Lebih dari satu jam dilewati Hema dengan hanya duduk berdiam diri di bathtub sembari memeluk kedua kakinya.
Air hangat yang tadi ia siapkan agar mengisi bak berendamnya itu kini sudah terasa dingin di kulit.
Hema hanya diam, merenung, meratapi, dan yang pasti ia jelas tidak menyangka bahwa beberapa saat yang lalu kejadian tak mengenakkan itu menimpanya.
Pantulan bayangannya di cermin masih berputar begitu jelas di kepala kecil Hema. Bayangan tentang bagaimana liar dan kasarnya tangan lelaki kejam itu mengerjai selangkangannya.
Ingin menyangkal bahwa semua ini hanya mimpi pun percuma, segalanya yang tampak tak mungkin terjadi itu telah Hema alami sendiri. Dimana setelah ia terbangun dari tidur yang dirasanya hanya sebentar, tapi rupanya berlalu begitu lama hingga ia bahkan tak menyangka kelaminnya benar-benar berubah.
Dan lebih parahnya ia benar-benar dilecehkan dengan teramat sangat. Hema sungguh tak memiliki harga diri lagi, sebab aspek itu sudah diinjak dengan sehina mungkin, dihancurkan hingga tak berbentuk oleh orang yang Hema panggil "Tuan" tersebut.
Rutukan juga cacian tak henti Hema hadiahkan untuk dirinya sendiri.
Bisa-bisanya Hema mendesah, orgasme, dan dengan begitu mudahnya ia terkencing-kencing padahal senggama baru yang bahkan belum Hema terima kehadirannya itu sedang dilecehkan habis-habisan oleh sosok yang selalu menyiksanya.
Bukan Hema terlalu percaya diri, tapi ia sangat yakin bahwa ini hanya sebagian kecil dari pelecehan yang dilakukan oleh orang itu. Sebab batin Hema sudah diperingati bahwa tak lama lagi ia benar-benar akan kehilangan keperawanan-nya.
"Hancur... Hidup lo udah bener-bener hancur banget, Hem." gumamnya pada diri sendiri.
Matanya memburam sebab air yang melingkupi pandangannya. Tak sempat bulir itu jatuh karena si empunya sudah mendongakkan kepala sambil menghela napas berat.
"Gak akan ada cewe dan boti sekalipun yang mau sama lo lagi kalau lo sendirinya udah gak punya kontol." sambungnya lagi.
Entah helaan napas yang keberapa kalinya terhembus kasar, ia pun memilih bangkit guna membilas tubuhnya termasuk untuk pertama kalinya Hema menyentuh area itu, membersihkannya dari lendir-lendir yang diciptakan oleh senggamanya sendiri.
***
Hidup Hema rasanya cukup tenang sebab seminggu berlalu orang itu tak mendatangi kamarnya terhitung sejak mengobeli senggamanya waktu itu.
Heran? Tentu saja Hema heran sebab orang itu benar-benar tidak menemuinya barang satu menit pun.
Bukan rindu atau apa, sejujurnya Hema pun lega sebab tak perlu melihat orang itu. Rasanya ia tidak sanggup untuk menghadapi orang itu setelah insiden fingering berhadiah squirting pada minggu yang lalu.
Kalau bisa pun Hema ingin orang itu tak menemuinya lagi sampai kapanpun. Tapi jelas itu tidak mungkin kan? Sebab sekarang pun Hema menjadi tawanan di rumah milik orang tersebut.
Bosan selalu menemaninya sebab tak ada yang bisa Hema lakukan di kamar isolasi ini. Setiap hari kegiatannya hanya tidur, mmemakan makanan yang diantarkan ke kamarnya, mandi, merenung, dan kembali tidur lagi.
Terlalu monoton.
Pernah dua hari yang lalu Hema berbicara pada asisten orang itu.
"Gue boleh minta tolong gak?"
Yang diajak bicara hanya meliriknya tajam sembari meletakkan makanan.
"Kalau kamu minta tolong saya untuk bantu kamu kabur dari sini, jangan bermimpi. Saya sudah ditugaskan Tuan untuk langsung membolongi kepalamu begitu keluar dari sini." jawab Fajar dengan begitu dinginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA || [Johnhyuck]
Fanfiction[Spin-off dari buku Mas Jendral] Padahal Hema disiksa, mentalnya sudah dihancurkan dan tubuhnya sudah terlalu banyak menerima luka, tapi kenapa hatinya malah menginginkan untuk selalu berada di sisi lelaki kejam tersebut? Mungkin ini memang 'Karma'...