0.0

148 12 1
                                    

Dunia sesempit itu kah? Rio, kakak gue. Baru aja nikah semingguan yang lalu. Namanya Seno Ario. Mungkin disebelah di panggil Seno.

Sama kak Agatha- anjir inget kak Agatha gak? Mantan musuh gue waktu SMP dan SMA.

Anjir mantan musuh...

Kakak dari Aretha, sahabat gue.

Iya, Agatha yang di cerita 'Sulung' sebelah.

Alasannya simple kalau Lo pada nanya kenapa gue musuhan sama Kak Agatha. Karena gue suka sama Jehan, saling suka dari SMP. Tapi Jehan lebih memilih sang sahabat tercinta.

Sebenarnya gue gak mau inget-inget hal memalukan itu lagi, soalnya gue udah baikan sama Kak Agatha jauh hari. Gak mau nyari masalah, lebih tepatnya. Pawangnya Abang gue soalnya.

Pernikahannya terhitung baru seminggu, kurang lebihnya. Di mana setiap gue pulang ke rumah, akan melihat pemandangan sialan yang bikin jiwa-jiwa jomblo gue tuh bergetar hebat.

Melihat gimana si Rioanjing nge-treat kakaknya Aretha layaknya ratu dan di manja sepenuh hati. Yang punya kakak baru nikah, relate pasti. Paham posisinya jadi gue gimana muaknya ngelihat mereka.

Gimana gua nggak kaget? boro-boro ngetreat nitip air putih aja ogahnya Masya Allah tabarakallah. Padahal gue posisinya tuh di meja makan, sedangkan dapur nggak sampai 5 langkah, dispenser udah ada di situ. Dia ogahnya minta ampun.

Padahal dia lagi naruh piring kotor, waktu itu. Dan posisi dispenser itu, persis di samping wastafel cuci piring.

Gua kan langsung dongo di situ. Gue merasa tolol karena dia tiba-tiba nyaut, 'Jauh. males gue'.

Kayak.... itu dispenser nggak sampai selangkah bangsat, dari tempat lu berdiri! Bilang, 'Jauh'?! Anjing ya ini orang.

Entah bagaimana keduanya bertemu. Tapi yang jelas, ada dua kemungkinan. Satu, karena dia berada di negara yang sama. Sama-sama kuliah dan sama-sama kerja di sana sampai sekarang.

Dan yang kedua, karena mereka berada di kantor yang sama, di lingkungan yang sama dan teman dekat kalau nggak salah ya... Gue juga lupa-lupa ingat.

Katanya sih dalam waktu seminggu ke depan, keduanya akan balik, kembali ke Dubai. Karena memang pulang ke Indonesia cuman untuk acara nikah doang, cuman izin cuti sekitar 1 atau 2 minggu. Bahkan Kak Agatha aja, itu h-2 acara baru datang dan sampai di Indonesia.

Kerjaan numpuk, sudah ditelepon oleh bosnya berapa hari yang lalu kalau mereka sudah ditunggu kehadirannya di sana. Nggak heran sih, nggak bisa izin seenaknya soalnya di sana.

Cuman gua nggak tahu lagi lah, soalnya udah 3 hari nggak denger kabar mereka langsung dan ngelihat mereka. Kerjaan di kantor tuh lumayan numpuk, nyaris ngejebol atap kantor. Jadi gue nggak pulang ke rumah dan tinggal di apartemen yang jaraknya.... ada di atas kantor.

Jadi nyambung antara gedung kantor dengan apartemen.

Lumayan. Gratis dari kantor karena gue udah kerja hampir 10 tahunan, Alhamdulillah. Betah juga di sana. Jadi dapat hadiah kecil-kecilan dari Bu bos.

Alasan lain gue nggak pulang, meskipun emak gua di rumah nelpon-nelpon, nge-spam tiap hari. Selain karena mual dengan kemesraan mereka yang menyebalkan. Kerjaan emang bener-bener nggak bisa ditinggal sih.

Bahkan berapa jam yang lalu, gue baru aja sampai di lantai apartemen. Udah ditelepon balik untuk ke kantor karena ada yang salah dengan berkas yang gue kerjakan.

Gue kerja? Seorang Bella tukang emosian, kerja? Tentu lah!

Sebelumnya gue kuliah dengan jurusan manajemen dan ilmu komputer. Lalu langsung diterima magang di perusahaan tambang batubara lumayan besar, sebagai data analisis. Lalu dilanjut sampai lulus kuliah dan menetap di perusahaan tersebut sebagai karyawan tetap.

Sampai tahun ke-8 gue kerja di sana, kayaknya umur 30 tahun, posisi gue tetap di data analisis.

Tahun ke-8, tiba-tiba gue diminta untuk jadi manajer pribadi ibu Ratih Raihana Nugroho, istri sah dari bapak pemilik perusahaan, Rahman Pradipta Adijaya.

Ibu Ratih sendiri berprofesi sebagai spesialis QAQC. Sudah pernah pelatihan langsung dan mendapatkan sertifikat asli dari Australia sana.

Tapi nggak begitu aktif di dunia pertambangan lagi, dan lebih banyak melakukan kegiatan di bisnisnya yaitu restoran dan butik.

Sebenarnya gue sebagai manajer ibu Ratih ini, lebih keluar dari pekerjaan asli gue gitu ya...

Gue lebih jadi, kayak asisten aja sebenarnya. Cuman, kemarin gua terima tawarannya, karena gajinya lebih mahal bor! Gue terima lah! Gila gue kalau gak menerima kesempatan emas.

Cuman sesekali gue juga dipanggil di kantor untuk bantu anak-anak magang yang ada di kantor, tentang analisis data, scientist data, dan sejenisnya lah...

Sebenarnya perusahaan gue ini perusahaan tambang milik bapak Rahman dan ibu Ratih dan kalau nggak salah ada tiga atau empat rekan kerja lama pak Rahman yang membangun sama-sama perusahaan ini, menurut cerita dari Ibu Ratih.

Jadi, anak magang bagian data analisis ini, gak banyak. Gak sebanyak magang anak jurusan teknik geologi.

Kalau kata emak gue, kerjanya ngapalin jenis-jenis batu, dokter Spesialis batu dan perut bumi. Bukan bumil.

Pusat kantornya tuh, ya di Jakarta ini. Namun, lokasinya macam-macam. Ada yang di Sulawesi, di Kolaka lebih tepatnya, Kalimantan, dan juga yang paling jauh itu di Australia.

Nahhh.... Ini, ini inti dari gue cerita sepanjang ini.

Bu Ratih dan pak Rahman ini kan punya anak.

Tapi gue cuman tau anak pertamanya, selama ini. Kalau gak salah Kainan Pradipta Adijaya. Atau siapa, pokoknya k lah depannya.

Tiga hari yang lalu, gue di panggil Bu Ratih ke ruangannya.

Overthinking itu langsung gue. Kayak, gue ngapain sampai dipanggil? kenapa? ada apa ini? Apalagi waktu itu lagi libur.

Datanglah gue ke kantor dengan pakaian non formal. Karena hari itu libur, Jadi ngapain gue pakai baju formal.

Tiba-tiba bu Ratih bilang kalau kerjaan Gue diganti menjadi asisten anaknya. Bukan manajer loh asisten.

Jadi gue ngedampingin, gue ngatur jadwalnya, berubah semua tuh kuliah gue yang kemarin jadi analisis berubah jadi asisten.

Gue awalnya nolak. Gue bilang, mending jadi analisis balik lah. Karena manajer itu gajinya lumayan, makanya gue terima waktu itu.

Sedangkan asisten, gue dengan dari teman-teman gue tuh, nggak seberapa lah gajinya. Karena cuma jadi asisten beda dan terkesan simple.

Tapi bu Ratih mohon-mohon, katanya dia pernah dengar pengalaman gue yang terdengar tegas, dan gak bisa dibantah, keras kepala dan emosian.

Bingung Gue. Sebenarnya apa hubungannya gitu sama emosian gue dengan pekerjaan ini? Bukannya malah ancur ya? Kayak, gua marah-marah selama kerja, emosian, nanti kerjaannya nggak selesai, gini gini gini gini. Eh! gue yang di disiplin kan.

Terus bu Ratih nego lagi, katanya gajinya nanti sama-sama kayak waktu dia suruh gue jadi manajernya.

Seharian gue galau, akhirnya gue terima.

H- dua jam ketemu si anak, gue santai. Gue udah tau siapa anaknya dan kenal.

Tapi begitu pintu ruangan ibu Ratih terbuka, terpampang lah sosok tinggi, datar, dan wangi seseorang yang membuat mata gue membola sempurna.

Gue spontan berdiri di tempat saking kagetnya.

Lo tau? Sosok ini baru aja gue temuin di pernikahan kakak gue, waktu itu. Yang di peluk sama Kak Agatha sambil nangis-nangis di atas panggung.

Jehan.

Anjir....

Dunia emang se mepet itu....

Jarak KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang