"Seungmin maaf ya. Aku harus pergi" kata Minho saat mereka kini ada di dapur. Seungmin agak terkejut mendengar apa yang Minho katakan.
"Tapi Minho, steaknya?" Tanya Seungmin panik. Pria manis itu melepaskan celemeknya lalu berlari ke ruang makan di apartemen Seungmin. Dengan secepat kilat dirinya mengambil tas lalu berpamitan pergi.
"Lain kali ya. Sampai jumpa" ucap Minho sembari membelikan blow kiss untuk pria itu. Seungmin melihat itu, dirinya langsung menghela napas pelan. Sialan, seharusnya dia melakukan itu sebelum memasak tadi. Hilang sudah kesempatannya untuk mencicipi tubuh pria manis ini.
"Awas saja ya Minho, aku akan membuat mu mendesah di bawah ku" katanya dengan senyuman miring.
______
Minho dengan semangat menunggu Chan datang. Seperti yang Chan sarankan, Minho kini berdiri di samping jalan raya. Senyuman pria manis itu tak pernah luntur. Setelah sekian lama akhirnya dia akan pergi jalan-jalan ke luar negeri.
Minho sejak kecil sangat ingin pergi, tapi ketika sang kakek masih hidup pria itu tak pernah membiarkan Minho untuk pergi jauh. Tapi seperti biasa Chan adalah penyelamat hidupnya.
Sebuah mobil hitam menepi ke arah dirinya. Minho sangat tahu itu adalah mobil sang kakak. Dengan semangat dia langsung melambai padanya. Ketika Minho mendekat, pria itu lebih dahulu keluar dari mobil. Dengan wajah cemas, dirinya berlari ke arah Minho. Chan membolak-balikan tubuh Minho seperti mencari sesuatu.
"Kak Chan kenapa?" Tanya si manis agak pusing. Dirinya kini memegang tangan kekar Chan.
"Kau tidak melakukan hal aneh kan? Apa ada sesuatu yang aneh dimasukan ke badan mu?" Tanya Chan panik. Minho terlihat kebingungan, dia hanya memasak tadi.
"Tidak kak, aku hanya memasak tadi" ucap Minho. Chan mengangguk dirinya kini membawa Minho masuk ke dalam mobil. Minho terlihat kegirangan berbeda dengan Chan.
"Minho tadi teman ku menelepon, bahwa tempat mengurus parpornya sudah tutup. Besok pagi saja ya kita ke sana" kata Chan. Minho terlihat kecewa mendengarnya, seketika dia ingat dengan pacarnya Seungmin.
"Oh begitu" kata Minho. Dia pun kini mengambil ponselnya. Chan sangat tidak suka ini, akhir-akhir ini Minho lebih memperdulikan ponselnya daripada kakaknya ini.
"Sambil menunggu besok, kita pergi belanja ya. Kau kan punya sedikit pakaian untuk musim dingin. Kita beli dulu semua persiapan untuk liburan, setuju?" Tanya Chan. Minho yang agak kecewa langsung simbringah kembali.
"Baik. Ayo! Ayo! Aku juga ingin beli peralatan make up dan skincare ya ka" katanya. Chan langsung menganguk perlahan.
"Baik, jadi serahkan dulu ponsel mu. Aku yang bawa ya agar kau fokus" ucap Chan. Minho dengan senang hati memberikan ponselnya pada Chan. Dia pun kini menyandarkan kepalanya di bahu lebar sang kakak.
"Tidak sabar sekali" kata Minho sembari menatap ke arah jalanan di depan mereka.
______
Ide Chan berhasil, kini Minho sudah aman bersama dirinya. Untung saja sang kakak langsung mengabari, jika tidak entah apa yang akan terjadi pada adiknya ini.
Minho sibuk memilih pakaian yang dia sukai, Chan hanya mengekor menemani dirinya dari belakang.
"Tadi kau beli apa?" Tanya Chan.
"Ohh tadi aku ke supermarket dengan teman ku, maunya aku buat steak. Tapi kak aku tidak tahu jika pria lelaki suka permen yang bentuknya aneh" kata Minho. Chan menaikan salah satu alisnya.
"Permen apa? Apa kau melihatnya?" Tanya Minho.
"Ya lihat cuma kotaknya saja, tapi isinya aku pernah lihat juga" katanya. Chan langsung berdebar mendengar itu.
"Di mana? Bagaimana bentuknya? Apa kau memakainya?" Tanya Chan panik. Minho menggeleng dengan santai.
"Aku pernah lihat di kamar kak Chan. Ada di bawah bantal dan baunya seperti pisang. Apa itu seperti permen karet atau bagaimana kak?" Tanya Minho dengan polosnya. Chan terbelakak, dia langsung menoleh ke arah lain. Apa benda yang Minho maksud adalah pengaman?
"Oh itu. Jadi pria itu membelinya? Apa yang dia lakukan dengan benda itu?" Tanya Chan balik.
"Mana aku tahu, itu kan permen. Mungkin di makan. Kak Chan kan pernah beli, seharusnya sudah tau kan?" Tanya si manis. Chan seperti tertangkap basah, tapi sepertinya semua pria dewasa pasti tahu benda itu.
"Eh Minho. Ayo ke sana! Ada diskon!" Ucap Chan berusaha mengalihkan topik. Minho menoleh dengan mata terbelakak lalu ikut saat Chan membawanya pergi dari sana.
______
Chan benar-benar membawa Minho pergi liburan keluar negeri. Walaupun tidak lama, hanya seminggu tapi itu pun sudah cukup menurut Minho. Minho terpesona melihat besarnya pesawat yang akan membawa mereka pergi.
"Kak Chan takut" ucap Minho. Dia pernah melihat di TV berita tentang kecelakaan pesawat. Sungguh menyeramkan.
"Tidak masalah. Aku bersama mu, nanti aku akan memeluk mu jika terjadi sesuatu. Ayolah, mana semangatnya" kata Chan. Minho pun langsung kembali semangat. Tak lama setelahnya suara pemberitahuan terdengar, semua penumpang pesawat diharapkan untuk segara naik ke pesawat mereka termasuk Minho dan Chan.
Chan memilih fasilitas kelas satu untuk penerbangan pertama Minho. Kasihan jika Minho tidak nyaman, apalagi dia agak ketakutan."Tidak lama, jangan takut" ucap Chan sembari memakaikan Minho sabuk pengamannya. Minho terus meremas paha Chan sembari menatap ke sekitar. Suara mesin pesawat membuat dia menjadi takut.
"Santai, kita bisa tidur dan menonton TV juga" kata Chan. Minho berusaha tersenyum walaupun masih takut. Sebisa mungkin dia berusaha biasa saja.
Tangan Minho tak pernah melepaskan tangan Chan. Pria manis itu tak sesantai Chan, dia benar-benar tegang.
"Kak Chan aku mual, ingin muntah" kata Minho sembari menutup mulutnya. Chan terbelakak lalu mengambil sebuah kantong muntah yang sempat dia minta dari pramugari. Chan sudah tahu ini akan terjadi.
Minho memuntahkan semua isi perutnya, hampir setengah perjalanan dirinya muntah-muntah sampai lemas. Seorang pramugari pun ikut membantu dengan mengoleskan minyak penghangat di kening Minho.
"Minho tidur saja, saat nanti bangun kau akan sampai" ucap Chan mengusap rambut si manis. Minho mengangguk menurut, dia pun menggiring ke samping sembari memeluk Chan. Agak sulit sebenarnya di posisi seperti ini. Tapi Chan harus membuat Minho nyaman, karena dialah yang bertanggung jawab atas semua kejadian ini.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Wills [ Banginho ]
FanfictionWAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM BACA!! Chan benar-benar tidak mengerti dengan apa yang almarhum kakeknya pikirkan. Setelah bertahun-tahun pria itu meninggal Chan baru tahu sesuatu. Sebuah wasiat tertulis untuk masa depan dirinya. Kedengarannya sang...