Chapter 14

1.4K 230 21
                                    

____

FOLLOW AKUN WATTPADKU UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI EKSLUSIFT 

VOTE DAN KOMENTAR MENENTUKAN KAPAN AKU UPDATE.

______

"Sebuah perjalanan cinta yang masih belum terucap, tentang dunia yang mungkin akan menentang. Namun, inilah mereka, terjebak dalam sebuah labirin hati yang sama sekali tidak terkendali."

_____

Perputaran waktu yang begitu cepat membuat keduanya sama-sama merasakan sakit yang tidak bisa dungkapkan. Jane yang baru pertama kali diperlakukan layaknya seorang putri, membuatnya memberikan nilai lebih pada clientnya yang saat ini masih memfokuskan pandangannya ke penjuru sungai seine. Sementara Freen ia masih belum bisa memberikan alasan mengapa ia mencintai perempuan yang sering ia panggil dengan sebutan jalang. Tapi, bukannya cinta tidak memerlukan alasan yang spesifik, ya?

Sore ini Freen telah berhasil mengantarkan Jane kembali ke Apartement. Mereka sama-sama belum berani mengeluarkan suara, Jane hanya terdiam dengan pandangan kosong ke arah jalan, sementara Freen ia memfokuskan pandangannya pada stir mobil meskipun sebenarnya pikirannya kosong, setelah ini apakah ia akan masih bisa mendengar suara tawa bahagia dari perempuan di sampingnya, atau tidak sama sekali?

Freen memberanikan diri untuk mengulurkan tangan dan berusaha memegang punggung tangan Jane. Namun, sayangnya dengan cepat Jane menepis sentuhan itu

"Kamu sudah tidak berhak atas diriku, Freen."

Freen menarik napas panjangnya lalu mengeluarkannya pelan-pelan. Sementara Jane kembali memalingkan pandangannya ke arah luar dengan tatapan kosong. Kota Paris yang sedang dilanda hujan seakan-akan menjadi metafora bagi perasaannya hatinya yang sedang pecah.

"Jangan dulu keluar, biar aku ambilkan payung dibagasi," ucap Freen tanpa menoleh sedikitpun. Freen bisa merasakan setiap tetesan air yang jatuh di atap mobilnya mengingatkannya pada moment ciuman hangat yang diberikan oleh seseorang yang duduk di kursi penumpang.

Semuanya terasa indah pada saat itu, tidak ada rasa sakit sebelumnya, sebelum akhirnya Jane mengatakan bahwa waktu yang mereka miliki telah habis. Freen meracau pada genangan air yang terus mengalir, seolah-olah hujan kali ini mencuci segala kenangan yang ada.

"Kamu tidak perlu repot-repot, aku sudah terbiasa dengan air hujan."

Freen menggeleng."Jane, izinkan aku sekali lagi melakukan sesuatu yang berarti untukmu."

"Apa pun yang sudah kamu lakukan kepadaku selama 24 jam ini, semuanya berarti untukku, Freen. Dan aku tidak mungkin melupakannya." Freen tersenyum manis lalu jari panjangnya hampir saja mendarat di pipi Jane. Namun, dengan cepat ia kembali menarik pergerakan tangannya. Ia membuka dasbor mobil dan mengambil beberapa foto yang berhasil ia bidik.

"Lihatlah foto ini, kamu terlihat sangat cantik, Jane."

"Kamu bisa saja Free, kamu pun terlihat tampan." Rintik hujan yang sedari tadi menyapa mereka, sepertinya masih menginginkan menemani mereka. Hujan lebat yang mengguyur kota mengaburkan batas antara langit dan bumi. Freen pun akhirnya mengambil sebuah keputusan.

"Tunggu di sini, jangan keluar," ucap Freen dengan nada penekanan.

Freen turun dari mobil dan membiarkan tubuhnya di basahi oleh derasnya air hujan, ia mengambil sebuah payung untuk dipakai oleh Jane. Pelan-pelan Freen membukakan pintu mobilnya.

JANE(FREENBECK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang