.☘︎ ݁˖ 𝔅𝔞𝔟 𝔙

11 4 0
                                    

Tidak banyak yang diketahui Faiy tentang manusia karena para tetua pun enggan membicarakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak banyak yang diketahui Faiy tentang manusia karena para tetua pun enggan membicarakannya. Meski tidak bermaksud menutupi, mereka cenderung menghindari pembicaraan soal itu, termasuk orang tua Faiy. Jika ada pertanyaan terkait, mereka akan mengalihkan ke topik lain, khawatir pertanyaan yang diajukan menjurus ke hal-hal yang semestinya tidak terbuka lagi. Karena itulah, Faiy lebih senang menganggapnya sebagai hal tidak penting untuk diketahui lebih dalam.

Namun, siapa sangka, Faiy kini berurusan dengan sosok yang dulu dianggap tidak penting. Semua terjadi begitu tiba-tiba. Dia jadi tak tahu harus berbuat apa pada anak manusia yang mampu melihat peri dan Yao. Tidak apa kalau memang peri muda seperti Faiy belum diizinkan untuk tahu, tetapi setidaknya Meema dan Popaa mengajarkan bagaimana harus bersikap andai suatu saat bertemu muka tanpa sengaja. Kalau tidak mau berakhir menyedihkan seperti sekarang.

Baru kali ini Faiy melihat anak manusia begitu akrab dengan Yao, ataukah karena memang selama ini dia tak tahu? Lihat saja anak manusia itu, Ananda, kini duduk santai sambil memangku Yao. Tangannya masih betah mengelus bulu-bulu halusnya yang tentu membuat Yao merasa sangat nyaman. Sesekali ia mengamati penampilan Yao dengan mengangkat, lalu membolak-balik tubuhnya seolah mencari sesuatu. Terakhir, anak itu memainkan sebuah benda, sepertinya rumput liar, dengan menaikkan dan menurunkannya. Yao menyambut baik benda serupa pancingan itu.

Faiy mendongak. Di atas sana langit biru terbentang luas, ditemani awan putih juga hembusan angin yang menyegarkan. Bagian yang paling dia suka sejak pertama datang ke dunia ini. Pandangannya kembali pada Ananda. Dia ingat betapa keras anak lelaki itu saat bicara beberapa waktu lalu.

"Jadi benar kamu itu peri, Tuan?"

Dahi Faiy mengernyit. Relinganya sedikit terganggu dengan sebutan 'Tuan' tadi. Dia tidak setua itu. Setidaknya belum. "Seperti yang kau lihat. Dan jangan panggil aku Tuan." Dipasangnya wajah paling tidak ramah khusus untuk anak manusia satu ini.

"Aku Nanda. Ananda." Ananda menyodorkan tangan kanan ke arah Faiy yang dibalas dengan lirikan tanpa menyambutnya.

"Faiy."

Sejujurnya, Faiy sedang tidak ingin beramah tamah dengan siapa pun, terutama Ananda.

"Apa kamu tinggal di negeri peri?" Kentara sekali Ananda menahan diri agar tidak terlihat terlalu senang. Matanya terlalu berbinar-binar.

Bagaimana dia bisa tahu Negeri Peperi?

Faiy memperbaiki posisi duduknya menghadap Ananda. "Apa yang kau mau?"

"Bawa aku ke sana."

"Tidak."

Ananda terkejut Faiy langsung menolak permintaannya. "Kenapa?"

Kedua tangan peri itu bersedekap. "Bukankah sudah jelas, karena itu bukan tempat tinggalmu. Tinggallah di rumahmu sendiri." Sejurus kemudian, ia melihat mata Ananda berkaca-kaca. Faiy menggeleng, memantapkan hati agar tidak terhanyut. Tugasnya hanyalah membawa pulang Yao, bukan anak manusia.

"Kumohon." Ananda menangkupkan kedua tangannya, masih dengan mata berkaca-kaca.

Faiy menghela napas berat. Sebenarnya, dia tak sampai hati melihat kesepian di mata Ananda. Apalagi seperti ada sesuatu yang menariknya untuk mengabulkan permintaan itu. Namun, Faiy tidak tahu apa

"Andai aku bisa. Tidakkah kau lihat aku hanya seorang peri muda. Dan lagi, Peperi memang bukan tempat tinggal manusia. Takada manusia yang tinggal di sana. Apa kau memahami ucapanku?"

Belum ada manusia yang segigih itu mengatakan ingintinggal di dunia peri. Baru Ananda seorang yang kini menatapnya dalam diam danmengandung beribu makna.

 Baru Ananda seorang yang kini menatapnya dalam diam danmengandung beribu makna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐁𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐀𝐧𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐍𝐞𝐠𝐞𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐩𝐞𝐫𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang