🐈16. Pikiran yang Bertentangan🐈

3 2 0
                                    

"Kalau kupu-kupu saja bisa menjadi cantik usai sebelumnya berupa larva dan kepompong, manusia juga bisa menjadi sosok lebih baik setelah melakukan banyak kesalahan."

Arutala Nindyaguna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arutala Nindyaguna

Apa hal sederhana yang dapat membuat perasaanmu seketika berubah menjadi tidak baik-baik saja? Pemikiran buruk yang asalnya dari menduga-duga. Sebuah prasangka tidak pasti yang membuatmu ragu pada realita.

Seharian itu, aku tidak bisa belajar dengan fokus. Kepalaku rasanya berisik sekali. Segala pemikiran yang semula hanya berupa angka satu atau dua, kini bercabang dan menjalar ke mana-mana. Seakan-akan semua situasi yang belum tentu terjadi sudah lebih dulu terealisasi dalam tempurung kecilku ini.

Aku mengetuk-ngetuk jari telunjuk di atas meja. Kelas sudah kosong melompong. Sebagian anak mungkin sudah sampai rumah. Sementara aku masih tidak ingin beranjak. Rasanya badanku mendadak bertambah berat. Aku beralasan pada Aca bahwa ingin belajar untuk mempersiapkan UTS minggu depan, padahal aku hanya sedang tidak ingin diganggu siapa-siapa saja.

Sejujurnya, kejadian pagi tadi di luar kendaliku. Tentu, aku tidak bisa mengontrol komentar orang lain tentang apa pun itu. Tetapi tetap saja, aku tidak boleh jadi manusia egois yang mementingkan diri sendiri. Kalau yang dikatakan Amo adalah suatu fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, bukankah aku jahat sekali karena jadi manusia yang tidak punya hati?

Kuletakkan kepala di atas meja, berusaha memejamkan mata. Berharap segala pikiran yang bergerak liar itu segera terurai dari isi kepalaku. Tapi naas, baru saja memejam, ingatanku justru memutar kembali kejadian tempo lalu. Seolah-olah aku tidak boleh melupakannya barang sekali saja.

Kubuka mataku dengan cepat, segera merubah posisi menjadi duduk tegak. Ya Tuhan, haruskah aku terus memikirkan hal itu secara berulang-ulang?

Pagi tadi ....

Usai memberikan buku pada Niscala, aku masuk kembali ke dalam kelas dengan suasana yang berbeda. Keadaan menjadi lebih ramai dibanding sebelumnya. Orang-orang menatapku seakan curiga, teman-temanku mengerutkan kening seolah bertanya siapa dan ada apa?

Aku kembali ke tempatku, mendudukkan diri di bangku dengan perasaan berdebar yang tidak menentu. Rasa-rasanya aku akan menerima sesuatu yang tidak menyenangkan. Kugelengkan kepala untuk membalas tatap teman-temanku, untuk sementara aku tidak ingin berkata apa-apa.

Namun ketika berusaha untuk menghindari segala yang berpotensi membuat perasaanku sakit hati, tiba-tiba saja Amo bertanya dengan celetukan yang mengundang banyak pasang mata menatapku lebih intens daripada sebelumnya.

"La, sejak kapan lo dekat sama Kala?"

Secara otomatis dadaku menjadi sesak seperti dihantam sebuah batu tak kasat mata. Kubalikkan badan agar bisa menatap Amo yang duduk berjarak dua bangku di belakangku sepenuhnya.

NISCATALA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang