2. Malu?

264 21 2
                                    












Naren yang kini tengah menikmati hujan dari balik jendela, Pemuda manis yang sedang terlihat bahagia itu nyatanya menyimpan luka paling dalam.

Naren yang tak sadar akan kehadiran dari sang ibunda pun masih asik melihat hujan dengan tangan yang selalu ia mainkan.

"NAREN!" Teriak Kilya, Yang membuat Naren terkejut.

"Bunda, hujan lihat hujan Naren senang" ujarnya sembari meloncat-loncat girang

"Kamu tuh ya udah gede masih aja kayak anak kecil. Gak malu apa?". Ujar Kilya

Nalen yang sedari tadi sedang melompat-lompat langsung diam tak berkutat hanya mampu menunduk dan memainkan kembali jarinya.

Kilya menghampiri Naren, lalu menghempaskan tangannya yang sedang dimainkan.
"Kalau bunda lagi bicara itu lihat bunda! Bukannya mainin jari kayak orang gila aja!
Bunda capek lama-lama bicara sama kamu! Teman-teman bunda mau kerumah. Kamu jangan keluar kamar apalagi sampai kebawah dan nunjukin kelakuan idiot kamu!" Ujar Kilya dengan nada keras

Belum sempat Naren menjawab, sang bunda telah pergi meninggalkan dirinya.


'Naren idiot, tidak boleh buat malu bunda. Naren idiot' gumamnya terus menerus sampai tak sadar air matanya kini turun.




~~~~




Naren terbangun dari tidurnya, Ia tertidur sehabis menangis.. Ia merasakan lapar, dan segera berjalan turun untuk ke dapur dengan bersenandung..

"Lalalaa lalalaa dumm dummm dumm" dengan tangan yang lincah ia ayunkan

Saat melewati ruang tamu Naren tidak melihat disanah masih terdapat teman-teman dari sang bundanya.

Teman Kilya yang melihat pun mematung sejenak dan mulai berbisik,
"Itu anak nya jeng Kilya?"

"Kok kayak idiot gituh ya anaknya"

"Jalannya kayak anak kecil, mana bersenandung gak jelas"

"Bukannya anaknya jeng Kilya tuh ada 2 ya? Dan ganteng-ganteng semua, tapi beda sama dia kayak anak autis"

Kilya sebisa mungkin untuk menahan emosinya ketika melihat Naren yang turun dan menjadi bahan olok-olokan teman-teman Kilya.

"Jeng bentar ya, kayaknya pembantu saya itu tidak tahu kalau disinih ada tamu" kata Kilya.

Teman-teman Kilya pun mengangguk, dan kembali pada obrolannya..

Kilya menghampiri Naren dengan perasaan emosinya lalu menarik paksa tubuh Naren, Naren yang terkejut dengan tindakan dari bundanya meminta untuk berhenti..

"Sakit bunda, Naren sakit. Naren ditarik kenapa bunda?" Ucap Naren yang tidak didengar dan sengaja diacuhkan oleh sang bunda.

Kilya menarik Naren kekamar mandi lalu mendorongnya hingga terjatuh.

BRAKKKK!!!

Naren meringis kesakitan akibat punggungnya yang terkena toilet.

Tanpa bicara apapun Kilya mengunci Naren dari luar dan menghiraukan teriakan dari Naren.

"Pintu bunda buka, Naren gelap takut bunda. Naren tolong minta bunda" teriaknya.

Tanpa ada sautan dari sang bunda Naren terduduk disudut kamar mandi dengan sangat ketakutan.

"Maaf ya jeng, Karena pembantu saya itu jadi bikin kalian terganggu" kata Kilya seraya duduk

"Gak apa-apa jeng, saya kira tadi anak kamu. Tapi kok beda makannya kita semua diam mematung" katanya

"Ahh bukan, itu pembantu baru saya disinih jeng jadi dia kurang tau peraturannya" bohong Kilya



~~~~



Setelah para tamu dari sang Kilya telah pulang, Dengan perasaan emosi Kilya menghampiri lagi Naren yang berada didalam kamar mandi, ia membukakan kunci dan melihat Naren yang menangis dipojokan dengan kaki yang dipeluk oleh tangannya.

"Bangun kamu" ucap Kilya

Naren yang terkejut hanya bisa menangis di duduknya tanpa dengar apa yang diucapkan bundanya.

"Kamu itu udah idiot tuli lagi! Disuruh bangun malah nangis!" Kata Kilya sambil menarik Naren agar bangun

"Naren dikunci kenapa bunda? Naren maaf minta bunda" katanya sambil terus menangis.

"Kamu tuh udah buat bunda malu tau gak? Di depan teman-temannya bunda kamu malah keluar kamar dan menunjukan wajah kamu di hadapannya. Mau disimpan dimana muka bunda hahh?" Kata Kilya geram

"Bunda akan hukum kamu! Karena udah lancang tidak menuruti perkataan bunda" ujarnya seraya mengambil sapu

BUGHH
BUGHH
BUGHH

Pukulan demi pukulan Kilya layangan terhadap anaknya Naren, Badan yang sudah mulai membiru tidak menjadi alasan untuk kilya berhenti, ia malah semakin gencar untuk memukul Naren

"Bunda malu tau gak punya anak kayak kamu! Kamu idiot! Kamu autis! Kamu beda kayak abang-abang kamu! Dan kamu malah hidup dikeluarga kita ini! Mau dikemanakan muka bunda kalau semua orang tau bunda punya anak idiot kayak kamu?" Kata Kilya sambil terus menerus memukul tubuh Naren tanpa ampun

"Bunda maaf Naren, maaf minta Naren. Pukul jangan bunda, sakit Naren sakit bunda" katanya dengan terus menerus menangis akibat merasakan sakit yang begitu hebat disekujur tubuhnya.

Setelah puas memukul, tak sampai disitu Naren kembali diseret paksa dan dibawa ke kamarnya oleh sang bunda.

"Naren tangan sakit bunda, Naren merah tangan sakit" kata Naren yang merasakan sakit dipergelangan tangan akibat cengkraman kuat dari sang bunda

Kilya menjatuhkan tubuh Naren ke lantai kamar dengan sangat keras hingga kepala Naren terbentur lantai,

"Kamu bunda hukum! Jangan keluar kamar dan tidak ada jatah makan buat kamu!" Kata Kilya tanpa melihat kondisi Naren yang sudah penuh luka pukulan dan darah segar yang mengucur dari hidungnya akibat kepalanya yang terbentur kuat.

Kilya menutup kencang pintu dan tak lupa untuk menguncinya dari luar, melupakan sejenak bahwa Naren sudah ada diambang kesadaran yang menurun.


'Naren idiot, bunda malu karna idiot naren.' gumamnya dengan mata yang menatap pintu dengan pandangan yang kabur dan pening dikepala yang teramat kuat Naren pun tak sadarkan diri dilantai yang dingin dengan tubuh yang penuh dengan luka.











Selamat membaca yaa, Semoga suka🤍🤍
Jangan lupa vote+komen agar bubub makin semangatt updatenya✨✨

Naren ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang