1.7

17 3 1
                                    

Aghna menggaruk kencang kepalanya. Badannya serasa keringat dingin menghadapi Wanita cicak jadi-jadian di depannya ini.

Sedangkan Belva mondar-mandir di tempatnya.

"Bu Calya, Pak Jehan belum datang. Jadi gak boleh ada yang masuk kedalam ruangannya, selain izin dari Pak Jehan setelah Pak Jehan datang."

Wanita dengan make-up tebal itu berdecak kesal. "Pak Sutro masuk, tadi! Kenapa saya gak boleh?! Kamu gak tau siapa saya?!"

"Pak Sutro Office boy, Bu. Itu udah tugasnya." Aghna melirik Belva yang mondar-mandir tak bisa diem. "Bel, lu diem!"

Belva terdiam. Lalu mendekat pada Aghna. "Tadi suruh mikir."

Aghna melototkan matanya dan mencengkram kepalan tangannya didepan wajah. "Lo jangan nambah beban!"

Suara pintu yang di dobrak, membuat Aghna menoleh. Melihat Calya yang berusaha membuka pintu ruangan Jehan yang terkunci dan hanya bisa dibuka dengan password yang hanya beberapa orang saja yang tahu.

"Bu Calya, nanti Pak Jehan ma-"

"Ada apa ini?"

Aghna dan Belva menoleh dengan kompak, terkejut melihat kehadiran Jehan yang berjalan dengan langkah tegas dengan kedua tangannya ada di dalam saku dan diikuti Bella di sisi sampingnya.

Calya yang mendengar suara Jehan, langsung menoleh. Wajah juteknya berubah sumringah.

Melepas gagang pintu Jehan dari tangannya dan menghampiri Jehan dengan tangan terbuka.

Bella yang melihat itu, menaikkan alis dan melipat bibir. Kakinya mengambil satu langkah mundur, ingin undur diri, berjalan menuju Mejanya.

Jehan yang merasa Calya akan memeluknya segera mundur, membiarkan gadis itu jatuh dan menarik pinggang Bella mendekat padanya dengan tangan kiri.

Bella yang di tarik pinggangnya, melotot kaget. Tubuhnya menegang, ketika tangan Jehan melingkar dan mencengkram lebih, pinggangnya.

Aghna melipat Bibirnya, menahan tawa melihat posisi jatuh Calya seperti sapi tersungkur. Sedangkan Belva sudah bengek, tak tahan menahan ketawa.

Namun mata keduanya salah fokus pada Bella yang dirangkul Jehan.

Calya segera berdiri dan memasang wajah seolah sedang ngambek, menatap Jehan seolah minta pertolongan. "Ih... Kamu kok gitu sih... Aku mau masuk ke dalam. Kamu gak-"

"Jangan bercanda, Calya! Ruangan saya bukan yang bisa di datangi sembarangan. Saya banyak urusan."

Calya mengkerut. Wajahnya memanas kala fokusnya pecah melihat bagaimana Jehan merangkul pinggang Bella kuat di sampingnya.

Dia melirik tangan Jehan, lalu menatap Jehan dengan kesal. "Ihh, Jehan... Aku kasih tau Papah aku-"

"Ayahmu gak ada apa-apa nya dibandingkan sama Ayah saya, Calya," ucap Jehan tajam, yang membuat Belva menggeleng tak kuat dan berjalan menjauh dari sana. Tawanya pecah, terbengek di mejanya, tak tertahan

"Jangan bangga! Kamu masuk sini juga terpaksa, Ayah saya cuman kasihan sama tikus kecil seperti kalian."

Jehan menarik Bella yang dia rangkul menuju pintunya, meninggalkan Calya susah memerah padam, malu, dan kesal.

"Sekali lagi saya lihat kamu bertingkah, saya akan pecat kamu dengan tidak hormat, Calya. Paham?"

Jehan membuka pintunya, dan menarik Bella masuk bersamanya. Lalu menutup pintu lumayan keras, mengejutkan Calya yang berada di depan pintu, serta Aghna yang masih berdiri di tempat.

Jarak KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang