Jaemin menemani Jeno ke rumahnya. Jeno kembali diingatkan dengan Taeyong yang sudah tiada. Rumahnya sepi.
"Slalu ada bubu di dapur, Na." - Jeno.
"Udah, sayang. Jangan dipikirin ya?" - Jaemin.
Jeno mengangguk. Dia masuk ke kamarnya dan membuka laci mejanya. Dia mengambil kotak didalamnya.
"Itu apa No?" - Jaemin.
"Ini? Ini keperluanku." - Jeno.
Jaemin merapat ke arah Jeno dan menolaknya ke kasur. Kotak tadi di ambil lalu Jaemin membukanya. Pisau kecil yang selalu Jeno gunakan terletak di dalam kotak itu.
Jaemin menatap tajam ke arah Jeno yang menurut Jeno itu menakutkan.
"M- Maaf.." - Jeno.
"Kenapa kamu mau lukai diri sendiri lagi? Kan kamu janji ga akan lagi." - Jaemin.
"Terlewat, Na. Aku liatin diri sendiri aja udah jijik. Nih liat bergaris-garis semua. Aku ga bisa berhenti Na." - Jeno.
Jaemin berlutut di depan Jeno lalu mengambil dua lengan Jeno yang terekspos dipenuhi luka sayatan.
Jaemin mengecup semuanya. Semua luka yang mengering itu dikecup satu persatu. Dari tangan kanan, ke tangan kiri lalu Jaemin menempelkan bibirnya pada bibir Jeno.
"Kamu indah, Jeno. Selamanya. Ga ada yang jijik dari kamu." - Jaemin.
Jaemin menghapus air mata di wajah yang Jeno yang entah kapan ada di sana.
"Kalau sakit itu cerita ke aku. Pukul aku aja, gapapa. Jangan lukai diri sendiri lagi. Aku ga mau liat kamu terluka." - Jaemin.
Jaemin merentangkan kedua tangannya dan Jeno menghamburkan diri ke dalam pelukannya. Nyaman. Itu yang Jeno rasakan.
"Aku sayang kamu, Na." - Jeno.
"Aku juga cinta kamu." - Jaemin.
——(skip)——
Jemari Haechan bergerak-gerak. Mark segera memanggil Heeseung yang sedang sibuk dengan hologramnya.
Haechan membuka matanya dan memandang Mark dengan tatapan yang sulit diartikan. Tanpa aba-aba, Haechan menolak Mark ke dinding.
"Pangeran!"
Heeseung dan Jay berusaha menarik Haechan menjauh dari Mark. Namun Haechan menolak mereka sehingga terpental ke dinding.
"C-chan... K- kamu kenapa?" - Mark.
"Bau mu manis sekali, Mark." - Haechan.
"Haechan... Sadarlah!" - Mark.
Haechan menyeringai. Mark menatap mata Haechan yang memerah. Haechan hilang kendali.
"Pangeran! Itu teman tuan!" - Jake.
Sunghoon membantu Jay yang kesakitan dan Heeseung yang tidak sadarkan diri. Haechan menunjukkan taring tajamnya seakan ingin memangsa Mark.
Cup~
Mark menyatukan bibirnya dan Haechan. Melumatnya sedikit hingga dia kehabisan nafas lalu melepaskan ciumannya.
Mark menatap Haechan yang terpejam. Jantung Mark berdegup kencang menunggu reaksi dari Haechan.
"M- Mark?"
Haechan memandang Mark dengan sayu. Mata Haechan kembali normal. Mark segera memeluk Haechan dengan air mata yang mengalir.
"Maaf, Mark. Aku menyakitimu." - Haechan.
"Aku takut, Chan." - Mark.
"Shhh.. itu tidak akan terjadi lagi. Maafkan aku." - Haechan.
"Pangeran tidak apa-apa?" - Jake.
"Kepalaku sakit, Jake." - Haechan.
"Istirahat saja. Saya akan memanggil Yang Mulia ke sini." - Jake.
Haechan mengangguk. Mark membantu Haechan kembali berbaring di ranjang. Tidak lama, Johnny datang bersama Yangyang dan Kun.
Mark yang melihat Kun pantas menjarakkan diri. Dia masih ingat kejadian di sekolah itu.
"Tenanglah, Mark. Aku tidak akan menyakitimu lagi." - Kun.
"Kenapa kalian disini?" - Haechan.
"Jaehyun menyerang mu dengan racun iblis. Hati suci mu bisa berubah seperti Doyoung." - Yangyang.
"Serangannya terkena jantung mu, Haechan." - Johnny.
"Terus, apa yang perlu dilakukan?" - Mark.
"Kita akan membantu kalian mengeluarkan racunnya dan menghapuskan Taeil." - Kun.
"Kenapa kalian melakukan ini?" - Haechan.
"Aku ingin membebaskan Yangyang. Taeil menggunakannya selama ini. Aku ingin cinta hatiku ini hidup tenang, Chan." - Kun.
"Bisakah kalian lakukannya sekarang?" - Mark.
Kun dan Yangyang mengangguk serentak. Lalu Kun menghampiri Haechan dan memegang jantungnya.
---------------------------------
Jaemin melindungi Jeno dibelakangnya. Dia menatap Doyoung dihadapannya dengan tajam.
"Jeno... Ayo ikut tante. Kamu kenapa sama orang asing hm?" - Doyoung.
"Apa yang lo mau?" - Jaemin.
"Aku tidak berbicara denganmu anak kecil! Serahkan Jeno." - Doyoung.
"Kau membunuh ibunya, menggunakan ayahnya dan sekarang kau ingin mengambilnya? Aku tidak akan membiarkannya." - Jaemin.
Doyoung tertawa.
"Apa yang bisa kau lakukan Na? Bunda mu saja tidak bisa mengalahkan ku. Apa lagi halfblood menjijikkan seperti mu." - Doyoung.
"Bunda gagal karena lo temannya. Tapi lo bukan teman gua. Dan gua bisa bunuh lo sekarang juga!" - Jaemin.
Doyoung mengeluarkan sayapnya. Jaemin tertegun. Sayapnya Doyoung hitam. Apa Doyoung benar-benar iblis sekarang?
Saat Jaemin lengah, Doyoung menyerang menggunakan sayapnya.
"Jeno!"
Jaemin melindungi Jeno hingga punggungnya terluka dan berdarah.
"N- Nana?" - Jeno.
"Tenanglah, sayang. Aku tidak apa-apa." - Jaemin.
"Sungguh menyedihkan sekali dirimu, Jeno. Semua orang harus mati karena mu. Kau sadar itu?" - Doyoung.
"Berhentilah memanipulasi pikirannya iblis sialan!" - Jaemin.
Jaemin membalas serangan Doyoung. Dia mencakar dada bidang dan wajahnya Doyoung. Doyoung mencekiknya.
"Kau itu dibawah ku halfblood!" - Doyoung.
"L- Lepaskan!" - Jaemin.
"ARGH!"
Cengkraman pada leher Jaemin terlepas. Jaemin memandang Jeno yang baru saja menusuk Doyoung menggunakan kayu runcing (kayak wooden stakes).
"Nana!"
"Terima kasih, sayang." - Jaemin.
"Kau tidak apa-apa?" - Xiaojun.
Iya Yuta dan Xiaojun datang. Merekalah yang memberikan kayu itu pada Jeno tadi. Yuta menggendongnya Doyoung untuk dibawa pulang ke lubuk agar bisa dikurung.
"Tenanglah, Jeno." - Xiaojun.
Xiaojun membantu Jaemin berjalan mengikuti Yuta ke lubuk. Sepanjang perjalanan, Jeno tetap menggenggam erat tangan Jaemin.
"Jangan tutup matamu, Na... Teruslah melihatku." - Jeno.
Jaemin tersenyum. Dia ingin membalas. Namun perih lukanya menghalanginya. Xiaojun memandang Jeno dengan ekor matanya.
"Kau beruntung, Na. Jeno benar-benar mencintaimu ." - batin Xiaojun.
Halo guys maaf lama banget ga update ya🙏🏻😭 Aku kemarin ga sakit. Maaf banget bre aku orangnya gampang sakit🙏🏻 Btw makasih ya udah mampir dan jangan lupa tinggalkan jejak❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME - JAEMJEN/DONGMARK
Fanfictionship : jaemjen/ dongmark "Lo sentuh Jeno, urusan lo sama gua." - Jaemin. "Na... Jangan pergi." - Jeno. "Lucunya." - Haechan. "Tetap disini, Chan." - Mark •BXB • HOMOPHOBIC DNI • jangan salpak