Wills : Chapter 11

142 20 12
                                    

Minho memegang dadanya, pertama kalinya dia melihat Chan semarah itu. Padahal biasanya kakaknya itu tak pernah marah. Apa sih salahnya jika jalan-jalan dengan teman? Lagipula Minho kan sudah besar.

"Tiba-tiba jadi canggung" gumam Minho langsung naik ke ranjang. Saking takutnya dia sampai tidak mandi dan hanya ingin besok datang.

Keesokan harinya. Minho sudah mengendap-endap keluar dari kamarnya. Dia pun juga bangun lebih pagi dari biasanya, sepertinya Chan belum bangun juga jam segini.

Namun semua perkiraan Minho sirnah saat melihat sang kakak kini sudah ada di meja makan sembari menggidangkan beberapa jenis makanan.

"Minho? Kau sudah akan berangkat?" Tanya Chan melihat kehadiran adiknya. Minho menelan ludah, dia masih takut dimarahi lagi.

Melihat Minho yang menunduk, Chan pun merasa bersalah. Seharusnya dia tak semarah kemarin malam. Pasti Minho takut saat ini. Dengan menurunkan egonya, Chan kini mendekat untuk menghampiri Minho.

"Apa kau ada tugas piket?" Tanya Chan tepat di hadapan adiknya itu. Tangannya refleks mengusap rambut berwarna Minho yang sudah mulai luntur. Minho mengangguk asal, padahal dia ingin kabur.

"Maaf ya. Aku memarahi mu semalam, sepertinya karena sibuk sekali dan kau tidak bisa dihubungi. Tapi hari ini aku libur, kita cat ulang rambut mu bagaimana?" Katanya meminta maaf dan berusaha untuk mengalihkan suasana.

Wajah Minho yang menunduk kian menatap sang kakak dengan berbinar. Tanpa berpikir panjang Minho kini memeluk erat tubuh kekar sang kakak dengan erat.

"Aku juga minta maaf ya kak, pasti kakak sangat khawatir. Tapi janji ya nanti ke salon" kata Minho. Chan terkekeh pelan, tapi ya Minho memang selalu menghibur dirinya.

"Baiklah. Sekarang ayo makan, aku sudah masak banyak untuk mu" ucap Chan kini membawa Minho ke meja makan.

Semuanya kembali normal, walaupun Chan masih canggung tapi dirinya berusaha untuk biasa saja. Apalagi Minho seperti biasa, seolah tak ada hal aneh. Sebenarnya Chan masih kesal dengan pria yang bernama Seungmin itu.

Dari wajahnya saja sudah terlihat dia bukan pria baik. Apalagi dia ingin kencium Minho. Chan sungguh tidak rela. Perjalanan ke kampus saat ini lumayan macet.

"Kak Chan apa punya pacar?" Tiba-tiba Minho bertanya. Chan menelan ludah, kenapa sangat tiba-tiba? Dengan santai dirinya pun menggeleng.

"Kenapa?" Tanya Chan lagi. Minho pun terlihat berpikir sembari menatap wajah Chan.

"Kak Chan kak sudah tua, harus menikah" katanya. Chan langsung tersedak ludah mendengar apa yang Minho katakan. Memang anak ini sudah mulai nakal sekarang.

"Apa harus?" Tanya Chan.

"Tentu. Jika menikah kak Chan kan punya istri, setelah itu kak Chan harus punya anak juga. Aku pun juga akan pacaran" kata Minho asal. Chan terkekeh, tapi benar sih.

"Kau tidak boleh pacaran, kau masih kecil Minho" kata Chan padanya. Minho langsung mendengus kesal, dia paling tidak suka di panggil anak kecil.

"Tidak. Aku akan cari pacar, kak Chan juga sana cari pacar agar tidak jadi perjaka tua" kata Minho. Chan terkekeh mendengarnya entah dari mana Minho belajar mengatakan hal tersebut.

"Jangan pikirkan aku, tapi pokoknya kau tidak boleh pacaran" kata Chan. Mendengar itu Minho mulai merengek, kenapa? Dia kan ingin juga seperti orang lain. Apalagi Felix, dia sudah entah berapa kali ganti-ganti pacar sedangkan Minho satu kali pun belum pernah.

