chapter 十二

278 40 13
                                    

HAPPY READING

12






Sebuah ciuman. Ciuman sederhana, nan lembut.

Felix tidak pernah tahu bahwa hanya satu ciuman saja bisa membuatnya merasakan hal yang sama seperti yang Hyunjin rasakan. Bibir Hyunjin yang lembut menempel di bibirnya, sensasi jemari Hyunjin di rambutnya, dan jantungnya yang seakan akan berdetak kencang keluar dari dadanya. Jika Felix tidak mengetahui akibat dari sensasi berciuman ini, dia pasti akan mengira rasa ini adalah serangan jantung.

Ketika ciuman mereka mereda, kedua bibir mereka berpisah satu sama lain. Mata Felix tetap terfokus pada wajah Hyunjin. Dia mencari tanda-tanda penyesalan, meski secara mental berharap tidak menemukannya. Bibir Hyunjin sedikit terbuka, dan napasnya sedikit lebih berat dari biasanya. Dari gerakan dadanya yang naik turun, terlihat jelas bahwa ciuman itu sama menggembirakannya bagi dirinya dan juga bagi Felix.

Hyunjin memejamkan mata sebelum mencondongkan tubuh ke depan lagi. Dia memberikan ciuman lembut di bibir Felix. Lalu yang lain. Lalu yang lainnya. Ciuman yang lembut itu menyiksa sekaligus memabukkan. Felix menyukainya, tetapi pada saat yang sama, dia menginginkan lebih.

Nuansa pakaian membuat kulitnya gatal, dan dia sangat ingin melepaskannya. Begitu pula dengan Hyunjin, ia ingin menyentuh dan merasakan setiap inci kulit Felix. Dia ingin mengusap tubuh telanjang Felix, menggerogotinya dengan giginya dan menandainya dengan bibirnya. Felix juga ingin seluruh bagian dari tubuh Hyunjin menekannya.

Hyunjin sepertinya memiliki pemikiran yang sama, saat dia bergeser ke belakang, hanya dalam sekejap dia bisa melepas bajunya. Dia mulai membuka kancing kemeja Felix setelah itu, saat mata mereka saling menatap. Dia tidak merobek pakaian Felix seperti yang dia lakukan sebelumnya, tapi benar-benar meluangkan waktu untuk melepas kancing itu dengan perlahan.

Hyunjin menyingkap kemeja Felix ke bahunya, dan akhirnya matanya beralih ke bawah untuk melihat pria setengah telanjang itu. Hyunjin meletakkan tangannya di perut Felix, menggerakkannya ke atas dan ke bawah kulit telanjangnya.

"Kamu... aku tahu beberapa pria tidak suka dipanggil cantik tapi..." Hyunjin berbicara lembut, suaranya nyaris berbisik. "Tapi itulah dirimu. Cantik sekali."

Felix menanggapinya dengan mengaitkan tangannya ke belakang leher Hyunjin dan menariknya untuk ciuman lagi. Kali ini lebih terburu-buru, dan Hyunjin menunjukkan urgensi yang sama saat dia membalas ciumannya. Lengan mereka menjelajahi tubuh satu sama lain, sangat ingin merasakan lebih banyak tentang satu sama lain.

Felix melepaskan ciuman mereka sambil meletakkan tangannya di pipi Hyunjin. Dia menatapnya dengan saksama, tidak ada seringai menggoda atau senyum licik di wajah mereka berdua. Hanya ketulusan dan... sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih.

"Kamu juga," kata Felix, sebelum melangkah maju dan berbisik di telinga Hyunjin. "Dan aku akan mengantarmu ke surga malam ini."

Felix bergeser lagi sehingga dia bisa melihat wajah Hyunjin. Sebagian dari dirinya mengira bosnya akan terlihat terkejut, tapi yang bisa dilihatnya hanyalah gairah. Hyunjin mengangguk, membuat Felix mengangkat alisnya.

"Oke," kata Hyunjin.

Waktu terasa melambat ketika keduanya berjalan dari ruang tamu menuju tempat tidur Hyunjin. Sepanjang perjalanan, satu per satu pakaian mereka terlepas. Mereka menjatuhkan diri ke kasur, jari-jari mereka saling menyentuh kulit masing-masing saat mereka bermesraan entah berapa lama. Mereka tidak terburu-buru untuk melakukan hubungan seks, keduanya ingin meluangkan waktu, bercumbu. Mereka buat romantis, yang paling romantis.

Where Your Eyes LingerWhere stories live. Discover now