin memandang Jeno.

"Menurut mu, makhluk mitos itu ada?" - Jaemin.

"Aku juga tidak pasti." - Jeno.

Jeno menatap Jaemin lama. Dia rasa ingin menyentuh pipi mulus Jaemin. Sepertinya ia biasa melihat wajah Jaemin.

"Aku seperti pernah melihatmu... Mungkin di dalam mimpiku." - Jeno.

"Benarkah? Apa aku ganteng di dalam mimpimu?" - Jaemin.

"Mungkin. Tapi kau kelihatan keren di dalamnya. Persis makhluk fantasi dibuku ini." - Jeno.

Jaemin tertawa kecil lalu kembali memandang danau yang menurutnya menenangkan.

"Jaemin... Menurutmu.."

Jaemin kembali memandang Jeno lalu fokus menunggu soalan dari Jeno. Jeno menatap kedua manik coklat milik Jaemin.

"Apa makhluk mitos itu wujud?"




End
.
.
.

.




















Makasih ya ges udah mampir idenya udah habis... maaf ya kalau ga sesuai ekspektasi kalian aku udah cuba sebaiknya 🙏🏻😭❤️❤️ sampai ketemu lagi ya bre

HOME - JAEMJEN/DONGMARK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang