chapter 13

1.7K 265 29
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA‼️
MAAF GUYS AKU TERPAKSA UNPUBLISH BEBERAPA SAAT KARNA NOTIFIKASINYA GAK MUNCUL, ALHASIL BANYAK PEMBACA YG GAK TAU KALAU CHAPTER 13 UDAH AKU UPDATE. BUAT YANG UDAH BACA SKIP AJA TAPI USAHAKAN VOTE YA. THANK YOU

____

Happy reading guys. Author menulis ini disela-sela kesibukan dunia nyata yang cukup padet, so bikin author senyum dengan vote dan celotehan lucu kalian di komentar ya.

BACANYA JANGAN DI SKIP YA SAYANG-SAYANGKU☺️

Aku mau minta tolong sama kalian buat follow akun wattpadku, kenapa begitu?
Yang pertama: dengan kalian follow akun author, kalian udah memberikan semangat untuk author cepat² melanjutlan cerita.
Yang kedua: dengan kalian follow akun wattpad author kalian akan mendapatkan notifikasi tentang karya-karyaku.
Yang ketiga: jika kalian follow akun wattpad author itu adalah suatu bentuk apresiasi karna kalian menyukai karya author.

______

Jane menggeliat begitu menyadari bahwa Freen masih melingkarkan tangan ditubuhnya. Cahaya keemasan perlahan menyapu langit. Menciptakan suasana indah di atas sungai seine.

Jane sudah tidak ingat apa-apa setelah kejadian semalam. Tubuh yang masih dibalut kain putih itu menjadi sebuah bukti bahwa Freen benar-benar memegang ucapannya.

Jane mempunyai rasa kagum tersendiri dengan segala hal yang sudah terjadi padanya selama 24 jam ini. Jika biasanya Jane ingin cepat-cepat mengakhiri malam bersama clientnya, tetapi tidak dengan sekarang. Rasanya ada sesuatu yang berdesir ditubuhnya, rasa yang sulit diungkapkan. Dan Jane membenci hal itu.

Jane pelan-pelan melepaskan tangan yang masih melingkar itu. Dengan kedua mata yang masih tertutup Jane bisa dengan leluasa mendengar deru napas dari seseorang yang tidur dipelukannya.

"Morning, Freen." Jane berbisik pelan, kemudian Freen membuka matanya meskipun belum sempurna ia bisa mengetahui siapa pemilik suara indah itu.

"Morning, Jane. Sejak kapan kamu bangun?" Tanyanya sembari mengangkat setengah tubuhnya.

"Belum lama, mungkin sekitar lima belas menit yang lalu."

"Oh, iya? Kenapa kamu tidak membangunkanku?"

"Kamu terlihat lelah, Freen. Aku tidak berani membangunkanmu."

"Benar kah? mungkin aku kelelahan karena aktivitas semalam."

Jane membulatkan kedua matanya, merasa aneh dengan apa yang dikatakan orang itu. "Kamu payah, Freen. Baru satu gelas whiskey saja sudah mabuk," ledek Jane. Freen yang tidak terima dengan segala hinaan itu pun mengambil sebuah bantal dan melemparnya dengan sengaja ke tubuh Jane. Sayangnya dengan kecepatan tangannya Jane bisa menangkap bantal itu dengan sempurna.

"Sungguh, hanya melempar bantal saja kamu tidak bisa, Freen? sungguh memalukan," ledeknya sekali lagi. 

"Sialan kamu, Jane." Freen kini semakin tidak bisa mengontrol kekesalannya, perempuan yang masih mengenakan gaun tidur berbahan sutra berwarna pink pastel itu tertawa dengan lantang.

"Kamu, sangat memalukan, Freen. Benar-benar memalukan." Freen yang tidak terima diremehkan seperti itu akhirnya melakukan sesuatu untuk membuat perempuan di hadapannya jera. 

Freen dengan rencana nakalnya itu pun diam-diam mempersempit jaraknya dengan Jane. Ia juga mengulurkan tangannya pelan dan mulai menggelitiki pinggul Jane dengan lembut, Jane yang baru menyadari hal itu pun terkejut, ia terperanjat hingga tubuhnya jatuh kembali ke dalam kasur berukuran king size itu. Matanya membelalak dan berkali-kali memohon agar Freen menghentikan tingkah konyolnya. Akan tetapi Freen sama sekali tidak mendengarkan ia terus melanjutkan aksinya sampai-sampai gaun tidur yang dipakai oleh Jane sudah tidak terbentuk lagi.

JANE(FREENBECK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang