BAGIAN 2

2.4K 316 21
                                    


Tidak seperti anak-anak lain, aku butuh tenaga ekstra untuk belajar. Butuh berulang-ulang kali pemahaman supaya aku mengerti dan mampu menguasai materi. Itulah kenapa aku menjadi tertinggal jauh dengan yang lainnya. Aku sempat mengeluhkan masalah ini pada Mas Jovan, dan yang laki-laki itu katakan padaku tetap tidak berubah sejak dulu. Dia bilang, "Lo boleh berusaha, tapi kalau udah nggak sanggup ya nggak pa-pa. Nggak usah dipaksain. Manusia nggak selamanya harus berhasil dalam segala bidang."

Begitu juga dengan Mas Nana, katanya, "Hidup ini berat, Kin. Lo nggak bisa bawa semuanya jadi satu. Lo selalu punya kesempatan buat take it or leave it. Kalau buat lo itu terlalu berat dan lo nggak sanggup buat bawa beban itu, ya lepasin aja. Karena nggak semua yang disebut 'mempertahankan' itu berakhir baik dan 'menyerah' nggak selalu berarti buruk. Cuma dengan begitu lo bisa bertahan hidup."

Sama seperti Mas Nana dan Mas Jovan yang punya keberanian untuk melepaskan apa yang mereka anggap beban, aku juga ingin melepaskan apa yang kuanggap berat. Namun, angin sejuk yang berembus pagi ini membuatku merasa bahwa, semuanya nggak akan ada artinya kalau aku melepaskannya sekarang. Aku mati-matian untuk berada di titik ini, jadi aku tidak bisa melepaskannya begitu saja hanya karena itu terasa berat. Bukankah hidup akan selalu seperti itu? Nggak ada yang mudah di dunia ini, dan kita akan mempertaruhkan banyak hal untuk melewati semuanya.

"Lo nggak lagi mikirin soal dunia pararel yang beneran ada, 'kan?"

Aku menoleh ke samping, lalu menemukan Margo dan Kassy sedang menatapku dengan pandangan skeptis. Alih-alih meladeni keduanya, aku kembali mengalihkan fokusku pada buku yang sedang kubaca saat ini. Demi menghindari kebisingan yang tidak perlu, siang ini aku memutuskan untuk duduk agak jauh dari kelas. Di bawah pohon ketapang yang rindang tanpa perlu khawatir akan ada anak-anak kelas yang mengangguku. Namun, aku keliru. Aku lupa bahwa Margo dan Kassy adalah penganggu ulung di kehidupan kampusku.

"Emang beneran ada, dan mungkin suatu saat pintu penghubungnya bakalan kebuka," sahutku. Masih berusaha fokus pada kegiatanku sebelumnya.

Margo duduk di hadapanku, sementara Kassy memilih untuk duduk di sampingnya. Tak seperti biasanya, mereka tak mengatakan apa-apa saat itu. Padahal di momen-momen seperti ini, mereka pasti dengan cepat mencercaku dengan berbagai sanggahan. Namun, siang itu tak ada satu pun yang bersuara di antara mereka. Saat aku mendongak dan mengalihkan pandanganku dari buku ke arah mereka, aku justru menemukan dua anak itu menatapku dengan pandangan skeptis yang masih saja sama, terutama tatapan mata Margo. Sepasang mata itu terlihat seperti berkata, "Lihatlah bagaimana anak tolol ini bicara."

"Anggap aja beneran ada nih, terus pintu penghubungnya kebuka, bukannya itu bakalan menganggu keseimbangan semesta, ya?" Di luar dugaan, Kassy menyahut antusias. Dia bahkan menggeser posisi duduknya untuk kembali melanjutkan, "kalian pernah nonton The Eternal Monarchnya Kim Go Eun sama Lee Min Ho nggak, sih? Kemungkinannya bakalan kayak gitu. Dan bakalan aneh nggak, sih, kalau kita ketemu sama orang yang mukanya sama persis kayak kita, tapi berasal dari dunia lain? Apa nggak takut dibunuh lo?"

Sontak, aku dan Margo menoleh ke arah Kassy dengan cepat. Kami menatap gadis itu dengan pandangan yang nyaris tidak percaya. Biasanya, dia hanya akan mencibir obrolanku yang dianggap halu dan aneh. Namun, hari ini gadis itu bicara terlalu jauh soal itu—yang bahkan aku sendiri nggak pernah memikirkannya. Cuma, ya ... kalau dipikir-pikir, apa yang diucapkan Kassy ada benarnya juga. Kehidupan ini akan kehilangan keseimbangannya jika pintu dimensi itu terbuka. Aku menonton drama yang Kassy sebutkan itu, dan menurutku, apa yang terjadi di sana memang cukup menyeramkan.

Bayangkan bagaimana jika suatu hari pintu dimensi itu terbuka dan aku tanpa sengaja bertemu dengan Kin Dhananjaya dari dunia lain itu. Bukankah itu menyeramkan? Aku mungkin tidak akan keberatan kalau yang aku temui dari dunia lain itu adalah mendiang bapak dan kakakku, tetapi bagaimana jika ada dua Jovan Akhal Raksi? Aku sama sekali tidak siap bertemu dua manusia dengan wajah yang sama dan berkeliaran dengan kaus partai yang selalu itu-itu saja.

Extraordinary Kin SEASON 2 [PREVIEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang