chapter 十五

227 42 6
                                    

HAPPY READING

15






"Ini... luar biasa," kata Hyunjin, dia tertegun saat menyantap makan malam yang telah disiapkan Jeno. "Seperti restoran bintang lima."

"Kau tahu," Felix angkat bicara, "setiap kali aku memakan makanan yang kau masak, aku menyesal pernah putus denganmu, Jeno."

"Heem." Jaemin berdehem. "Apa kau lupa kalau aku sedang duduk di sini? Aku, suaminya! Cinta dalam hidupnya!"

"Whatever," Felix menyeringai. "Siapa yang tahu apa jadinya kalau aku tidak putus dengannya? Mungkin akulah yang akan memakai cincin di jariku."

"Jangan bodoh dan makanlah makan malammu," sela Jeno, membuat Felix terkekeh. Jaemin bersenandung puas sambil memakan makanannya sekali lagi. Jeno mengalihkan pandangannya ke arah Hyunjin, memberinya senyuman sopan. "Terima kasih."

Meskipun Felix merasa gugup pada awalnya, dia akhirnya mulai merasa nyaman dengan Hyunjin di sekitarnya dan teman-temannya. Dia masih bercanda, bermain-main dengan Jaemin, dan melakukan apa yang biasa dia lakukan dengan mereka, dan Hyunjin tampak menikmati seringai di wajahnya.

Setelah makan malam, Jeno menawari Hyunjin minuman, tapi pria itu menolaknya. Dia harus pulang ke rumah, jadi dia akan tetap sadar, tapi dia memilih untuk minum kopi sementara yang lain meminum koktail eksperimental yang coba dibuat oleh Jaemin.

"Rasanya seperti sampah," kata Felix.

"Kau pernah makan sampah? Dan upps ... Wajahmu bahkan lebih seperti sampah," balas Jaemin.

"Haha anjing! Bahkan balasanmu tak lebih baik saat kita sekolah dulu." Felix mendengus. "Dan kapan kau pernah mencicipi wajahku?"

"Tidak perlu mencobanya untuk mengetahui kalau wajahmu bau," dengus Jaemin.

"Apakah mereka berdua selalu seperti ini?" Hyunjin bertanya pada Jeno, yang menghela nafas sambil melihat ke dua pria yang masih bertengkar.

"Seperti ini atau lebih buruk lagi," Jeno mengangkat bahu ringan.

"Setidaknya itu menghibur," Hyunjin memberikan senyum simpatik pada Jeno.

"Aku merasa seperti seorang ibu yang menyaksikan putra-putranya berebut remote TV," gumam Jeno.

"Seperti yang kubilang... menghibur," Hyunjin tertawa.

"Keuntungan memiliki suami yang idiot dan sahabat yang bodoh," Jeno terdiam, menyadari bahwa pria yang duduk di sampingnya adalah bos temannya. "Dan yang aku maksud adalah sahabatku yang sangat cerdas dan pekerja keras."

Setelah tiga puluh menit berikutnya, Hyunjin akhirnya berdiri, memberitahukan bahwa sudah waktunya dia pulang. Jaemin memprotes, memintanya untuk tinggal lebih lama tapi dia menolak dengan sopan. Dia berjanji akan segera bertemu mereka lagi, karena kecanggungan di antara mereka telah resmi terpecahkan. Jeno mengucapkan terima kasih atas anggurnya, dan Hyunjin membalasnya dengan memuji keterampilan kulinernya sekali lagi.

"Beri aku tumpangan pulang?" Felix bertanya. Hyunjin mengangguk, dan kedua pria itu keluar dari apartemen.

"Dengan ini, apa kamu benar-benar ingin aku mengantarmu pulang atau membawamu pulang bersamaku?" Hyunjin bertanya begitu mereka berada di lift, menuju ke bawah. Suaranya rendah, nyaris seperti bisikan sehingga wanita tua di dalam lift tidak bisa mendengar mereka.

Where Your Eyes LingerWhere stories live. Discover now