Bagian 06

4.3K 340 76
                                    

"Ssttt... Gapapa Na, kakak bakal bikin Nana ngerasa enak, jadi jangan ngelawan ya, Cantik?"

Dengan semangatnya Hema terus menjamahi tubuh Nana, mengusap-usap kedua putingnya hingga body langsing itu tersentak-sentak kecil membuat Hema semakin kegirangan.

Semakin bergerak ke bawah, elusan Hema turun dan semakin turun lagi menuju ke selangkangan mantan pacarnya itu. Tangannya memang sempat ditepis beberapa kali tapi Hema tetap kekeuh menyentuh area privasi itu dari balik celana.

Huh? Rasanya Hema sudah pernah berada di situasi ini. Tapi kenapa sekarang ia seolah dibawa kembali? Semuanya persis seperti waktu itu.

Mengabaikan pikirannya yang sedikit linglung, Hema kembali meraba selangkangan Nana.

"Kamu gak punya kontol, Cantik? Rata gini, tapi tembem, gak mungkin memek kan ya?" ujar Hema seperti bermonolog sendiri sambil kini tangannya malah meremas selangkangan Nana untuk memastikan lagi.

Yang dijamahi sudah tak memberontak lagi, malah kini diam menatap Hema.

Hema menaikkan sebelah alisnya heran dengan reaksi yang ia dapatkan tapi juga senang saat sosok cantik ini tak lagi memberontak.

Maka biarkan Hema berbuat sepuasnya sekarang, ia akan menghujam vagina tembam milik mantan kekasihnya ini sampai puas, sampai tak ada lagi sperma yang akan keluar dari penisnya sangking nikmat membuang bibit-bibit calon Ferdinand untuk memenuhi rahim adiknya Jendral ini.

Celana juga dalamannya Hema tarik turun tanpa kesulitan sama sekali sebab sang mantan tampak hanya diam membiarkan.

Sampai bagian bawah si submisif itu telanjang, barulah Hema bisa melihat dengan jelas bentuk kelamin Nana yang begitu cantik.

Lipatan tembam itu bewarna pink kemerahan, begitu mulus dan bulu-bulu halus di kemaluannya sangat tipis nyaris tidak tampak sama sekali kalau tidak diperhatikan dengan teliti.

"Bangsat! Cantik banget memek lo, Sayang. Tau gini gue perkosa aja dari dulu." ujarnya sambil membuka kedua kaki mantannya itu agar mengangkang lebar.

Air liur Hema nyaris jatuh. Begitu cantik juga sangat amat menggiurkan. Lihatlah tojolan kecil yang bersembunyi di antara kedua lipatan tembam itu, ingin Hema hisap dan gigit sampai tonjolan kecil itu membengkak.

Bahkan lubang vaginanya pun benar-benar top visual, kecil mungil lebih cantik dibandingkan milik Arin waktu itu.

Sejujurnya semua terasa sedikit aneh di sini sebab ia melihat sang mantan kekasihnya itu hanya mengangkang pasrah.

"Heung? Kak Hema mau ngapain?" ujar yang muda mulai membuka suara.

Hema yang tadinya hendak menyentuh vagina Nana pun terhenti. Bukannya takut hendak diperkosa, Hema malah melihat lawannya itu memasang ekspresi bingung yang kini membuat Hema semakin merasa aneh.

"Mau ngapain lagi, ya makan memek cantikmu ini dong. Abis itu baru kakak rojokin kontol mau kan, Nana?" Basa-basi, padahal tanpa bertanya begitu pun Hema tetap akan menggarap senggama submisif di depannya ini.

Tiba-tiba bahunya ditepuk membuat Hema menoleh.

Itu Jendral yang sedang berada di sebelahnya dengan tatapan biasa tapi sama-sama melihat Hema dengan raut kebingungan.

Hema semakin tak mengerti sebab dengan sangat santainya Jendral malah bertanya,

"Lo mau ngapain, Bro?"

Tak sabar, Hema langsung menghempaskan tangan Jendral di bahunya lalu menyalak kesal.

"Lo berdua kok pada nanya gue mau ngapain sih? Gue mau ngentotin memek mantan pacar gue! Puas lo? Udah jangan banyak tanya, gue mau nikmatin santapan enak dulu." kata Hema.

KARMA || [Johnhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang