Wills : Chapter 7

141 21 1
                                    

Kejadian beberapa saat yang lalu seperti tidak ada apa-apanya. Senyuman sumbringah terlihat di wajah manis yang lebih muda. Mata indahnya terus menatap ke sekeliling mall yang mereka kunjungi saat ini.

Minho sudah memikirkan apa saja yang akan dia beli dari uang kakaknya. Tapi seperti yang dia katakan di awal, dia mungkin akan mengutamakan parfum.

"Kita akan ke mana?" Tanya Chan sembari menatap jam tangan miliknya. Keduanya cukup lama berkeliling sampai menghabiskan waktu setengah jam. Minho tersenyum perlahan sembari menarik tangan berurat milik sang pria dewasa membawanya masuk ke sebuah toko dengan brand luar negeri.

Minho langsung membawa Chan ke sebuah rak yang di sana terpampang beberapa jenis parfum incarannya. Minho hanya melihat Chan untuk memberikan kode. Chan jujur selalu gemas, gemas melihat tingkah lalu adiknya ini. Adik yang sudah resmi menjadi istrinya juga.

"Ambil saja" ucap Chan. Minho langsung kegirangan, inilah yang dia suka saat pergi bersama kakaknya ini. Chan sungguh sangat loyal dan baik.

"Terima kasih kak Chan tampan" katanya merayu Chan. Dengan kegirangan dia berlari ke kasir untuk meminta karyawan di sana membungkus barang yang dia mau. Sembari menunggu Minho, Chan duduk di tempat duduk yang disediakan untuk para pengunjung.

Tak lama seorang wanita mendekat ke arah Chan dengan maksud untuk menawarkan dirinya minum atau camilan.

"Maaf Tuan. Sepertinya transaksinya akan cukup lama karena stok parfum yang dipesan masih diambilkan di gudang bawah. Jadi apa anda ingin minum atau camilan?" Tanyanya dengan penuh hormat. Chan  menggeleng perlahan, tatapannya kini fokus ke arah Minho. Pria manis itu berjalan ke arahnya dengan wajah agak kusut.

"Pacar anda sangat cantik" puji wanita itu saat melihat sosok manis yang dirinya tatap. Chan hanya bisa tertawa, tapi memang benar siapapun yang menemuinya akan mengatakan hal yang sama. Minho itu campuran antara cantik dan manis. Sangat bersyukur Chan punya adik semenggemaskan dia.

"Hmmm iya" jawab Chan singkat, setelah itu pelayan menunduk memberikan hormat lalu pergi. Minho tersenyum saat pelayan itu menyapa dirinya, senyuman yang semanis gula.

"Kak tunggu ya. Barangnya masih diambil" ucap Minho duduk di samping kakaknya. Seperti biasa dia akan bermanja-manja dengan menyenderkan tubuh lunglainya di bahu lebar Chan.

"Ya. Sabar saja"ucap Chan. Minho melihat Chan kini sibuk dengan ponselnya.

"Kak aku lapar" kata Minho tiba-tiba memegang perutnya. Chan menatap ke arah adiknya itu sambil mengangguk.

"Kita makan saja dulu sambil menunggu barangnya datang" ucap Chan. Chan benar-benar tidak bisa membiarkan pria manis ini kelaparan. Minho adalah tanggung jawabnya saat ini, walaupun Chan masih menganggap Minho adalah adik walaupun status mereka sudah menjadi suami istri.

Tapi toh juga Minho belum tahu dan sadar, jadi ya. Sebisanya dia akan melakukan hal yang sama seperti sebelum ini. Memperlakukan Minho sebagai adik manis yang manja.

"Hore. Ayo kak, kita makan dulu. Huh cacing di perut ku sudah mendemo marah ingin makan" ucap Minho sembari menarik tangan Chan.





_______



"Huh enak ya baunya" ucap Minho sembari menatap parfume mahal pertama miliknya. Di kampus, teman-temannya terus memamerkan benda itu padanya. Dan sekarang Minho punya satu miliknya.

"Terima kasih kak Chan sayang" ucap Minho dengan semangat. Dirinya tak segan untuk memeluk tubuh Chan dari samping. Keduanya saat ini ada di perjalanan pulang.

"Ya sama-sama. Pakai baik-baik, jangan sampai bau lagi" ucapnya berusaha menggoda si manis. Minho pun terkekeh dan mengangguk. Di saat melewati persimpangan. Mata Minho fokus ke sebuah tempat.

"Kak apa itu waterboom baru yang sering ada di iklan TV ya?" Tanya Minho menunjuk ke arah sana. Chan menoleh sebentar lalu mengangguk. Chan sangat tahu tempat itu karena salah satu investornya adalah Chan sendiri.

"Hmmm iya" jawab Chan singkat.

"Kak ayo ke sana" ucap si manis.

"Kau kan tidak bisa berenang, mau apa ke sana?" Tanya Chan dengan agak sedikit meledek. Minho langsung menepuk bahu kakaknya. Tapi apa yang Chan katakan benar sih. Tapi kan bisa belajar.

"Kan ada kau yang akan mengajari aku. Ayo ke sana kak! Semua teman kuliah ku ke sana, aku tidak diajak" kata Minho berusaha membujuk pria itu. Chan masih menggeleng, tapi tak ada waktu baginya untuk menemani Minho ke sana.

"Minho aku tidak bisa, aku sangat sibuk" ucap Chan. Minho tiba-tiba langsung kecewa dan merajuk. Padahal Chan harapan satu-satunya. Tak ada kalimat apapun dari Minho. Pria manis itu kini menatap ke arah lain.

Mereka diam beberapa menit, hal itu sangat jarang terjadi mengingat Minho ini sangat suka bicara. Pasti dia tengah merajuk saat ini.

"Minho" panggil Chan dengan lembut, namun sama sekali tidak ada jawaban dari yang dipanggil. Chan langsung tahu, Minho saat ini marah.

"Baik-baik, seminggu lagi kita ke sana" ucap Chan. Setelah kalimat tersebut dilontarkan, sontak Minho menoleh dengan wajah subringahnya.

"Janji ya kak Chan. Harus janji" ucap Minho kembali memeluk dengan kekar milik Chan. Pria dengan marga Bang itu hanya bisa menggeleng, Minho memang jenis langka.

Seminggu kemudian.....

Seperti yang Chan katakan, mereka kini sudah ada di area waterboom itu. Mata Minho sigap melirik ke kanan dan kiri, mungkin karena hari kerja jadinya tak terlalu ramai.

Keduanya sudah memakai pakaian kaos santai. Dengan Minho memakai kaos putih celana pendek sedangkan Chan memakai kaos tanpa pengan berwarna hitam dan celana hitam pendek juga.

"Kak ayo kita naik itu" ucap Minho menunjuk ke sebuah wahana. Chan tersenyum, tapi sepertinya cukup aman juga untuk pemula seperti dirinya. Penuh semangat Minho menarik tangan Chan naik ke atas sembari mengantri.

Tak lama kemudian, akhirnya giliran mereka datang. Sebenarnya wahana ini untuk satu orang satu ban, tapi karena Minho tak bisa berenang Chan pun agak cemas. Alhasil mereka jadinya harus meluncur berdua.

"Ayo duduk di pangkuan ku" ucap Chan yang sudah duduk di sebuah ban karet hitam itu. Dua orang pegawai memegang ban Chan. Perlahan Minho duduk di sana dengan kedua tangan memegang pegangan yang ada di ban lalu Chan pun memeluk pinggang Minho dengan sangat erat.

"Satu! Dua.." Saat hitungan ketiga kedua pria itu meluncur ke bawah. Suara teriakan Minho menggema di dalam terowongan. Chan hanya bisa tertawa melihat reaksi Minho.

"Kak! Kak Chan aa!!! Teriak Minho saat diakhir permainan. Tubuh keduanya masuk ke dalam kolam air yang sudah menunggu di depan. Refleks Chan memeluk tubuh Minho agar tak terlepas darinya.

Karena tak bisa berenang, Minho pun juga langsung memeluk tubuh Chan dan naik ke gendongan pria itu.

"Huh Huh. Sangat menyenangkan" ucap Minho yang kini ada di gendongan Chan seperti seekor koala. Chan tersenyum melihat wajah basah Minho tepat di depannya.






TBC

Wills [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang