Sebab long distance relationship adalah sebaik-baiknya cara kedua insan itu saling mencintai dan mengingat satu sama lain.
Niscala mencintai setitik hal yang terjadi di hidupnya yang pelik. Arutala mencinta sekelumit hal yang hadir di hidupnya yang...
"Setiap kita punya dua sifat yang berbeda; satu adalah yang diperlihatkan pada dunia, satu lagi hanya kita yang benar-benar mengetahuinya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Niscala Nawasena
Seminggu setelah gue mengabaikan pesan di sore hari yang tiba-tiba masuk tanpa permisi. Hari ini entah mengapa gue mendadak kepikiran. Gimana kalo ternyata pesan yang masuk itu penting? Gimana kalo pesan itu bersifat darurat? Gue udah mengabaikan berhari-hari, apa kalo gue balas sekarang itu orang nggak akan merasa disepelekan? Ah, tapi daripada gue terus merasa bersalah, lebih baik membalas meski terlambat.
Gue merogoh kantong celana, mengeluarkan benda pipih berwarna hitam dari dalam sana dan menyalakannya. Suasana kelas masih tergolong sepi karena istirahat baru aja dimulai dan sebagian penghuninya pergi ke kantin membeli makan atau jajanan. Gue sedang malas keluar, jadi tadi titip Kama aja sekalian.
Usai ponsel menampilkan layar yang menyala terang, dengan segera gue membuka aplikasi pesan. Nggak banyak pesan yang masuk kecuali dari beberapa teman dan grup kelas yang isinya nggak jauh-jauh membahas pelajaran. Gue menggulir beberapa pesan sambil memerhatikan si pengirim, lalu berhenti pada satu nomor asing. Kayaknya gue ingat nomor terakhir dan isi pesan yang semula gue anggap nggak penting. Gue membuka dengan sekali ketuk.
083xxxx halo, permisi. ini benar niscala?
Gue mengangguk tanpa sadar, mengiyakan isi pesan. Kemudian tangan gue bergerak mengetik balasan.
iya, benar. ada apa ya?
Semula, gue kira pesan itu bakal lama mendapat balasan, tapi ternyata nggak sampai lima menit notifikasi ponsel gue bunyi lagi.
083xxxx oh, gapapa. mau bilang terima kasih aja.
Kerutan di kening gue muncul secara spontan. Ini nomor anak yang Kama maksud waktu itu? Yang kasih gue air minum?
Belum sempat pesan yang atas gue balas, satu gelembung obrolan muncul lagi sebagai jawaban.
083xxxx oiya ini alya, nomornya disimpan ya!
Gue memandang pesan itu lamat-lamat. Sedikit bimbang, haruskah gue simpan nomornya atau biarin gitu aja? Gue nggak mau kasih harapan, sekalipun sedikit tertarik, meskipun kayaknya untuk lebih jauh gue masih belum bisa, dan belum mau juga.
"Woy!"
Teriakan Kama beserta tepukan mautnya buat gue kaget setengah mati. Hampir saja ponsel yang sejak tadi gue genggam mendarat dengan bebas di atas lantai kalau aja gue nggak pegang benda itu dengan benar.
"Serius amat, lihatin apa, sih?" tanyanya sambil menyimpan kantong kresek berwarna putih di atas meja. Dia kemudian duduk di tempatnya.
"Bukan apa-apa, nggak penting," balas gue sambil berusaha menghindar, cepat-cepat masukin ponsel ke dalam kantong.