Wills : Chapter 9

126 20 6
                                    

Setelah beberapa minggu libur, akhirnya hari ini tiba. Sebenarnya Minho sangat malas kembali ke kampus. Otaknya entah kenapa semakin lemot karena kebanyakan libur. Apalagi dirinya menghabiskan  liburnya dengan sang kakak tercinta, Bang Chan.

"Ayo keluar Minho" ucap Chan saat mereka sampai di depan kampus. Si manis menghela napas pelan, matanya kini menatap Chan dengan wajah sedih dan berkaca-kaca. Seperti sangat berat rasanya untuk melangkah masuk.

"Kak Chan, malas" katanya. Chan langsung terkekeh sembari melepaskan tangan mungil Minho. Bagaimana pun Chan itu tipe yang sangat mementingkan pendidikan, jadi untuk kali ini dia tak bisa membantu.

"Ayo kuliah yang rajin, nanti kalau nilai mu bagus aku akan berikan hadiah" katanya memberikan semangat. Melihat Minho dia ingat dengan masa kuliahnya, tapi dulu dia sama sekali tak ingat punya sifat seperti ini.

Chan adalah tipe yang pekerja keras, saat kuliah pun dirinya sudah bekerja di perusahaan keluarga mereka.

"Baiklah" ucap Minho sembari membuka pintu mobil. Chan hanya bisa terkekeh menertawakan anak ini, kenapa anak muda sekarang seperti ini modelannya? Atau apakah Chan yang terlalu tua sehingga mereka beda generasi.

Chan melihat ke arah adiknya, Minho masuk ke gerbang kampus dengan selamat. Dirinya pun mulai melanjutkan perjalanannya menuju ke arah kantor.

Kembali pada Minho, pria manis itu berjalan menuju kelas dengan keadaan lunglai. Padahal sebelum berangkat dia sudah makan banyak, Chan sangat semangat memasak untuk dirinya.

Tapi sepertinya makanan itu sama sekali tidak berguna saat ini, entah dibuang ke mana oleh Minho.

"Apalagi mata kuliahnya agak menyebalkan" guman Minho. Karena hampir sampai di ujung perkuliahannya, pada semester ini dirinya harus membuat sebuah laporan akhir yaitu skripsi. Siapa yang tidak benci skripsi coba?

Karena memang penyendiri, Minho tak punya banyak teman di kampus. Sejak kuliah dia hanya pergi ke kampus dan setelah itu pulang, karena harus membantu kakaknya mengasuh Jeongin. Hal itu lah yang membuat Minho jarang bergaul dengan mahasiswa lainnya.

"Hai! Apa kabar Minho?" Sosok pria manis kini sudah ada di salah satu kursi bertingkat di ruangan kelas. Minho hanya tersenyum mendekat dan duduk di samping pria pirang itu.

"Lix, apa sudah lama?" Tanya si manis. Pria itu terkekeh kemudian menggeleng, melihat ekspresi Minho membuat dirinya sangat terhibur.

Tangan pria blasteran itu memberikan Minho camilan yang dia bawa, yaitu sekotak cookies yang dia buat sendiri.

"Tidak Lix, aku tidak makan manis. Aku sedang diet" katanya. Felix hanya mengangguk, tapi jika dilihat setelah liburan tubuh pria ini lumayan gempal. Sangat terlihat pasti dia begitu bahagia.

"Kelasnya kira-kira sampai jam berapa ya?"  Tanya Minho menatap ke depan. Kursi di sekitar mereka lumayan sepi.

"Entahlah, pasti tidak sampai sore. Eh, aku dengar ada acara malam minggu depan. Apa kau akan datang?" Tanya pria itu. Minho mendengarnya agak malas, acara tahunan yang tak pernah dia ikuti memang karena malas.

"Tidak. Sama seperti tahun sebelumnya" kata Minho. Felix hanya mengangguk, dia pun tak bicara lagi karena ekspresi Minho yang sangat lemah dan tidak bersemangat. Biasanya pria ini sangat ceria dan berseri-seri.






_____





Seperti yang Minho duga sebelumnya. Ternyata mata kuliah ini sangat membuat kepalanya panas serasa ingin meledak. Rasanya pening dan mual juga. Apalagi matahari kini bersinar cukup terik.

"Apa aku telepon kak Chan ya? Dia sibuk atau tidak?" Gumam Minho sembari mengambil ponselnya. Dirinya kini berdiri tak jauh dari lapangan bola basket. Suara beberapa mahasiswa yang bermain basket membuat telinga Minho ingin pecah.

"Aiss kenapa sih mereka bermain basket di siang bolong seperti ini" batinnya kesal. Setelah mengatakan itu, tubuh Minho tiba-tiba terjatuh ke samping. Bola basket itu kini menggelinding di depan tubuhnya.

"Maaf!!" Suara teriakan pemuda terdengar mendekat. Minho kini memegang pinggangnya nyeri karena terkena lembaran bola itu.

"Kau baik-baik saja kan?" Suara lembut itu membuat dirinya menoleh. Sesosok pria tinggi dengan rambut agak pendek menjongkok di samping Minho.

"Ya. Aku baik" kata Minho melihat wajah pria ini. Pria itu perlahan membantu Minho untuk bangkit dari tanah. Dengan cemas dirinya memeriksa keadaan tubuh Minho.

"Apa ada yang sakit? Maaf ya. Lengan mu jadi lecet" kata pria tinggi itu. Minho hanya mengangguk dengan tatapan mata fokus je arah wajah pria tinggi ini. Dia adalah salah satu mahasiswa populer di kampus, namanya Kim Seungmin.

Pria yang pernah menjadi dewan eksekutif mahasiswa saat tingkat kedua. Pria ini memiliki umur yang sama dengan Minho, karena Minho pernah satu kelompok dulu saat orientasi kampus. Tapi dirinya tak tahu pasti jurusan pria ini.

"Tunggu ya. Aku akan mengantar mu ke klinik" katanya sembari menggenggam tangan si manis. Minho seperti tak bisa menolak, dirinya hanya ikut ke mana pun di bawa oleh pria ini.

Minho ada di depan ruang ganti seragam milik klub basket. Jantung Minho berdebar kencang entah kenapa, setelah sekian lama akhirnya dia bicara langsung dengan pria sepopuler Seungmin.

"Aduh kenapa aku jadi salah tingkah" kata Minho kini menunduk sembari meremas kedua tangannya. Tak lama setelah itu, sosok pria basket itu keluar ruangan dengan pakaiannya yang rapi.

"Maaf lama" katanya. Minho menelan ludah melihat wajah Seungmin dari dekat.

 Minho menelan ludah melihat wajah Seungmin dari dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia terlihat sangat tampan dari jarak dekat.
Minho memang sudah mengidolakan pria ini sejak dia mencalonkan diri menjadi presiden mahasiswa.



_____



Minho agak meringis saat dokter merawat luka lecet yang ada di lengannya. Sebenarnya tak terlalu patah tapi Seungmin bersikeras agar Minho ikut ke klinik.

"Terima kasih ya" ucap Minho padanya. Seungmin hanya mengangguk sembari manatap wajah Minho lekat. Tatapan itu membuat Minho jadi tambah gugup, ada apa dengan pria ini?

Rona di wajah Minho membuat Seungmin terkekeh pelan. Dia tak tahu jika ada pria semanis Minho di kampus ini.

"Minho apa kau sibuk? Mau jalan-jalan sebentar sebelum pulang?" Tanya Seungmin sembari menggengam tangan mungil Minho. Pria manis itu nampak gelagapan, dia seperti tak bisa menolak. Anggukan kecil dirinya perlihatkan pada Seungmin.

Keduanya menghabiskan waktu sampai sore. Seungmin benar-benar pintar membujuk Minho untuk bicara. Minho yang pemalu pun langsung terbuka dengannya. Obrolan keduanya sangat nyambung dan terkesan nyaman.

Minho tak pernah seperti ini sebelumnya, dia adalah tipe yang susah sekali bergaul. Tapi dengan pria ini dia langsung bisa akrab seperti seorang teman lama.









TBC

Wills [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang