V. Jujur, Majikan Lelah

254 44 7
                                    


Menurut kalian, apa mimpi buruk menjadi majikan Taufan?

"TADAAA! Ini namanya Halilintar, gua pungut di gang kemaren. Kalian harus hormat sama paduka Lintar yang maha agung!"

"Uwoooo Thorn mau pegang!"

"Mukanya kok memancarkan aura yang sangat suram ya, kek barongsai mau nerkam orang."

PE MAKSUD?!

Jangan tanya betapa stressnya aku sejak dua mahluk sejenis Taufan ini datang.

AKU BISA GILA!

MANA ADA ORANG YANG MAIN KERUMAH TEMAN MAIN DOBRAK PINTU SAMPAI PINTUNYA LEPAS?!

Sekuat tenaga aku mencoba melepaskan diri dari tangan Taufan yang mengangkat ku bak Simba. Aku harus lari! Demi keselamatan mental ku!

"Otototo, anaknya pemalu ya bang Upan?"

"Ho'oh, pemaluan dianya, galak juga sih ampe ni pala gua pitak sebelah kemaren."

PEMALU YOUR EYES!

Semakin aku mencoba kabur semakin manusia biru ini memegang ku, malahan aku dipeluk yang membuat ku semakin sulit bergerak.

Sampai aku tidak sengaja bertatapan dengan temannya Taufan yang mukanya kaya preman pasar selasa.

Tatap-tatapan.

Diem.

Kemudian jatuh cinta, gak, yakali.

Makin ditatap tu muka kek ngajak ribut, entah kenapa tangan ku gatal ingin menjadikannya alat cakar yang baru selain buku Taufan. Mukanya kaya monyet, mana tau bisa jadi spek Hosni Seventeen kalau kena cakar surga ini. Taufan pasti rela, kan aku majikannya.

"Pan, kok kucing lu serem ya? Jadi merinding."

"Dih, enak aja lu ngatain anak gue. Sopan sedikit dalam berkata."

"Suer! Kek, saya mencium bau-bau niat pembunuhan berencana."

"Dih emang bang Aze Roy Kimoci."

"ROY KIOSI WOY!"

Akhirnya mereka ribut sendiri. Taufan yang gak rela aku dikatain temennya yang dipanggil Aze, si Aze-Aze itu yang masih kekeh, dan si ijo yang gak tau namanya siapa yang sekali nyeletuk langsung menyayat hati walau bener.

Heh, mungkin harus ku pikirkan ulang tentang membenci Taufan seumur hidup.

.

.

.

Gak jadi, TERKUTUK KAU TAUFAN!

Dasar babu kejam dan tidak berprikekucingan!

Setelah mereka berkelahi mereka malah akrab lagi kemudian menjadikan ku mainan mereka. Dijadiin boneka barbie, dijadiin bahan konten, dijadiin bantal guling. Aku bahkan tidak digaji untuk ini!

Kembalikan jam tidur siang ku!!!

"Eh, kak Thorn keluar bentar ya, mau jemput kucing Thorn di petshop. Nih abis dichat kakaknya."

Mereka semua kini sedang diruang tamu dengan layar televisi yang menampilkan game, sibuk bermain sesuatu yang mereka sebut PS. Dan aku? Aku dipangku si ijo yang namanya Thorn. Jujur saja diantara mereka bertiga Thorn itu yang paling baik! Pengertian, lemah lembut, sering elus-elus, aku lebih sayang Thorn dibanding Taufan. Taufan mah apa, udah nemu mainan majikan dilupakan, dasar.

"Oh mau jemput kucing mu? Bawa kesini deh sekalian! Mana tau bisa temenan sama Hali. Kasian juga ni anak kaga pernah keluar rumah dari kemaren, nolep banget bapaknya ini jadi kasian."

Dih ogah punya bapak modelan Taufan.

Katanya Thorn mau menjemput kucingnya dari petshop.

Hm, menarik.

Aku yakin dia cantik, nanti tinggal minta coblangin Taufan.

Ehehe.

.

.

.

Ha...?

"Hali kenalin ini namanya Solar! Solar ini namanya Hali. Kalian yang akrab ya!"

"Cih, kucing kampung sejenis ini? Thorn pasti bercanda."

KENAPA BEBAN HIDUP KU MALAH MAKIN NAMBAH GINI?!

Chapter V: Jujur, Majikan Lelah. Done.

Ekm, jadi, because, chapter sebelumnya itu mengalami lag gua hapus dan publish ulang. Sorry banget, wp gua bertingkah🙏

The Cat's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang