Chapter 28 - Kenyataan Baru

191 12 0
                                    

"Yo, malu, kan, kalau sampai semuanya tahu." Aku mencubit lengan Ryo pelan ketika Dion dan Agus sedang memesan makanan di counter.

"Kamu malu karena aku pacarmu, apa gimana?" selidik Ryo dengan dahi berkerut.

"Bukan, gitu. Tapi, ya ... enggak nyaman aja kalau banyak yang ngomongin gue. Masa gue pacaran sama mantan pacarnya temen sekamar."

"Enggak ada larangan kok! Lagian aku sama June udah selesai, bener-bener selesai. Kalau kamu denger ada yang ngomong begitu, langsung laporan ke aku."

"Hm ...." Jujur saja, aku ragu karena aku takut menjadi bahan pembicaraan oleh teman-teman lain karena menerima perasaan Ryo. Apalagi ketika aku berjalan bersama Ryo seakan bagai langit dan bumi.

"Javitri, yang ngejalani ini, itu kamu sama aku. Aku udah enggak sembunyi-sembunyi lagi kalau mau deketin kamu, enggak perlu bikin alasan cari June buat ketemu kamu, enggak sok titip-titip salam buat June lagi cuma biar bisa ngomong sama kamu. "

"Tapi ...."

"Senyamanmu aja, deh, kalau gitu. Kalau kamu nyaman kita bersikap kayak biasanya, walaupun kamu masih pakai 'lo-gue' ke aku, enggak apa-apa kok, pelan-pelan aja."

Aku jadi merasa bersalah. "Sorry, ya, Yo."

Ryo mengangguk. "Tapi, aku juga bersikap senyamanku, ya."

"Jangan berlebihan kalau di kampus. Gue malu ...."

Ryo terbahak. "Iya-iya." Tangannya mengusap puncak kepalaku.

Aku menepis tangan Ryo dengan cepat. "Jangan, Yo!" Kurasakan pipiku memanas.

"Kena-" Ryo sedikit menundukkan kepalanya untuk melihatku lebih dekat. "Ya ampun, kamu lucu banget kalau lagi blushing gitu. Biasanya juga galak," godanya sambil tertawa terbahak-bahak.

Boleh enggak, sih, mengumpat di depan pacar? rutukku dalam hati.

Sejak Dion dan Agus tahu kalau aku pacaran dengan Ryo, kami selalu menjadi ledekan kalau sedang berempat. Ada saja yang menjadi bahan komentar mereka atau dua orang itu malah membuat drama seolah-olah itu kami. Seperti misalnya saat Agus mengatakan pada Dion, "Sayang, Sayang, makan, yuk!", dengan nada dibuat-buat manja dan aku jadi geli sendiri mendengarnya, sedangkan Ryo hanya tertawa terbahak-bahak. Sial, siaal!

Jumat siang, setelah kuliah Sistem Digital dan Mikroprosesor, Mama megirim pesan padaku bahwa Papa belum juga pulang ke rumah. Aku bergegas membereskan buku dan alat tulis, memasukkannya ke tas dengan cepat.

"Mau ke mana? Buru-buru banget," tanya Ryo.

"Pulang ke rumah, Mama sendirian, nih."

"Aku antar, ya." Ryo sudah beranjak dengan menenteng tas di bahu.

"Enggak perlu, gue naik ojek aja. Lo, kan, masih ada kuliah lagi," cegahku seraya menahan lengan Ryo.

"Kenapa enggak boleh? Papamu galak? Enggak masalah kok."

"Bukan gitu, jangan sampai gara-gara antar gue, lo jadi bolos kuliah, Yo," ucapku. "Serius, deh, gue bisa naik ojek."

"Hm." Ryo menjawab dengan tak acuh.

"Nanti gue whatsapp kalau udah nyampe rumah." Aku baru berjalan tiga langkah, tapi kemudian berbalik lagi ke arah Ryo yang masih berdiri di depan bangkunya. "See you on Monday, Pacar," bisikku di telinga Ryo. Lalu segera menuju pintu untuk pulang dengan menahan malu.

TITIP SALAM ( TAMAT ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang