Pitaloka Citra Rashmi adalah seorang mahasiswi Jurusan Televisi dan Film di Universitas Padjajaran. Memasuki semester akhir membuatnya merasakan tekanan yang luar biasa. Matanya mulai menghitam dan terlihat sayu. Penampilannya sudah tidak perlu ditanyakan, ia hanya mengenakan celana jeans high waist yang biasa dipakainya, cardigan berwarna coklat muda, dan sepatu converse putih yang sudah terlihat lusuh.
Untuk ke sekian kalinya ia menghembuskan nafasnya. Ia menaruh kepalanya di atas meja, matanya menatap lurus ke arah mangkok yang berisikan bakso. Ia mencoba menghirup aroma makanan favoritnya dengan maksud menaikkan moodnya itu.
Dari kejauhan, seorang gadis melambaikan tangan ke arahnya. Pitaloka membalas lambaian tangan dengan lesu. Gadis itu menghampirinya dan meletakkan makanan di meja.
"Masih belum dapet inspirasi ya, Pit?" tanyanya sembari mengambil posisi.
"Iya, padahal ini udah minggu kedua semester tujuh. Ahh, aku bingung banget mau mulai darimana.." ujar Pitaloka yang terdengar sangat frustasi.
"Udahlah, ntar aja dipikirin lagi. Nih, makan dulu, keburu dingin, gaenak loh." gadis itu menyuapi Pitaloka dengan sebutir bakso.
Pitaloka tidak menolaknya, ia melahap bakso tersebut dan menepuk pundak gadis itu pelan, "Makasih ya, Ola. Seenggaknya aku masih punya kamu disini." Pitaloka mengeluarkan senyum tipis.
"Hahaha apaan sih kamu, Pit. Mulai deh mendramatisir keadaan.." ejek gadis bernama Ola itu sambil menepuk pundak Pitaloka.
Pitaloka menggelengkan kepalanya dan berusaha mengumpulkan energinya kembali. Ia menegakkan badannya, dan merapikan rambutnya yang berantakan. Tangannya menarik mangkok baksonya dan menghela napas panjang.
"Benar, sekarang waktunya mengisi perut, yang lain pikirin nanti!" Pitaloka menyantap makanannya dengan lahap.
Selesai makan, Pitaloka dan Ola kemudian berjalan menyusuri selasar. Hari ini, seperti biasa, banyak orang yang sedang berkumpul di tepi lapangan basket. Mereka bersorak gembira sambil menyemangati pemain basket di tengah lapangan.
"Kayaknya mereka gak kepikiran bakalan stress di semester akhir kali ya, La?" Pitaloka menyenggol tangan Ola.
"Iya, kuliah gak semanis itu dek.." Ola memasang wajah memelas yang berhasil membuat Pitaloka tertawa.
"Eh, gimana kalo kita hari Minggu ini nonton. Siapa tau, kamu dapet inspriasi dari film yang kita tonton." ajak Ola dengan penuh semangat.
"Minggu ini ya? Boleh deh, ntar aku liat jadwal dulu ya." Pitaloka mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu.
"Oke sip.. Ntar aku chat jamnya ya. Aku masuk kelas dulu, bye.." Ola meninggalkan Pitaloka sendirian. Pitaloka hanya tersenyum melambaikan tangannya ke arah Ola yang semakin menjauh.
Ia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 2 siang. Ia menghela napas panjang. Rasanya ingin cepat sampai rumah dan merebahkan dirinya. Ia berjalan melewati selasar dan terhenti di depan perpustakaan. Ia memasuki perpustakaan dan mulai mencari beberapa referensi untuk bahan skripsinya.
Tiba-tiba, langkahnya terhenti melihat sebuah buku. 'Dyah Pitaloka Citraresmi' judul buku tersebut. Ia tertarik dan mencoba mengambil buku tersebut. Namun, tingginya yang hanya mencapai 160cm itu harus membuatnya kesusahan untuk menggapai buku tersebut. Dengan susah payah ia berjinjit mencoba menggapai buku tersebut, namun ujung jarinya hanya mengenai sedikit buku tersebut.
Tiba-tiba, seseorang berdiri tepat di belakangnya dan mengambil buku tersebut. Pitaloka terdiam dan mencoba memutar tubuhnya. Namun, jarak di antar lorong lemari itu tidak dapat membuatnya leluasa memutar tubuhnya, sehingga ia tidak dapat melihat dengan jelas pemilik tangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDYAKALA [ ON GOING ]
Historical Fiction[Jangan lupa follow, vote dan commentnya readers] Cerita ini mengisahkan perjalanan waktu seorang gadis yang berusaha menghentikan tragedi yang terjadi di masa lampau. Bagaimanakah kelanjutan dari kisah ini? Apakah gadis itu berhasil menghentikan tr...