Wills : Chapter 5

167 23 6
                                    

Pandangan Chan kini fokus ke arah pintu kamar tempat di mana Minho tinggal saat ini. Dari pagi sampai sore keduanya menyiapkan kamar untuk si manis. Walaupun melelahkan tapi juga begitu menyenangkan.

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam, besok adalah jadwal untuk pergi ke catatan sipil untuk melakukan pernikahan secara hukum. Walaupun agak berat tapi Chan harus melakukannya. Serta mengikuti rencana keluarga besar mereka.

Di mana rencananya, selama Minho kuliah mereka akan menyembunyikan status pernikahan ini darinya. Mereka juga menunggu kematangan jiwa pria manis ini. Jika langsung dijelaskan takutnya akan menganggu pikiran Minho. Semua itu mungkin mudah bagi mereka, berbeda dengan Chan. Karena dia lah yang akan selalu bersama pria ini tiap hari. Akan sedikit sulit jika Minho tahu lebih awal.

"Huh" gumam Chan sembari meminum wiski di atas meja. Pikirannya benar-benar kalut, takut jika Minho kecewa akan kebohongan ini.

"Kak Chan" suara lembut itu membuat Chan terkejut. Tak tahu jika Minho rupanya belum tidur. Pria manis itu datang dengan bantal guling berwarna biru cerah senada dengan piyama yang dirinya pakai.

"Belum tidur?" Tanya Chan. Dengan segera dia menyembunyikan minuman keras itu dari si manis dengan memasukannya ke bawah meja.

"Belum kak, takut" kata Minho dengan bibir yang mengecut. Minho datang pada Chan lalu duduk di pangkuan pria itu. Sebelumnya Chan biasa saja saat menerima perlakuan ini, rapi entah kenapa malam ini rasanya berbeda.

"Kak Chan takut, aku tidur di kamar mu saja ya" kata Minho bergelayut manja di pangkuan Chan. Chan menelan ludah, tapi tubuhnya seperti langsung berkeringat dingin entah dari mana datangnya.

"Kenapa takut? Kau biasanya tidur sendirian kan?" Tanya Chan sembari mengusap rambut si manis. Minho menggeleng kini memeluk tangan Chan dengan manja, seperti saat masih kecil.

"Biasanya aku tidur dengan Jeongin, dulu kita kan sering tidur bersama. Ayo kak temani aku, aku besok harus bangun pagi" katanya. Chan diam mengatur napas, kenapa suasananya jadi berbeda sekarang.

Tapu Chan langsung luluh, dia pun akhirnya mengangguk seperti seorang kakak yang penurut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapu Chan langsung luluh, dia pun akhirnya mengangguk seperti seorang kakak yang penurut. Melihat respon Chan membuat Minho langsung senang. Dirinya kini kembali memeluk Chan sambil duduk di pangkuan kakaknya.

"Ayo kak! Aku kau digendong" ucap Minho padanya. Chan menelan ludah, kenapa ada rasa aneh yang bergejolak di dalam dirinya? Dia ingin menolak, namun sulit.

"Baiklah" kata Chan. Dia kini bangun kemudian menggendong Minho ala bridal menuju ke kamarnya. Awalnya Chan mengira bahwa mereka akan tidur dengan jarak yang jauh, tapi pria manis itu kini memeluk tubuh Chan dengan sangat erat.

"Sepertinya aku memang harus jadi tumbal keluarga" gumam Chan sembari membalas pelukan Minho dengan tubuh berkeringat dingin. Pikiran Chan kian pergi liar ke mana-mana.





______





Berat. Lengan Chan benar-benar merasa sangat berat saat ini. Seperti ada benda bulat keras yang menimpanya. Perlahan dirinya membuka mata, remang. Kamar tidur ini masih remang. Tapi sinar matahari sudah mulai masuk lewat jendela kamar.

Chan mengedipkan beberapa kali matanya untuk mendapatkan kesadaran. Perlahan dirinya menoleh ke samping, ke tempat lengannya yang terasa berat.

Chan menghela napas pelan saat melihat pemandangan menggemaskan di samping dirinya. Kepala Minho kini berada di  bantalan lengan sang pria dewasa. Tubuh Minho berbaring menghadap ke arahnya agak meringkuk, benar-benar mirip seperti kucing yang tengah tidur.

"Minho" panggil Chan mengusap rambut pria manis itu dengan lembut. Jujur saja Chan agak menyukai aroma rambut Minho. Aromanya manis dan menyegarkan. Sama seperti karakter sang pemakai.

"Minho. Sudah pagi, apa tidak kuliah?" Panggil Chan lagi sembari menggoyangkan bahu adik nya itu. Minho terlihat menggeliat, seperti agak terganggu dengan apa yang Chan lakukan. Senyuman Chan mengembang seketika, dia tak mengira jika Minho semenggemaskan ini.

"Minho" Panggil Chan lagi. Bukannya bangun, pria manis itu langsung merangkul tubuh pria yang lebih dewasa. Memeluknya sangat erat sampai membuat Chan agak terkejut sampai sesak.

"Kak Chan. Biarkan aku tidur, lelah sekali hmmm" katanya sembari menutup mata. Chan kembali terkekeh melihat tingkah laku aneh Minho. Tapi pantas saja kakaknya sering marah-marah pada anak ini.

"Oh ya kau kan tidak kuliah hari ini" kata Chan. Minho hanya mengangguk masih posisi yang sama memeluk Chan dengan sangat erat. Mata Minho masih tertutup, seolah sangat menikmati tidurnya. Padahal semalam dia katanya harus bangun pagi.

"Baik lepaskan dulu" Ucap Chan berusaha melepaskan diri. Perlahan tapi pasti, dia melepaskan tangan mungil itu dari tubuhnya. Sama sekali tak ingin mengganggu tidur kucing manis ini. Biarlah saja mereka berangkat ke kantor catatan sipil agak siangan.

"Ya tidurlah dulu" Ucap Chan keluar dari kamar Minho.

_

"Wahhh" ekspresi Minho terlihat sangat senang saat melihat seluruh hidangan yang ada di atas meja. Chan tersenyum sembari melepaskan  celemek yang dia pakai untuk memasak.

"Kak Chan yang masak semua?" Tanya Minho mencicipi sedikit saos dari ayam goreng kesukaannya. Sang kakak mengangguk, dirinya kini duduk tepat di samping Minho.

"Tentu" jawabnya. Minho tersenyum manis, dia pun memeluk Chan dengan sangat erat lagi. Chan tak tahu jika Minho bisa semanja ini.

"Enak sekali tinggal di sini!! Makanannya enak, mungkin aku akan cepat gemuk" katanya. Persetan soal diet-diet. Chan terkekeh melihat mata berkilau milik si manis. Tapi Minho di mata Chan masih seperti anak kecil mingil.

"Ya. Aku pastikan kau akan gemuk, jadi ayo makan!" Ucap Chan dengan sebuah sumpit yang diberikan untuk si manis. Minho mendengar itu langsung semangat. Makan adalah hal kesukaan baginya. Makmur, pokoknya hidup Minho pasti makmur jika tinggal dengan sang kakak.

Keduanya makan dengan hikmat, di sela-sela makan. Kadang keduanya bercerita, lebih tepatnya Minho yang mengoceh. Saat mulutnya penuh pria manis itu masih saja membicarakan teman-teman kuliahnya pada Chan.

Sedangkan sang lebih dewasa hanya mengangguk seperti menyimak dan mendengarkan apa yang Minho adukan padanya. Tapi dari cerita Minho, Chan sudah tahu. Pria manis ini pasti menginginkan sesuatu lagi.

"Jadi apa mau mu?" Tanya Chan langsung tanpa basa-basi. Mendengar itu Minho langsung tersenyum malu, seperti tertangkap basah. Jurus jitu yang harus dia lakukan, adalah bersikap manja dan lemah di hadapan Chan.

"Jadi kak Chan. Saat pindah ke sini, parfum ku jatuh di jalan. Terus akhir-akhir ini aku merasa keringat di tubuh ku kian keluar banyak. Jadi pasti baunya pesing kan jika tidak memakai parfume" katanya. Chan tertawa di dalam hati, anak ini memang ada-ada saja.

"Kau mau beli parfume kan intinya?" Tanya Chan. Minho langsung memberikan senyuman termanis miliknya. Dia kini memeluk lengan Chan sambil mengangguk.

"Iya kak. Agar aku tidak bau, jika aku bau kan kak Chan juga yang malu" ucap Minho lagi. Chan terkekeh, emang aneh tapi nyata. Tapi inilah Minho.










TBC

Wills [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang