.☘︎ ݁˖ 𝔅𝔞𝔟 𝔛

17 3 0
                                    

Gemerincing Koa, desa tempat Nanda berpijak ini kerap mengadakan festival

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemerincing Koa, desa tempat Nanda berpijak ini kerap mengadakan festival. Sebut saja Festival Terima Kasih, Festival Panen Besar, Festival Tarian dan Nyanyian, Pameran Hasil Karya, Festival Unjuk Gigi, juga festival lainnya. Tidak heran, ingar-bingar musik dan lagu selalu menyelimuti desa tempat tinggal Fei beserta keluarga.

Omong-omong soal keluarga Fei, mereka sangat ramah karena telah menerima Nanda dengan tangan terbuka. Tanpa rasa canggung sedikitpun, kedua orang tua Fei mengajaknya berbincang hangat sekaligus saling melempar lelucon yang Nanda masih kesulitan bagaimana membalasnya. Terus terang, untuk hal itu, dapat dipastikan ia menjadi orang terakhir yang tertawa mendengar candaan apa saja. Alhasil, ia membalas sekadarnya hanya agar tidak merusak suasana. Selera humor Nanda memang seburuk itu.

Barangkali karena sudah tak tahan melihat Nanda terlihat amat berusaha mengimbangi, ayah Fei meminta putrinya untuk menemani berkeliling sekitar desa. Menurutnya, banyak hal menarik yang akan ditemukan sehingga Nanda tak perlu merasa bosan. Tidak ada alasan untuk itu selama berada di Gemerincing Koa.

Di sinilah Nanda, bersama Fei, berjalan menuju Senada, lapangan melingkar di tengah-tengah desa, tempat biasanya diadakan festival besar. Yang dimaksud festival besar di sini, biasanya diadakan 1-2 kali dalam setahun, dan melibatkan hampir seluruh penduduk Gemerincing Koa. Kebetulan malam nanti akan diadakan Pameran Hasil Karya.

Dalam pameran tersebut, setiap peserta diminta membuat sesuatu dengan kekuatan sihirnya untuk diperlihatkan kepada khalayak sampai nanti masuk tahap penjualan. Tidak semua karya dapat memasuki tahap tersebut karena harus melalui penilaian cukup ketat, terutama terkait kegunaan serta keamanannya. Bisa dikatakan, Pamerin Hasil Karya membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin mengasah sekaligus mengapresiasi kemampuan diri.

Meski acara diadakan malam hari, semua sudah sibuk memasang dekorasi baik itu di tempat acara maupun pertokoan dan rumah-rumah di sekitarnya. Tak peduli betapa menyengatnya cuaca hari ini.

Penduduk bekerja sama memasang bendera segitiga beraneka warna pada tali yang nanti akan digantungkan mengitari area. Ribuan gemerincing tiga lonceng telah terpasang berseberangan dengan bendera lambang desa ini: satu lengkungan layaknya bulan sabit, ditambah tiga titik pada bagian cekungnya serta satu kepalan tangan di sisi kiri. Pada jalanan lurus menuju tempat acara utama, terdapat tenda-tenda tempat menjajakan makanan dan minuman.

Nanti, masing-masing hasil karya peserta akan dipamerkan dalam satu gelembung khusus di antara bendera dan kumpulan gemerincing tiga lonceng. Gelembung keemasan itu dapat mencegah terjadinya hal-hal tak diinginkan. Karena pernah suatu kali, sebilah pedang tanpa sengaja tersentuh kekuatan lain, hingga memicu pedang itu menyerang ke segala arah. Kalau Yarira sebagai penjaga festival tidak turun tangan, korban yang berjatuhan mungkin mencapai puluhan.

Meski begitu, antusiasme para peri dalam menyambut festival senantiasa menyala. Lihat saja cahaya yang berpendar kala tangan-tangan mereka bekerja. Kemauan mereka demi menyukseskan acara memang patut diberi apresiasi. Nanda sudah bisa membayangkan betapa meriahnya festival malam nanti ...,

𝐁𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐀𝐧𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐍𝐞𝐠𝐞𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐩𝐞𝐫𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang