CW❗️: Blood
TW❗️: Violence
___________________________________________Satu nampan makanan kini bersih tak tersisa sedikitpun berkat usaha paksa Hema dalam menghabiskan jatah makannya itu.
Bagaimana tidak, mata tajam itu tak lepas sedetikpun memandanginya begitu dingin, seolah ada tombak es yang kapan saja siap membolongi kepala Hema, makannya mau tak mau dengan penuh paksaan ia terus memasukkan makanannya ke dalam mulut hingga tak bersisa lagi.
Hening selama 5 menit setelahnya pun Hema masih tak berani membuka suara. Kepalanya sedikit menunduk agar tak menatap mata kejam di depannya.
Kini yang Hema lakukan hanya duduk diam dengan kaki bersilah sembari bersandar di dinding belakangnya. Kedua tangan Hema bertaut gelisah berusaha menutupi kejantanannya yang tergantung bebas di selangkangan.
Semenjak bajunya tercabik-cabik akibat cambukan setiap harinya, sosok ini tak memberinya pakaian bahkan selembar pakaian dalam pun, menjadikan Hema benar-benar telanjang dengan tubuh kotornya di ruangan itu tanpa mandi sekalipun selama hampir dua minggu lamanya.
Memang sih mereka berdua statusnya adalah sesama lelaki pihak atas, tapi entah kenapa setiap ada Johan di dekatnya Hema selalu merasa kecil, selalu merasa jadi sosok yang paling rendah yang tak akan bisa menang melawan Johan.
Entah sejak kapan ia merasa begitu, Hema juga tak tau. Makannya ketika sosok itu hanya diam memandangnya tajam, selain jelas merasa takut juga Hema hanya bisa kikuk tanpa sadar dan merasa malu hingga menutupi kejantanannya yang tak tertutup sehelai benangpun.
Ah, 'kejantanan'? Apa iya Hema masih sanggup memanggil pusaka di selangkangannya ini sebagai 'kejantanan' saat benda itu sama sekali tidak menunjukkan sisi jantannya?
Jujur saja perasaan Hema campur aduk sekarang. Marah, kesal tapi juga sedih disaat bersamaan. Harga dirinya seolah menghilang entah kemana sejak menyadari penisnya tidak terbangun lagi bahkan sekalipun.
Batang perkasa yang saat itu mengacung tegak dengan keras dan gagahnya sewaktu menjamahi tubuh Nana, kini selalu terkulai layu. Bahkan sewaktu biasanya yang setiap pagi selalu bangun secara alami, benar-benar tak pernah terjadi lagi, tak pernah bangun lagi sejak diinjak-injak oleh kaki Jendral waktu itu.
Ah... Jendral Sialan, Hema pastikan dia akan balas menginjak selangkangan laki-laki itu agar tak bisa bangun seperti miliknya sekarang.
"Apa hanya sumpah serapah yang ada di otak kecilmu itu?"
Tiba-tiba saja suara dengan nada rendah menusuk telinga Hema membuatnya tersentak dan kembali mengumpat dalam hati.
"Anjinglah! Kok dia bisa tau gue lagi nyumpah-nyumpah, Njing?!"
"Lagi?" kata Johan yang sudah bisa menebak bahwa Hema kembali berkata kasar dalam otaknya.
Bukan Johan cenayang, tapi memang karena ia yang sudah bertemu dengan banyak orang di usianya ini menjadikan Johan mudah membaca pikiran orang yang jadi lawan bicaranya.
"E-Enggak! Gue gak ada nyumpah lagi kok!" sanggahnya heboh.
Bisa Hema lihat tak ada perubahan berarti pada ekspresi wajah Johan, hanya datar dan dingin serta tatapannya yang masih tajam seperti biasanya.
"Menungging." titah Johan.
Hema melotot mendengar satu kata yang diucapkan dengan mutlak tapi menurut Hema maknanya sangat ambigu.
Gue mau diperkosa? Seriusan? ANJING!! GUE DOMINAN WOY!!
"GAK!! Mau ngapain lo nyuruh gue nungging?! Lo mau nyodok lobang gue?! Ogah!!! Gue bukan pihak yang disodok kalo lo lupa." kata Hema yang entah keberanian dari mana ia berani menyalak pada sosok ini, seolah terbuai sesaat karena seharian ini belum mendapat jatah cambukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA || [Johnhyuck]
Fanfiction[Spin-off dari buku Mas Jendral] Padahal Hema disiksa, mentalnya sudah dihancurkan dan tubuhnya sudah terlalu banyak menerima luka, tapi kenapa hatinya malah menginginkan untuk selalu berada di sisi lelaki kejam tersebut? Mungkin ini memang 'Karma'...