IV. Manusia Sengklek Lainnya

262 49 12
                                    


Ini sudah minggu pertama aku tinggal dirumah Taufan.

Kalau ditanya enak atau tidaknya, aku juga bingung.

Tinggal dirumah Taufan itu, makanan ku terjamin.

"Apa? Lu mau cireng juga? Dih, dasar tukang palak. Nih."

Makan tiga kali sehari, kalau gak pake ikan goreng ya wiskas alfamidi. Kadang kalau Taufan males masak pasti beli cireng sepuluh ribu, tinggal dimeong-meongin dikit pasti dikasih, kalau gak cakar aja mukanya.

Tinggal dirumah Taufan itu, aku jadi pemilik rumahnya.

"Hali, lu berak dibelakang sofa lagi 'kan?"

"Meow."

".......HALIIII!!!!"

Mau buang hajat dimana pun suka-suka pantat. Paling tantrum bentar, nanti juga dibersihin.

Tapi ibarat kata pepatah, semua itu pasti ada gak enaknya.

Contoh aja hari ini.

Kalian tau, kucing itu punya rutinitas wajib, namanya tidur siang.

Gak semua kucing suka tidur malam, contohnya aku. Kalau kalian pikir kerja ku pasti keluyuran, kalian salah besar. Aku punya tugas penting dirumah ini.

Sebagai pemburu tikus dan serangga.

Taufan itu benci sama serangga, laba-laba kecil pun pasti berisiknya minta ampun.

Jadi, anggap saja tugas penting ku ini sebagai balas budi. Kurang baik apa aku, padahal dia takut dengan serangga tapi hewan lain pun ku bersihkan. Taufan harus sering-sering menggaruk leher ku.

Karna tugas penting ku, aku akan mengantuk disiang hari. Dan itu kenapa kami para kucing wajib tertidur agar kami bisa melakukan tugas malam kami.

Tapi Taufan itu sudah diberi hati malah minta lamborgini.

Hari ini seperti biasa aku berbaring di sofa, mengisi tenaga setelah tugas malam.

Sofa empuk, kipas angin, perut kenyang. Situasi sudah sempurna. Yang tinggal kulakukan hanya menutup mata dan bermimpi dikelilingi banyak betina.

Tapi, suara langkah kaki mengendap-endap dibelakang sofa. Telinga ku berdiri mendeteksi getaran suara yang ada dibelakang ku. Firasat ku tidak enak, dan sebelum aku bisa kabur sebuah tangan lebih dulu memegang ku.

"Ototototo, tiapa budak buluq ni? Ini budak buluq yang kerjaannya eek dibelakang sofa!"

AKHH TAUFAN SIALAN!

Setiap kali aku mau tidur siang, pasti dia dengan sengaja mengganggu!

"MENGGG!!"

Taufan itu cabul, dia selalu menciumi perut kekar idaman betina ku tampa alasan seperti sekarang.

"Adeh! Rambut gua jangan dijambak Lin!"

Dan apa aku diam? Tentu tidak. Ku keluarkan cakar maut ku dan ku tancapkan kekepalanya, Taufan pasti langsung berusaha menarik tubuh ku tapi tidak akan ku biarkan!

Makan itu, dasar babu cabul!

"LIN! ADUH, IYA GAK GUA GANGGUIN. SUER DEMI ALEK!"

BRAK!

Aku dan Taufan sama-sama terkejut, saking kagetnya aku sampai tidak sengaja mencakar wajahnya dan kabur kebelakang sofa.

"TIDAK WAJAH SPEK JAEMIN GUA!"

"ADEK UPAN AMANG BLEJ ES HER! WHAY ER U SKREM?! SOMTENG HEPEN?!"

"ABANG UPAN JANGAN MATI DULU!"

"GUA MASIH IDUP ASTAGFIRULLAH!"

Demi alek,

KENAPA TIDAK ADA MANUSIA NORMAL DITEMPAT INI?!


Chapter IV: Manusia Sengklek Lainnya. Done.

Alin capek, Upan capek, penulis juga capek buntu ide.

Btw, makasih yang udah suka sama cerpen singkat ini💋💋💋💋
Gak nyangka kalian suka sama cerpen yang bahkan gak niat dibuat ini, padahal secara narasi jauh dari kata bagus. Sekian, yang gak vote dapet eek Hali.

The Cat's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang