Langit pagi ini nampak bewarna biru cerah tanpa dihiasi awan saat Nayanika duduk di teras kamar tepat di tepi kolam renang. Angin berhembus dengan lembut menyentuh kulitnya. Tangannya perlahan bergerak, mengambil segelas susu yang sudah di sediakan di atas meja kecil—menuangkan ke dalam mangkok yang sudah bersi sereal.
Nayanika sengaja meminta sarapannya untuk dibawa ke kamar saja, ia lebih memilih untuk sarapan di sini—di tempat yang ia rasa lebih privasi.
"Hallo, Miss Naya..."
Suara perempuan yang memanggil namanya dengan nada tersebut seketika mencuri perhatian gadis itu. Nayanika menoleh, mendapati seorang perempuan bule yang mengenakan seragam staf resort tempat dimana ia menginap sekarang.
"Ya?" ujar Naya, wajahnya nampak sedikit bingung.
"Here is your breakfast, fried rice with egg and also sandwich, Miss. Enjoy your food and have a good day."
Nayanika mengernyit, "I already got cereal for breakfast, sorry—maybe you have the wrong room."
"But someone said this is for you. Miss Nayanika, right?"
"Ya, it's me, but—"
"He also gave this flower."
Staf tersebut memberikan sebuah bucket bunga dandelion bewarna biru dan juga bunga daisy bewarna kuning. Nayanika menerima nya dengan wajah yang masih terlihat bingung, justru sekarang dibuat— semakin bingung.
"He asked me to convey that you should read the message on the card."
Nayanika mengamati kartu yang tertera di dalam bucket sebelum tangannya perlahan bergerak, membaca pesan yang tertera disana; 'Dandelion for courage in changing something that has been destroyed and—daisy for happiness. Aku harap kebahagiaan akan selalu bersama kamu, Naya.'
Perempuan dengan balutan dress bewarna cream itu mengadarkan pandangannya kesekitar. Tidak ada— dirinya tidak menemukan siapapun yang berada di dekatnya, hanya beberapa orang asing yang nampak dari kejauhan sedang berjalan menuju pantai. Dirinya sendirian disini, ya— masih ditemani staf yang berdiri di depannya, tapi pada dasarnya ia sendiri, bahkan satu-satu nya bangunan lain yakni paviliun di sebelah tempatnya juga nampak tak berpenghuni.
Lalu—siapa yang memberikan tambahan makanan dan bunga dengan kartu berisi pesan penuh makna tersebut? Nayanika menggeleng, tidak mungkin dia kan?
"Who asked you to give this all?" ujar Naya kemudian.
"Someone who lives there." jawab staf tersebut, matanya melemparkan pandangan ke sebelah kiri—lebih tepatnya pada satu-satunya bangunan paviliun yang pintunya tertutup.
"What?" Nayanika mengernyit. "You mean, the person who lives in that pavilion?"
"Ya." jawabnya. "Oh, I am so sorry Miss Naya, I think I will be back because I have some work to finish. Once again, enjoy your meal and pick up your beautiful flowers. Have a good day."
"Wait—" Nayanika spontan menghentikan kalimatnya saat staf tersebut sudah berbalik untuk pergi. "O-okay thank you."
Perempuan yang masih duduk di tempatnya itu melirik sekilas pada makanan dan bunga yang berada di atas meja sebelum pandangannya beralih pada kamar lain tepat di samping kamarnya. Nayanika menatap bangunan itu penuh selidik, ia seperti tengah menimbang sesuatu, beberapa detik setelahnya perempuan itu berdiri, kakinya melangkah pelan mendekat—berjalan memasuki teras dari kamar yang pintunya masih tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Romance"Bertemu dan mengenalmu bukan rencanaku, memiliki rasa padamu bukan keinginanku, lalu menapa melupakan mu terasa begitu sulit bagiku?" -Nayanika "Bertemu dan mengenalmu tanpa rencana itu ibarat berperang, mudah untuk memulai tapi sangat sulit untuk...