TW❗️ : Violence
Hema sempat melayang sesaat di tengah ketidaksadarannya, hitam, gelap, ia bermimpi bahwa dirinya dihajar habis-habisan oleh Jendral saat ia hendak menikmati tubuh mantan pacarnya.
Sampai beberapa tepukan keras terasa mendarat di pipinya yang terpaksa membuat Hema membuka mata, menyadarkan Hema bahwa yang ia mimpikan barusan nyatanya sungguh terjadi.
Badannya terasa sakit semua, tapi lebih dari itu, alis Hema tampak berkerut samar menyadari eksistensi seseorang tepat di depannya.
Perawakannya tinggi tegap, rahangnya tegas, tatapan matanya begitu tajam ke arahnya apalagi sosok itu berdiri di hadapannya dengan angkuh dimana kedua tangannya berada di saku celana kanan dan kirinya.
Bahkan sosok itu masih diam tapi Hema bisa merasakan udara disekitarnya mulai terasa menyesakkan dada, aura intimidasi seorang dominan benar-benar menguar dari sosok itu membuat Hema cukup terganggu.Hema masih terdiam memikirkan siapa lelaki dewasa dengan aura menyeramkan di depannya ini, tapi berulang kali Hema mengorek informasi dari otak kecilnya pun ia masih tetap tidak mengenal orang tersebut.
"Ssshh... Anjinglah sakit banget kepala gue." desis Hema saat kepalanya terasa masih berdenyur sakit akibat ulah Jendral yang menghantamkan kepalanya ke lantai sebelumnya.
Matanya mengedar melihat ke sekeliling tempat ia berada sekarang. Sebuah ruangan kosong yang gelap dan lembab tanpa ada satupun jendela, penerangan di sini pun hanya sebuah lampu yang bahkan cahayanya tidak terlalu terang.
Tidak ada kursi ataupun meja atau tempat tidur layaknya ruangan-ruangan normal pada umumnya, benar-benar tidak biasa dan membuatnya semakin kebingungan karena seingatnya tadi ia masih di rumah Jendral saat gelap merenggut kesadarannya.
"Lo siapa sih? Ini gue dimana?" tanya Hema ke orang itu karena sejak tadi mulut orang yang jelas tampak lebih tua tersebut masih setia bungkam.
Tak peduli sopan santun pada yang jauh lebih tua, Hema bahkan menggunakan lo-gue saat bertanya dengan orang itu.
Dan bukan jawaban yang diterima Hema, melainkan sebuah perlakuan kasar yang jujur saja membuat Hema tercengang sesaat sebelum akhirnya berteriak kesakitan.
"Anjing! Anj-Bangsat! Santai dong woi!! Lepasin gak!!!" maki Hema ketika kulit kepalanya terasa sakit bukan main seolah hendak terkelupas saat orang itu menjambak kuat rambutnya untuk menyeret Hema ke sudut ruangan.
Sekuat tenaga Hema menyingkirkan tangan yang masih menyeret kepalanya ini tapi semakin memberontak Hema maka semakin kuat pula cengkramannya.
"Sakit Anjing!!! Lo-Akh!" pekik Hema saat tubuhnya disentak hingga tersungkur di ujung ruangan itu.
Orang berperawakan tinggi tegap itu merendahkan diri di depannya, berjongkok lalu tak lama kemudian terdengar suara dentingan besi yang setelahnya Hema merasakan kakinya diberati sesuatu.
"Shit!! Akh BABI!! Ngapain kaki gue dirantai begini Anjing!! Lo kira gue apaan, Sat?!!" teriak Hema di depan wajah orang itu.
Tangannya terus berusaha membuka gembok rantai di kakinya agar terlepas tapi usahanya sungguh sia-sia, rantai itu dikunci dengan apik menggunakan gembok yang cukup besar, hingga sangat mustahil bagi Hema melepaskan kuncian di kakinya dengan tangan kosong.
"Lepasin gue, Baj-!"
PLAK!
Perih, panas dan juga kebas Hema rasakan di pipi sebelah kirinya yang tiba-tiba saja ditampar kuat. Kepalanya bahkan masih tertoleh ke arah kanan saat sudut bibirnya yang terkoyak itu mulai mengeluarkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA || [Johnhyuck]
Fanfiction[Spin-off dari buku Mas Jendral] Padahal Hema disiksa, mentalnya sudah dihancurkan dan tubuhnya sudah terlalu banyak menerima luka, tapi kenapa hatinya malah menginginkan untuk selalu berada di sisi lelaki kejam tersebut? Mungkin ini memang 'Karma'...