CW/TW‼️ Full NC 21+
___________________________________________Hema rasanya ingin mendesah lantang saat ini. Sebab dengan jahilnya, sang Tuan sering kali menghentakkan pinggulnya saat mereka sedang menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Masalahnya ia masih digendongan si dominan dalam keadaan vaginanya yang tengah tersumpal penis titan itu.
Malu, tak tau lagi Hema harus letakkan dimana wajahnya saat ia melihat beberapa pekerja di ruamah tuan-nya ini sempat mencuri pandang ke arahnya.
Sungguh, harga dirinya sekarang sudah meluap entah kemana, sudah hancur entah bagaimana berkat lelaki berbadan tinggi besar yang begitu bernafsu menjadikannya seorang budak seks.
PLAK!!
Satu tamparan mendarat di pipi pantatnya membuat Hema memekik, semakin mengeratkan pegangan tangannya yang memeluk leher Johan.
Hema memaki, kenapa rumah yang ia rasa tak terlalu besar ini malah terasa begitu jauh saat pejalanan hanya dari ruang bawah tanah menuju ke kamarnya yang ada di ujung lantai 2.
Menahan lenguhan saat kedua pantatnya diremas-remas dan ditampar beberapa kali, Hema bahkan sampai menggigit kuat pipi bagian dalamnya agar desahannya tak keluar.
"Mana suara kamu? Sudah jadi bisu kah?" sarkas Johan.
Hema menggelengkan kepalanya kemudian menjawab terbata, "E-Enggak, Tuan-Hmhhh..! "
Dan akhirnya setelah lama menahan malu dari tatapan para pekerja di rumah ini, Hema mendesah lega saat langkah kaki sang tuan sudah memasuki kamarnya.
Dengan satu tangan yang tak menahan bobot tubuh Hema, Johan membuka celananya sendiri.
Ia kemudian duduk di tempat tidur, bersandar di headboard sembari memangku Hema dalam keadaan kelamin mereka yang masih menyatu.
Kemejanya yang dari awal masih terpasang apik juga ia buka lalu gantian melepas kaos yang Hema kenakan.
Hema hanya diam tanpa protes saat balutan kain satu-satunya yang menutupi tubuh telanjangnya itu dilepaskan.
Huh?
Kini Hema yang menyerngit heran.
Mungkin ia salah melihat atau sedang berhalusinasi, sebab matanya sempat menangkap sorot mata sendu dari sang tuan ketika melihat bekas-bekas cambukannya dulu.
Hanya sesaat, karena setelahnya mata itu kembali menajam seolah kembali ke kesadarannya.
Ah, iya, mungkin Hema memang hanya sedang berhalusinasi, mana mungkin orang sekejam itu bisa menatap sendu bekas luka-luka di tubuh Hema yang tuan-ya torehkan sendiri.
Tangan Johan terulur membuka nakas, mengambil beberapa barang yang membuat Hema melotot.
"Elah bangsat!! Kok gue gak pernah kepikiran buka nakas selama nempatin kamar ini sih njir?! Bego banget astaga, Hema!!" maki Hema.
Ia terkejut sekaligus ngeri mendapati ternyata di nakas tepat sebelah tempat tidurnya terdapat beberapa barang yang biasa digunakan untuk seks.
Hema tak bodoh. Ia jelas tau kegunaan benda-benda tadi, yang ia sesalkan kenapa ia tak menggeledah kamar ini secara keseluruhan dan menyembunyikan benda-benda sialan itu agar tidak digunakan untuk situasi seperti sekarang ini.
Hanya saja Hema tetap bersyukur sebab sang tuan-nya ini tak mengeluarkan cambuk yang sempat Hema lihat sesaat tadi.
Jujur saja, jantung Hema sempat spontan berpacu begitu cepat ketika melihat cambuk, ia teringat masa-masa pahit di ruang gelap waktu itu. Masa-masa dimana ia begitu intens disiksa tanpa ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA || [Johnhyuck]
Fanfiction[Spin-off dari buku Mas Jendral] Padahal Hema disiksa, mentalnya sudah dihancurkan dan tubuhnya sudah terlalu banyak menerima luka, tapi kenapa hatinya malah menginginkan untuk selalu berada di sisi lelaki kejam tersebut? Mungkin ini memang 'Karma'...