08; Takdir dan Kesempatan

1.1K 185 19
                                    

Deburan ombak menyapu pasir, semilir angin seakan menyerbu untuk menyentuh apapun yang ada disekitar. Laki-laki yang sekarang duduk di bebatuan tepi pantai itu masih berada disana, matanya menatap laut luas di depannya sebelum perlahan ia mengadahkan wajahnya keatas, memejamkan matanya sejenak, menghirup udara sebanyak-banyaknya seakan hal itu bisa mengisi ruang kosong di dada nya yang sesak.

Bayangan tentang bagaimana dirinya di dorong mundur tanpa diminta itu kembali terlintas. Bagaimana perempuan itu menarik diri, menjauh darinya dan pergi.

"Pram?"

Laki-laki yang dipanggil namanya itu tersadar, kepalanya menoleh dan menemukan Revi—manajernya sedang berjalan mendekat, perempuan itu tidak sendirian, ada seseorang yang mengikuti langkahnya di belakang. Semakin dekat, Prama baru menyadari jika orang lain itu adalah Rena—manajer dari Nayanika.

"Everything okay?" Revi menatap lekat wajah laki-laki yang sudah ia anggap seperti adik nya sendiri itu, mencari jawaban di sana. "Sesuatu terjadi?"

Prama menggeleng, matanya beralih kearah perempuan lain yang berdiri di samping Revi. Sebenarnya ia belum pernah bertemu manajer dari Naya tersebut, hanya tau namanya saja karena berada di manajemen yang sama, saat ia masih di Indonesia, Naya memiliki manajer lain sebelum kemudian setelah dirinya pindah ke LN, Prama mendapat kabar kalau manajer Naya sudah diganti dengan Rena.

"Kak Rena,"

Sadar jika namanya dipanggil, Rena menoleh—melihat kearah laki-laki yang terlihat dengan perlahan bangun dari posisi duduknya.

"Ya?" kening wanita itu mengkerut, nampak bingung.

"Aku minta maaf soal kejadian tadi, aku yakin kejadian tadi bakal nimbulin kehebohan di media. Aku benar-benar minta maaf." lontar Prama.

Rena menggeleng, "It's okay, Pram. Gak akan ada asap kalau gak ada api, aku yakin pasti Bara duluan yang cari masalah, tapi kamu tenang aja, aku tadi di bantu sama Revi juga udah handle semuanya, ya walaupun ada video yang bocor kita udah contact tim manajemen buat cari cara untuk take down semua video nya, masalah tadi gak akan panjang dan kemana-mana kok, gak usah khawatir."

"Iya, lagipula bakal ada berita lain juga yang bakal nutupin berita kejadian malam ini." Revi menimpali.

"Berita lain?" tanya Prama.

Revi mengangguk, "Nanti kamu juga bakal tau. Sekarang, gimana? kamu udah ketemu sama Naya?"

Seketika hening.

"Pram?" Revi bersuara lagi.

"Dia udah tau kak, aku jelasin semuanya ke dia."

Hening.

Revi melirik kearah Rena yang juga meliriknya. Rena merasa di posisi yang serba salah sekarang, bingung—antara tetap berada disana dan merasa tidak sopan untuk mendengar pembicaraan keduanya atau memilih meninggalkan mereka tetapi sebelumnya ia harus tau dulu kemana Naya pergi, dan untuk menanyakan hal itu kepada Prama sekarang yang terlihat sedang kacau juga cukup menganggu bagi Rena, maka—ia memutuskan untuk memilih poin pertama. Tetap tinggal.

"Terus gimana?" Revi bersuara lagi, wajahnya menatap khawatir kearah laki-laki di hadapannya.

Prama ditempatnya menghela napas pelan sebelum kemudian menggeleng, "Dia pergi, dia marah, dan kayaknya dia gak mau maafin aku."

Sekali lagi suasana menjadi hening.

"Kamu gak berusaha nahan dia?" Revi kembali bersuara.

Prama menggeleng. "Aku takut dia makin marah, kak."

"Kalau boleh aku ngomong—" suara Rena membuat kedua orang yang ada disana beralih kepada perempuan itu, Rena menatap Prama dan Revi bergantian sebelum kembali berbicara, "Aku jujur gak tau permasalahan yang sebenarnya tuh apa, karena aku baru masuk kedalam lingkup kehidupan Naya tuh setelah apa yang terjadi, tapi secara garis besar aku cuma tau kalau kamu sama Naya dulu pernah deket dan kamu pergi, gak ngasih tau Naya yang pada akhirnya bikin Naya kecewa. Yang aku tau kepergian kamu juga jadi alasan hampir kacaunya kehidupan Naya."

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang