Kalau aku bisa ngomong, kata pertama yang pengen ku ucapin itu;TAUFAN GILA!
Gila! Dia sangat amat gila!
"WIIIII!! WOY SANA WOY, KETABRAK NANTI!"
Anak-anak yang tadinya bermain di jalan kini menepi ketika melihat sebuah sepeda biru meluncur dengan kecepatan diatas rata-rata. Wajah mereka tampak kagum melihat betapa kencangnya sepeda ini meluncur.
Kini aku sedang duduk di keranjang sepeda ini, seluruh bulu ku tegang dan berdiri.
Bagaimana tidak! Dia mengayuh sepeda ini dengan sangat kencang, melewati gang-gang sempit dan menikuk lalu meluncur di jalan menurun. Rasanya seperti sedang balapan kejuaraan internasional, MANA SEPEDA INI TIDAK ADA REMNYA LAGI, KALAU ADA MAH MENDING!
MEOW! MEOW!
TAUFAN! AKU BENCI KAMU!
.
.
"Eh? Gua bawanya kekencengan ya? Ehehe, sorry ya cing. Gua bikin lu takut."
Aku mendesis kesal saat Taufan hanya cengengesan tidak jelas. Lihat wajah tidak bersalahnya, aku ragu permintaan maafnya tulus.
Tangannya mengangkat ku dari keranjang sepeda, kemudian menggaruk leher ku dengan lembut, "Utututu si adek malah nich, nanti gua beliin wiskas dehh."
Aku hanya diam dan mendengkur kecil saat tangannya menggaruk leher ku. Bukannya aku suka! Garis bawahi; aku tidak suka, ini cuman karna gatal.
Taufan mengangkat ku dan membawa ku masuk kedalam rumahnya. Rumah ini cukup besar, tapi tidak terlalu mewah. Bisa di bilang masih terhitung sederhana.
"Nah, ini rumah gua. Sepi, ya? Bunda sama Ayah lagi keluar kota. Agak lama, tapi gua seneng sih. Semoga gak cepet pulang deh biar bisa main terus, hehe."
"Nah, karna elu baru dari luar mending makan dulu. Pasti laper 'kan?"
Aku hanya mengeong untuk membalasnya. Memang perut ini sudah minta di isi dari tadi. Dari awal aku bikin masalah sampai saat ini aku belum makan apapun sama sekali. Aku lapar.
Taufan membawa ku ke dapur rumah, meletakkan ku di atas meja sebelum mencari sesuatu yang bisa ku makan, "Tunggu sini ya cing. Gua cari makan lu dulu. Sementara pake yang ada gapapa lah ya."
Sementara dia sibuk mencari makanan, aku lebih fokus ke rumah ini. Rumah ini memang rapih, tapi rasanya suram. Mungkin karna anak ini tinggal sendiri untuk sementara waktu, lagi pula dari sifatnya sepertinya dia bukan orang yang betah mengurung diri di rumah.
Tak..
Sebuah ikan goreng tersaji di hadapan ku. Rupanya Taufan menggoreng ikan untuk makanan ku. Hm, ternyata dia cukup murah hati.
"Makan ampe abis yak, ncing. Biar endut."
Aku hanya mengeong kesal padanya sambil mengigit ikan ku. Enak saja dia ingin aku gendut, mau ditaruh dimana wajah keren ku ini nanti.
Taufan terkekeh pelan, dia mengelus kepala ku dan dengan sengaja menarik-narik ikan ku. Apa dia ingin mencuri ikan ku sekarang?! Dasar tidak ikhlas!
Saat aku memarahinya, dia malah tertawa. Dia mempermainkan ku atau apa? Asal dia tau jika aku manusia umurku jauh lebih tua!
Saat aku cepat-cepat melahap ikan ku agar tidak ditarik-tarik lagi olehnya, dia malah termenung dengan wajah jelek.
"Nama lu apa ya cing?"
Eh?
Chapter II: Rumah Baru. Done.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cat's Diary
FanfictionNama ku Hali, seekor kucing jantan yang jadi incaran banyak betina. Walau hanya kucing kampung biasa, entah kenapa sampai kucing anggora desa sebelah juga tergoda. Aku punya tuan, namanya Taufan. Tuan ku itu agak aneh. Kadang kalau aku tidur tiba-ti...