"Jehan ada, Nak?"
Bella menjepit telfon itu di pundaknya. Bahunya naik sebelah agar ponsel itu terjepit dengan sempurna. Tangannya sibuk membuka lembaran kertas sambil mengetik dan menyalin isi kertas tersebut dalam satu waktu.
Sambil sesekali merevisi isinya sesuai perintah Jehan, Kakanda agung.
"Ada, Bu. Di ruangannya. Mau bicara dengan pak Jehan, Bu Ratih?" tanya Bella tanpa menghentikan gerakan jari-jarinya di atas keyboard leptop.
Sahutan lembut dari balik telfon tersebut membuat jari-jari Bella berhenti bergerak. Dan bangkit dari kursinya.
"Sebentar, Bu Ratih."
Kakinya melangkah menuju ruangan Jehan, menoleh ketika sapaan kecil Aghna yang duduk di balik kursinya, menyapanya pelan. Bella mengangguk kecil dan mengetuk pintu ruangan tersebut yang berbahan kaca, tiga kali.
Tanpa menunggu sahutan dari dalam, Bella menekan turun gagang tersebut dan mendorong pintunya setelah memasukkan beberapa password di pintu tersebut.
Wanita itu mengambil ponselnya yang terjepit diantara bahu dan telinganya dan melangkah masuk kedalam. Menggenggam ponselnya setelah menekan tombol speaker di layarnya.
Jehan mendongak ketika mendengar ketukan. Menatap Bella yang melangkah pelan masuk kedalam setelah mengucapkan kata permisi yang hampir tak didengarnya.
Keningnya mengernyit melihat Bella tak membawa apapun selain ponsel di tangan kirinya. Pria itu bertanya, "Laporannya sudah selesai kamu salin?"
Bella berjalan mendekati meja Jehan dengan gelengan kecil. Wanita itu menatap Jehan ketika berhenti di samping mejanya. "Belum, p-"
"Lho, kamu itu gimana sih? Dua jam lagi kita ada meeting, Laporannya banyak lho, kamu kok santai begini? Kamu tau sendiri pak Alex kalau meeting gak mau ada kesalahan dan keterlambatan sedikitpun-"
"Jehan!"
Tangannya melayang. Yang tadi ingin mengambil ponselnya, terhenti. Suara lembut namun tegas itu membuatnya mati kutu dan seakan lupa gravitasi.
Dia menoleh dan menatap Bella dengan terkejut, meski tak begitu kentara.
Bella menarik nafas dan menggigit bibirnya sendiri. Mendekat kearah meja Jehan dan meletakkan ponselnya di atas meja.
Bella bisa merasakan tatapan Jehan seolah ingin menghunuskan pedangnya pada Bella.
"Ekhm, Bu Ratih, Pak."
Jehan menghela nafas dan menatap layar ponsel Bella yang ada di atas meja. Pria itu bernafas tertahan.
Bella melangkah mundur dan memojok di dekat kaca penghargaan yang berisi berbagai macam award.
"Jehan, kamu bener-bener ya. Kenapa Bella di bentak-bentak begitu? Dia Asisten kamu, kenapa kamu suruh kerjain pekerjaan Manager dan pekerjaan kamu ke dia? Kekurangan manager kamu? Mau bunda carikan? Aghna sama asistennya kurang kah? Jangan suruh Bella-"
Omelan itu terus berlanjut. Bella terdiam memainkan lidahnya di dalam mulut dan memainkan tangannya. Membuang wajah sambil menggerakkan kakinya pelan di bawah sana.
Jehan memutuskan pandangannya dari punggung Bella, menarik pelan ponsel dengan casing berwarna monokrom, kedepan keyboardnya. Mendudukkan dirinya di kursi dengan nafas gusar.
"Ada apa, bunda?"
"Denger bunda ngomong apa gak tadi!?"
Jehan mengangguk pelan sambil melirik kecil Bella yang memunggungi nya. "Dengar bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Kita
Romance(Judul awal : What a Feeling?) {Komedi, Romansa} [Spin-Off SULUNG] Niat menjadi independen woman yang sibuk setiap saat, dan gaji lancar. Menjadi perempuan yang kerja keras tanpa mengeluh adalah salah satu cara melupakan seseorang, katanya. Bekerja...