chapter 四

271 46 18
                                    

HAPPY READING

04






Felix dulu.

Pernah jatuh cinta.

Dia berpacaran dengan laki-laki yang lebih muda, dia masih sekolah menengah atas, Jeongin namanya, mereka berpacaran selama lebih dari dua tahun. Namun begitu Felix pindah kota untuk berkuliah, dan Jeongin tetap tinggal— mereka putus tak lama kemudian. Jeongin mengatakan alasannya adalah jarak yang jauh, dan Felix bahkan siap untuk pindah kembali ke kampung halamannya, tetapi Jeno berhasil menghentikan Felix untuk keluar dari Universitas mereka.

Felix menerima perpisahan itu dengan berat hati. Meski empat tahun telah berlalu, ia masih belum sepenuhnya melupakan cinta pertamanya. Yang memperburuk keadaan adalah beberapa bulan yang lalu, dia mengetahui bahwa Jeongin mulai berkencan dengan Jisung, yang merupakan sahabat Felix di sekolah. Tidak hanya itu, mereka mulai berkencan hanya beberapa bulan setelah dia putus dengan Felix.

"Bertunangan!? Mereka bertunangan?" Felix berseru sambil mengusap rambutnya.

Dia baru saja menemukan postingan di Instagram, di mana sepupu Jeongin memberi selamat kepada pasangan tersebut atas pertunangan mereka. Tentu saja, Felix sangat marah.

"Sepertinya begitu," gumam Jeno sambil melihat Felix mondar-mandir di ruang tamu.

"Aku tidak percaya omong kosong ini," kata Felix, "jadi, Jisung tidak hanya berkencan dengan mantan pacarku, tapi sekarang dia akan menikah dengannya? Bukankah itu melanggar aturan pertemanan?"

"Kalian berdua bukan teman lagi..."

"Inilah alasannya! Dia bisa jadi gay dengan siapa pun! Siapa pun kecuali Jeongin!" Felix menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, tetapi tidak ada gunanya.

"Sudah bertahun-tahun berlalu, Felix, kau harus move on," Jaemin, teman Felix yang lain dan suami Jeno, berkata dengan lembut.

"Kau pikir aku belum mencobanya?" Felix membentak, "tidak mudah untuk move on dari cinta pertama."

"Hei, kau marah, aku mengerti, tapi jangan melampiaskannya pada Jaemin," kata Jeno.

"Maaf," gumam Felix. Dia duduk di kursi malas dan mengerang, "apa kau tahu kalau mereka sudah menetapkan tanggalnya?"

"Tidak," jawab Jeno, "meskipun aku mengetahuinya, itu bukan urusanmu lagi. Semakin sedikit kau tahu, semakin baik."

"Jangan terlalu berfilsafat padaku," Felix berkata datar, "Jeongin selalu berbicara sepanjang waktu tentang keinginannya untuk menikah denganku dan menjadi tua bersamaku dan semua omong kosong itu. Semua bohong. Semua bohong."

"Segalanya berubah, orang-orangpun juga berubah," kata Jaemin, "kau juga akan menemukan seseorang yang baru."

"Aku sangat meragukan hal itu," ejek Felix.

Felix belum pernah berkencan dengan siapa pun sejak putus dengan Jeongin. Hanya one-night-stand di sana-sini, tapi tidak ada yang serius. Di matanya, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dia alami bersama Jeongin. Lagi pula, dia belum siap untuk patah hati lagi. Tidak mungkin dia membiarkan siapa pun memiliki kekuasaan seperti itu lagi. Bahkan dalam mimpi terburuknya sekalipun.

"Ayo keluar," kata Jeno sambil bangkit.

"Kemana?" Felix bertanya.

"Kemana saja. Bagaimana dengan club yang terus-terusan kau ocehkan itu?" Jeno menjawab.

Where Your Eyes LingerWhere stories live. Discover now