Suara jarum jam dan ketukan kuku seseorang di dalam mobil menjadi suara yang mengisi keheningan tersebut. Mobil melaju dengan kecepatan nyaris 120km/jam.
Aghna yang menyetir melirik Jehan yang nampak murung tiga hari ini. Aghna paham dan Aghna tahu, apa alasannya.
Bu Ratih masih di rumah sakit. Belum ada kabar baik yang membuat senyuman sang bos kembali. Jehan bahkan sempat tidak masuk kerja selama seminggu, dan sekarang Minggu kedua akan berakhir, namun Bu Ratih belum juga membuka mata.
Dan sampai hari sebut besok, jadwal Aghna akan benar-benar sibuk. Karena dia akan menggantikan Bella sebagai asisten Aghna sampai hari Sabtu esok, dari hari Kamis kemarin.
Bella izin, saat Jehan pertama kali masuk kerja, yaitu kemarin. Wanita itu mengambil cutinya selama tiga hari, Kamis, Jumat, Sabtu. Aghna tak tahu kenapa Bella mengambil cuti tak lama setelah dia beri tahu bahwa Jehan akan mulai bekerja besok.
Mungkin itu juga salah satu yang membuat Jehan murung selama masuk kerja. Bella tidak ada.
Jehan turun dari mobil tanpa banyak bicara ketika Aghna sudah memarkirkan mobilnya. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti. Pria itu menunggu Aghna keluar dari kendaraan.
Aghna menatap sang bos dengan kerutan di dahi, laku segera keluar dan mengunci mobil. "Butuh sesuatu, Pak."
Aghna menatap Jehan yang menggeleng, lalu berjalan lebih dulu. Aghna memiringkan kepala bingung, lalu mengejar langkah Jehan.
"Jadwal saya hari ini, Aghna."
Aghna tersadar dan mengangguk cepat. Mengambil iPad yang Bella serahkan padanya beberapa hari yang lalu sebelum cuti, lalu membuka jadwal hari ini.
"Hari ini full di kantor, semua jadwal di dalam kantor."
Jehan mengangguk sambil berjalan menuju lift tak jauh darinya. Beberapa karyawan menyapa, namun Jehan hanya mengangguk kecil sambil lanjut berjalan.
Aghna membacakan jadwalnya di sisi sampingnya. Saat berhenti di hadapan lift, Aghna mengangkat kepalanya dan menekan tombol panah naik.
Kembali ke tempatnya, dan membuka layar yang menjadi fokusnya.
Namun saat akan membacanya kembali, jari lentik dengan kuku panjang yang dihiasi art naik itu merebutnya cepat, membuat Aghna tersentak.
Gadis dengan pakaian kantor yang sedikit terbuka dan merekat, membentuk tubuhnya, memegang layar iPad itu dengan kekehan centil.
Bersandar di dinding samping lift, dan menatap Jehan dengan tatapan menggoda. "Dan kita akan menutup hari dengan makan malam di Volka."
Jehan mengangkat alisnya dan membuang nafas jengah, membuang wajah. "Cicak..."
Gumam Jehan yang masih alat didengar Aghna dan Calya.
Gadis itu mendengus kecil, namun segera mengatur ekspresi nya, dan tak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.
Jehan menoleh pada Aghna. "Siapa yang menaruh jadwal itu?"
Pertanyaan Jehan membuat Aghna segera berdiri tegak dari posisinya yang menahan tawa. Pria itu mengambil iPad dari tangan Calya dengan mata melotot, lalu membuka kembali jadwal.
"Pak Armond."
Jehan mengkerut. "Papa?"
Calya terkekeh sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Yes, baby. Ayahmu yang merencanakan makan malam ini."
Jehan menatap Calya datar. "Jangan membual Calya. Aghna, batalkan it-"
"Ugh... Sayang sekali, pak Armond memang merencanakannya dari jauh hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Kita
Romance(Judul awal : What a Feeling?) {Komedi, Romansa} [Spin-Off SULUNG] Niat menjadi independen woman yang sibuk setiap saat, dan gaji lancar. Menjadi perempuan yang kerja keras tanpa mengeluh adalah salah satu cara melupakan seseorang, katanya. Bekerja...