"Terserah" ucap Minho kini merajuk.


_______



Mata Chan terus menatap elang ke sekeliling. Jangan sampai dia melihat para  mahasiswa pria menggoda adik manisnya. Tak lama setelah dikabari, Minho keluar dari gerbang kampus dengan seorang pria.

Chan meremas kedua tangannya saat melihat keduanya terlihat mengobrol dengan penuh semangat. Apalagi Minho, Chan dapat melihat binar di wajah adiknya itu.

"Minho!" ucap Chan memanggil pria manis itu. Seketika Minho menoleh, tapi dirinya kembali pada Seungmin seperti berpamitan. Mata keduanya kini saking menatap antara Chan dan Seungmin.

"Kak Chan" ucap Minho berlari ke arah Chan saat ini. Dia kira Minho akan memeluknya seperti biasa, tapi tidak.  Pria manis itu langsung masuk ke dalam mobil dan duduk.

Baiklah mungkin karena panas, Chan pun masuk ke dalam kemudi lalu duduk di samping si manis bersiap untuk kembali pulang. Minho terlihat asik sendiri dengan ponselnya, senyumannya terus muncuat di wajah menatap layar ponsel.

"Sebaiknya simpan dulu ponselnya" sindir Chan pada si manis. Minho terkekeh, dia pun memamerkan apa yang membuat dia tersenyum.

"Lihat kak. Seungmin mengirimkan stiker lucu pada ku" katanya. Chan entah kenapa langsung kesal mendengar Minho menyebur nama itu.

"Sudah ku katakan kan? Kau tidak boleh pacaran" kata Chan sembari melajukan mobilnya. Minho hanya terkekeh masih fokus pada ponselnya seolah Chan tidak ada.


________


"Kak Chan coba lihat, apa bagus?" Tanya Minho sembari berpose di depan Chan dengan rambut barunya.

"Bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagus. Tapi kenapa ganti warna?" Tanya Chan padanya. Minho terkekeh dengan wajah meronanya.

"Iya, Seungmin ingin melihat ku dengan warna rambut ini. Cantik kan kak Chan?" Tanya Minho. Chan menghela napas, dia pun mengangguk. Malas sekali berdebat dengan Minho di depan umum. Dia pun takut Minho merasa tidak nyaman jika dia seperti mengekang keinginan pria ini.

"Ya sudahlah. Terserah kau saja" ucap Chan tidak bersemangat. Pria itu kini berjalan menuju kembali ke ruang tamu. Minho cukup kecewa melihat respon Chan. Sangat berbeda dengan respon Chan ketika Minho mewarnai rambutnya dengan warna merah muda.

"Apa sudah selesai?" Tanya Minho pada karyawan salon. Wanita itu sebenarnya ingin menata sedikit rambut si manis.

"Sedikit lagi Tuan" katanya. Minho mengangguk kembali duduk dengan manis di kursi salon itu. Matanya kini fokus menatap ke arah cermin yang memantulkan wajah cantiknya.

Chan kini membaca berkas yang baru saja sekretarisnya kirimkan. Sebenarnya hari ini dia tidak libur, tapi bekerja dari rumah. Melihat Minho pulang dengan pria itu entah kenapa membuat dirinya cemas. Seungmin sepertinya bukan pria baik-baik. Chan merasa aneh saat melihat dia. Auranya sangat gelap.

"Huh sejak kapan aku mengurusi kehidupan pribadi Minho?" Gumam Chan agak lemas. Tak lama kemudian, dia merasakan  tubuhnya dipeluk dari belakang.

"Kak Chan sudah, ayo kita makan. Aku lapar" kata Minho manja seperti biasanya. Chan sebisa mungkin untuk menyembunyikan rasa gusar dalam hatinya, di sini hubungan mereka adalah saudara tak lebih dari itu.

"Ayo. Kau mau makan apa?" Tanya Chan sembari mengusap pipi Minho dengan lembut.

"Burger" rengeknya.

"Sepertinya kau memang berencana untuk jadi gemuk ya" ucap Chan berusaha menggoda si manis. Sebuah tamparan halus kini Chan dapatkan di lengannya setelah mengatakan kalimat itu. Minho tidak gemuk!!







TBC



Wills [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang