(#1) VII. Menantu Taufan

223 37 8
                                    


"LIN, KERJAAN LO NOLEP MULU! CARI BINI SANA! BAWAIN GUE MENANTU."

Ck, kenapa harus sekarang sih?!

Kaki ku hanya menapak lunglai diatas pagar. Pagi-pagi Taufan langsung marah-marah, berkata kalau aku sesekali harus keluar rumah melakukan apapun yang membuat ku bergerak atau paling tidak mencari betina untuk dijadikan 'menantu'-- katanya.

Dia bilang kalau aku hanya bermalas-malasan dan menghabiskan uangnya aku akan berakhir bongsor. Padahal tiap malam aku bergerak kesana-kemari! Dianya saja yang tidak pernah melihat!

Tubuh ku akan selalu sempurna tampa perlu khawatir kelebihan lemak, memangnya aku sepertinya yang selalu makan sambil bermalas-malasan didepan TV. Bahkan sekarang Taufan benar-benar terlihat berisi.

Sedangkan betina, itu sih perkara sepele.

"Hei! Apa kamu tidak ingin berkunjung ketempat ku? Aku punya tempat yang nyaman untuk kita loh."

"Mas ayo dengan ku saja! Mereka cuman bisa sekali musim kawin, aku bisa sampai berapa pun!"

"Mereka semua hanya kucing murahan! Hidup mu akan lebih baik dengan ku!"

Selain lunglai karena malas, para betina yang terus mengikuti ku dari bawah pagar seperti anak ayam juga mengganggu.

Taufan benar-benar meremehkan ku. Aku tinggal memilih satu dari mereka untuk ku bawa pulang.

"Cih, dia pikir aku bujang lapuk. Aku bisa mengawini seluruh betina disini kalau aku mau!"

Bahkan dari depan pintu pun mereka sudah mengerumuni ku, aku bahkan tidak perlu bergerak agar mereka datang. Benar-benar perusak perasaan, mana betina-betina yang mengikuti ku kebanyakan kucing murahan. Mana mau aku punya pasangan yang kerjanya selalu keluar malam pulangnya tidak perawan. Gini-gini selera ku mahal!

Yang kulakukan hanya mengikuti kemana pagar panjang ini membawa ku pergi. Mungkin aku bisa menemukan tempat sempurna untuk tidur siang, jauh dari betina-betina menyebalkan ini.

"Pergilah! Jangan ikuti aku!"

Aku mempercepat langkah ku, melewati tembok dan atap rumah meninggalkan para betina yang terus mengekori ku.

Waktu terus berjalan, matahari mulai semakin terik. Yang ku lakukan hanya berjalan dan berjalan seperti tidak punya rumah.

Pulang? Itu perkara mudah. Aku hafal tempat ini diluar kepala, lebih baik dari siapapun.

"Hm?"

Aku berhenti ketika pagar ini membawaku melewati sebuah taman. Taman itu tidak terlalu besar atau kecil, pohon yang menjulang tinggi ditangannya tampak rimbun dan menarik.

Jack pot. Tempat tidur siang-- tampa Taufan!

Aku dengan cepat melompat turun dari pagar, memasuki taman itu dan memperhatikan sekitar kalau-kalau ada objek yang memungkinkan mengganggu.

Kiri-Kanan, semuanya sepi. Hanya ada aku ditaman ini, sungguh sebuah keberuntungan.

Aku mendekati pohon yang tumbuh lebat di tengah taman ini, memanjat kedahan yang terlihat cukup nyaman untuk ditempati dan menikmati waktu tenang ku tampa apapun yang menghalangi.

Semilir angin dan desiran dedaunan yang lembut jauh lebih menenangkan, tidak seperti suara jeritan Tauf--

"HEI JANGAN LARI KAU!"

Baru juga dibilang. Kenapa sih semesta tidak mengizinkan ku untuk setidaknya tidur sebentar? Perasaan dosa ku gak ada!

"GAK MAU!"

Hm, betina ya? Sepertinya dia dikejar hewan lain.

Bikin repot. Apa peduli ku. Mending lanjut tidur.

"HEY KAMU YANG DIATAS POHON GAK MAU BANTUIN GITU?! TOLONG DONG!"

Yah, ketahuan. Hahh, mau tidak mau. Dari pada dia semakin berisik.

Aku membuka mataku, menatap betina yang tengah dikepung tiga pejantan dibawah pohon.

Mereka berdebat sengit, sepertinya betina itu dipaksa mengikuti perkataan para pejantan di hadapannya dan betina itu menolak keras.

Baru kali ini ada betina yang tidak jual diri, menarik juga.

"Ayolah, ikut saja dengan kami! Kenapa kau keras kepala sekali sih!"

"Dih, dibilang gak mau ya gak mau! Maksa banget!"

"Langsung aja lah! Lagian dia sendirian."

Gak didunia manusia, gak didunia perhewanan. Otaknya sama-sama cuman setengah. Heran, yang bener itu hewan ngikutin sikap manusia atau manusia yang ngikutin sikap hewan?

Kata Taufan, cowok gentel itu yang sikapnya pahlawan. Sesekali, mungkin aku harus mengikuti perkataannya.

E-EH?!

"Huh? kalian denga--"

Brak!

Aku melompat dari pohon langsung menimpa salah satu dari para pejantan itu. Gak sih, sebenernya kepeleset. Makanya sempet njerit dikit, untung cuman yang ku timpa ini yang mendengar. Bisa rusak image ku kalau ketauan.

Dua pejantan lainnya menatap ku bingung, sedangkan aku menatap mereka dengan tajam dan menusuk.

Sial, bulu ku masih berdiri karena kaget. Tolong jangan lihat itu!

"Siapa kau?! Kau mau macam-macam dengan kami?!"

Oh, gak keliatan. Hehe, alhamdulillah--

"Kalau iya kenapa? Kau tidak suka?"

Hampir lupa, harus keliatan keren dulu. Kan aku MC.

Melihat situasi yang sepertinya tidak menguntungkan, mereka lari termasuk yang ku timpa sebelumnya. Huh, padahal cuman diplototin dikit. Coba diplototin Taufan kalo kalah game dari pagi ampe pagi, pasti trauma, mukanya udah mirip pasien RSJ gawat darurat.

Klise sekali kalau dipikir-pikir, jangan-jangan aku beneran tokoh utama. Tapi aku kucing, masa jadi MC.

"Wah, makasih udah nolong aku!"

Aku beralih menatap kucing berjenis british shorthair yang menatap ku dengan kagum. Tatapannya sangat berlebihan, aku hanya menggertak, bukan bertaruh. Lagi pula itu bukan untuknya.

"Puas? Sekarang pergi, kau mengganggu ku."

Aku meninggalkan betina itu, kembali memanjat dahan pohon dan melanjutkan tidur siang ku yang tertunda.

Betina itu sedikit terlihat kesal, dia kemudian menjerit dari bawah pohon, berusaha memanggil ku dengan suara cemprengnya.

"Dasar sok dingin! Nama ku Aren! Setidaknya beri tau aku nama mu!"

"Jelek sekali, itu nama atau gula?"

"Aku dengar tau! Pokoknya siapa nama mu!"

Sudah cempreng, cerewet, maksa pula.

"Hali, Halilintar Reano."

Tapi dia menarik, kalau dipikir-pikir. Hanya dia yang berbeda dari yang lain.

"Gitu ya, salam kenal ya! Ano!"

"Ku bilang nama ku Hali!"

"Tapi Ano kan lucu!"

"JELEK! Pokoknya Hali!"

Kutarik kata-kata ku, dia Taufan 2.0.



Chapter (#1)VII: Menantu Taufan. Done.

Sebenernyaa, ni chapter agak panjangan, sekitar 1000an kata. Cuman karna gue ngaret lama banget, gue bagi jadi dua part aja biar lo pada ada sesuatu buat dibaca.

Lama-lama keknya gue plagiat Saya Ayam Saya diam. Plis gebukin gue kalau gue kek gitu.

Btw, makasih buat 1 rb pembacanya 💋💋💋💋
(Part 2nya nanti gue post di TW duluan baru di WP)

The Cat's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang