1.6

26 5 2
                                    

"Pulang sekarang, Bell! Jangan jadiin bos kamu jadi alasan, lagi. Mama buang juga, kamu ini. Punya anak tiga, kayak gak punya anak. Gak ada semua yang mau tinggal dirumah."

Berkat omelan mamanya semalam, Sabtu pagi ini Bella terpaksa harus berkendara ke daerah Serpong demi menghampiri ibunya yang sudah tak pernah berhenti mengoceh.

Beruntung hari ini Bella liburan, hari Sabtu, dia bebas, semoga...

Suasana hati Bella juga sedang bahagia.

Baru saja Kainan mengirimkan sejumlah uang kedalam rekening pribadinya sebagai uang bonus karena sudah menjaga Jehan selama seminggu dirumah sakit, saat Ratih dirawat.

Melihat deretan nominal yang didominasi oleh angka Nol, membuatnya girang tak henti.

Mobilnya terparkir di sebuah toko buah. Sebelum menghampiri ibunya yang super super ruwet dan cerewet, alangkah baiknya Bella membelikan wanita nyaris 60 tahun itu buah agar darah tingginya turun.

Setelah melakukan transaksi, Bella segera keluar dan kembali ke mobilnya.

Kembali berkendara, hingga mobil putih dengan bercak abu-abu itu mulai memasuki sebuah perumahan di area Ciater.

Menyapa pelan sekuriti saat membuka jendela. Kakinya tinggal mengegas sekali, dan rumah warna putih dengan tanaman yang memenuhi pekarangan sudah terlihat di depan mata.

Bella menarik rem tangan dan membuka seat belt yang melingkari nya.

Sebelum turun, Bella mengikat rambutnya terlebih dahulu, lalu meraih buah keranjang tersebut, dan keluar.

Tetangga ibunya yang sedang menyiram tanaman, menoleh melihat Bella turun. Bella tersenyum menyapa kala wanita itu juga menyapanya.

Langkah kakinya yang hanya terbalut sendal jepit swallow biru itu memutari mobilnya, masuk karena pekarangan rumah Ibunya dan membuka sendal.

Belum dia mengetuk pintu, pintu sudah terbuka.

Sebuah bantal mendarat ke wajahnya, membuat Bella mendatarkan wajahnya.

Sang kakak tengah, Kakak keduanya setelah Rio, Vero, tertawa dan keluar dari dalem rumah. "Dateng juga Lo?"

Bella memeluk bantal itu dengan tangan kosongnya dan mendelik sinis pada Pria yang hanya beda satu tahun darinya, itu.

Bella melempar balik Bantal itu dan melangkah masuk. Menaruh buah di atas meja ruang tamu dan membanting diri.

"HMMMM ANAK GADIS SUDAH PULANG!?"

Teriakan sindiran menggema kencang didalam rumah. Membuat Vero tersentak hingga menabrak pintu rumah.

Bella menepuk telinganya berkali-kali kala merasa Indra pendengarannya mendadak berdengung kencang.

Wanita itu bangkit dan duduk di sofa, menatap ibunya yang masak di dapur dari ruang tamu.

"Mana ada gadis..."

Vero yang berjalan, melotot mendengar kalimat Bella. "Udah jebol, Lo?! Bangsat! Sama siapa?!"

Bella mengacak rambutnya kesal, dan bangkit. Menatap kakaknya kesal dan tajam. "Paket otak Lo, sialan! Bukan itu maksud gue!"

Vero menatap Bella dengan bingung, ketika Bella beranjak.

"Salah apa gue?"

Bella menghampiri ibunya yang masak, dan melahap bakwan yang di goreng ibunya.

Wanita setengah abad, lewat dikit itu, menepuk keras tangan Bella, membuat bakwan tersebut jatuh ke lantai.

Bella berdecak dan berjongkok. "Satu doang, elah, Mak."

Jarak KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang