1.5

31 6 0
                                    

"Makan, Pak."

Jehan menoleh, melihat Bella mengeluarkan kotak makanan dari kantong besar, keatas meja. Mengatur beberapa cemilan dan makanan pendamping yang baru saja dibeli Wanita itu beberapa saat yang lalu.

Bella meluruskan punggungnya lalu meregangkan lehernya, dan mengikat rambutnya. Menyatukannya dalam satu ikatan karet yang mampu menghilangkan sedikit rasa gerah.

Lalu Bella mengambil satu kotak makanan dan duduk di samping Alin.

"Lin, makan."

Alin yang menonton tv, menoleh, lalu mengangguk, dan tersenyum.

Hari ini, gadis itu terlihat murung dan kurang bersemangat. Senyumnya yang tak pernah luntur, mendadak hilang dan tergantikan dengan raut kosong.

Bella diam tak akan bertanya tentang apa yang terjadi. Karena Bella tau, apa yang sedang gadis itu rasakan kali ini.

Bertanya hal yang sudah pasti hanya membuat keadaan semakin runyam. Lebih baik menghiburnya agar membaik.

Bella membuka kotak makanan Alin dan menaruh tutupnya di depan kotak tersebut.

"Aku suapin?" tanyaku bercanda padanya.

Alin tersenyum dan tertawa pelan, menggeleng dan duduk di ujung sofa, mendekati meja dan mengambil alih sendok.

"Makasih, Kakaknya Alin tersayang," ucap Alin memotong ayam yang ada di dalam kotak dan menyuapkannya kedalam mulut. "Love Kak Bell."

Bella mengusap bahu Alin pelan dan tersenyum, lalu berdiri. Menatap Jehan yang berjalan menghampirinya dengan pelan.

Bella dengan segera mengambil kotak khusus makanan punya Jehan, dengan menu makanan yang berbeda, makanan yang sudah biasa di makan oleh Jehan.

Tempat belinya pun, sama dengan tempat biasa Bella membelikan Jehan makan siang.

"Ada Sup cream, Pak. Mau?"

Jehan duduk di kursi single dan mengangguk pelan, lalu mengusap wajahnya. "Boleh, kamu atur aja."

Bella mengangguk dan mengambil cup certas dan membuka tutupnya. Wangi susu dan mentega dari cream sup tersebut membuat Alin menatap dengan spontan, dari jauh.

Bella menaruhnya di samping kotak makan Jehan lalu berdiri.

Alin memperhatikan keduanya sambil mengunyah dan memakan makanannya dengan nikmat.

Matanya mengerjap beberapa kali kala pergelangan tangan Bella di tahan oleh Jehan.

Bella tersentak pelan dan menoleh, melirik tangannya yang di genggam erat oleh Jehan, lalu menatap Jehan yang menatapnya lebih dulu.

"Mau kemana?"

Bella mengerjap, terkejut dengan pertanyaan tak terduga dari Jehan.

"Y-ya? A-ah, mau keluar sebentar."

Jehan menggeleng, menaruh sendoknya dan menarik pelan Bella. "Gak makan?"

"Oh, saya cuman beli dua. Untuk bapak sama Alin."

"Duduk, Bella."

Bella mengernyit bingung. Pergelangan tangannya masih di pegang erat oleh Jehan, seolah Pria itu tak akan melepaskannya.

"S-saya-"

"Makan bareng saya."

Alin tersedak tertahan, menepuk dadanya kuat sambil tangannya meraih air minum diatas meja. Membelakangi keduanya dengan mata melotot, meminum airnya dengan tegukan besar, tangannya menutupi wajahnya dari samping.

Jarak KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang