Bagian 07

4.3K 369 115
                                    

""Hiks... K-Kenapa..." suara yang Hema usahakan dengan susah payah itu akhirnya keluar juga dari mulutnya meski harus beriringan dengan tangis.

Ia barusan melihat ke bawah, ke area selangkangannya dimana tangan besar orang kejam itu masih setia merabai kelamin baru miliknya.

Bukan merabai dengan kasar sebab yang Hema rasakan bukan sebuah rasa sakit, melainkan hanya sensasi asing, geli juga aneh.

Orang itu, sosok kejam yang selalu menyiksanya itu dengan lancang mengubah kelamin Hema tanpa seizinnya. Tentu Hema marah dan tak terima diperlakukan begini.

Melihat sang budak baru yang mulai histeris, Johan pun menyuruh semua orang untuk keluar dari ruangan itu, hingga kini hanya tersisa mereka berdua.

Dengan susah payah Hema berusaha menggerakkan tubuhnya untuk duduk demi melihat selangkangannya. Ia sangat berharap kalau ini semua adalah mimpi, tapi ketika tangannya dengan gemetar menyentuh lipatan tembam di selangkangannya itu, lagi-lagi matanya dipenuhi cairan bening yang siap menetes kapan saja.

"Gak! Hiks... G-Gak mungkin GAK MUNGKIN!!!  Lo!! Balikin lagi punya gue kayak semula, Siala-..!" Belum selesai umpatannya keluar, Hema malah terpaku karena mendapat sebuah tamparan kuat di pipinya.

PLAK!

"Behave yourself, dasar Bajingan tidak tau diri." ujar Johan yang mulai terpancing emosinya.

Kepala Hema terdongak paksa saat rambutnya dijambak kuat, membuat Hema kini dapat melihat langsung dalam jarak yang sangat dekat tatapan dingin yang tampak penuh amarah itu.

"Saya mengampuni nyawa kamu karena kamu bilang akan melakukan apapun, tapi yang saya dapat malah kata-kata kasar dan makian, huh?"

Hawanya semakin dingin dan menakutkan. Tatapan itu, tatapan penuh dendam, tatapan keji yang membuat Hema langsung gemetar ketakutan.

"Sudah cukup 5 bulan ini saya biarkan kamu beristirahat, jadi segera bangun dan lakukan tugasmu sebagai budak." ucapnya tanpa perasaan.

Seringai yang mengerikan terukir di wajah tegas orang itu hingga bulu kuduk Hema seketika berdiri tanpa permisi.

"JAWAB!" bentak Johan karena Hema tak kunjung meresponnya selain tangisan yang membuatnya muak.

Mau tak mau, Hema mengangguk cepat. Ia takut membuat orang ini semakin marah jadi untuk sekarang lebih baik Hema menuruti apapun yang Johan katakan.

"I-Iya..." sahutnya terbata.

"Iya apa? Kemana sopan santunmu, Slut?"

Sesungguhnya Hema sangat tidak terima dipanggil demikian oleh sosok ini. Dia bukan pelacur, dia bukan jalang, dia hanyalah seorang lelaki dominan biasa yang sayangnya sedang terkena sial.

Tapi setelah dipikir lagi pun, memang Hema sendirilah yang bersedia melakukan apapun untuk orang ini agar bisa diampuni agar tidak dibunuh, jadi kalau sosok tersebut menyebutnya sebagai 'Slut' apakah berarti setelah ini ia akan benar-benar menjadi jalang?

"I-Iya, Tuan." jawab Hema akhirnya walau suara masih terdengar bergetar.

"Siapapun tolong selametin gue, please Tuhan, please gue janji bakal tobat tapi please selametin gue dari orang ini." batinnya terus berteriak ribut.

Saat ini, satu-satunya yang bisa Hema lakukan hanyalah memohon pada Tuhan agar menyelamatkannya dari orang ini.

Tapi bukankah segala apapun yang terjadi di dunia ini sudah ditakdirkan oleh yang di Atas?

Jadi bukankan seharusnya Hema menerima?

Bukankah seharusnya Hema sebagai manusia tetap memilih untuk berusaha?

KARMA || [Johnhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang