07; Bintang Di Tempat Berbeda

1.1K 176 26
                                    

Naya duduk di bangku tamu paling pojok sambil berusaha menenangkan degupan jantung dan mengatur laju nafasnya yang sejak tadi terasa berat. Matanya melirik sekilas pada laki-laki yang berdiri berjarak lima meter di depannya, sedang mengobrol dengan tamu lainnya.

"Nay, minum dulu." Anggita mengulurkan gelas berisi air mineral yang diterima oleh Naya.

"Makasih, Nggi."

Naya meneguk minuman itu hingga menyisakan separuh, namun kering tenggorakannya terasa tidak bisa hilang. Justru rasanya malah semakin bertambah, matanya menatap kesekitar, masih ingat dengan jelas bagaimana respon orang-orang tadi saat melihat mereka berada di tempat yang sama untuk pertama kalinya setelah berita yang sedang ramai tersebar.

Ada yang secara terang-terangan menatap penuh penasaran, ada juga yang berlagak acuh tak acuh namun sesekali mencuri pandang kearah dirinya ataupun kearah laki-laki itu.

Jujur saja, suasana yang terasa disini cukup membuat Naya merasa risih.

"Eh, kamu mau kemana?"Anggita reflek menahan tangan perempuan yang tiba-tiba berdiri dari kursi nya itu

"Aku mau balik ke kamar duluan ya Nggi." ujar Naya.

"Loh, kenapa?"

"Tiba-tiba gak enak badan aja, aku duluan ya."

"Eh, Nay, Naya!" Anggita sudah tidak menghentikan sahabatnya itu saat Naya berlalu pergi begitu saja, berjalan terburu-buru meninggalkan kerumunan tamu acara.

Anggita berbalik sebelum tanpa sengaja matanya bersitatap dengan Prama yang sejak tadi ternyata memperhatikan kearah dimana mereka duduk. Mata keduanya dalam diam saling berbicara sebelum kemudian Prama terlihat pamit kepada teman yang tadi ia ajak berbicara dan melangkah pergi.

──── 𖤣𖤣𖤣 ────

"Naya, tunggu."

Tarikan di pergelangan tangannya sontak membuat langkah Naya terhenti. Ia menoleh, dan jantungnya dibuat dua kali lipat berdetak kencang saat tau siapa orang yang baru saja menahannya. Naya reflek melepaskan diri, mendorong laki-laki itu hingga tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang.

"Ngapain kamu disini?" tanyanya, matanya menatap penuh rasa kesal.

"Sayang, kita harus ngobrol—"

"Kenapa kamu ada disini?!"

"Sayang—"

"Jangan panggil aku begitu, kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, Bara. Sekarang aku tanya, kenapa kamu bisa ada disini?"

"Nay, ayolah." Bara berusaha meraih perempuan didepannya sebelum kemudian tangannya ditepis dengan keras. Laki-laki itu menghela nafas kasar,b"Naya, aku gak mau hubungan kita selesai."

"Kamu nih gila ya? kamu gak malu muncul di depan aku sekarang? kamu gak malu setelah kepergok pergi sama perempuan lain, tinggal satu kamar, aku sendiri yang lihat kamu sama dia di dalam kamar itu, dan kamu masih berani minta aku balik sama kamu?"

"Nay, aku khilaf."

"Bar, cukup ya. Jauhin aku dan jangan ganggu aku lagi."

Naya sudah akan beranjak pergi saat tiba-tiba tangannya kembali di tarik, sekarang Bara berusaha sedikit menyeretnya.

"Bara, lepas! kamu apa-apaan sih?"

"Kamu harus ikut aku, Nay."

"Gak, lepas! Bara lepas!"

"Kalau orang gak mau jangan dipaksa."

Suara berat laki-laki yang tiba-tiba hadir dari belakang serta tangannya yang menarik bahu Bara reflek membuat dua orang yang ada disana menoleh, Naya menatap wajah Prama dengan tatapan shock.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang