Pagi itu, mataku terbuka perlahan dari tidur nyenyakku di kamar yang tenang. Cahaya lembut menyusup masuk melalui celah jendela, memberikan sambutan hangat yang menyegarkan. Namun, seiring dengan kesegaran pagi yang menyenangkan, aku merasakan sakit yang menjalar di kepalaku. Rasanya seperti kepalaku sedang di tusuk oleh jarum.
Saat aku berusaha bangun, Memori semalam kembali menyelinap ke pikiranku - suasananya, canda tawa, dan beberapa botol minuman keras yang membuat semuanya begitu menyenangkan. Namun, sekarang, sakit kepala ini mengingatkanku akan konsekuensi dari keasyikan semalam. Dengan hati-hati aku berusaha duduk, berusaha meredakan rasa sakit di kepala yang semakin membuatku tidak nyaman. Saat aku berpaling ke samping, kulihat Kak Angga masih tertidur dengan tenang.
Dengan hati-hati, aku bangun dari kasur dan meraih baju handuk yang tergeletak di lantai. Dalam langkah yang agak lamban karena rasa sakit kepala yang terus mengganggu, aku mengelilingi kamar menuju pintu. Dengan handuk yang melingkari tubuh, aku melangkah keluar dari kamar menuju dapur.
Tiba di dapur, aku melihat-lihat sebentar sebelum mengisi gelas dengan air dingin dari keran. Setetes demi setetes, air mengisi gelas, memberikan sedikit harapan akan kesegaran. Aku meminumnya perlahan, berharap itu bisa memberikan sedikit kelegaan.
Beberapa saat kemudian keluarlah keisya dari kamarnya.
"ehh udah bangun nggi." ucap keisya.
"he'em. Aduh kepala gua sakit banget." Ucap ku.
"hmm pengar itu. lu sih semalan minum bir berapa botol coba, Banyak banget." Ucap keisya.
"hah? emang semalam gua minum sebanyak itu?" tanyaku.
"iyaa. Gak inget kan lu. Yaudah bentar gua ambilin obat dulu" ucap keisya.
Tak lama ia kembali membawakan obat untuk meredakan pengar yang ku rasakan, lalu segera aku minum obat tersebut. Rasa sakit yang terus mengganggu menjadi sedikit lebih tertahankan setelah minum obat tersebut. Tidak lama kemudian, Kak Angga keluar dari kamar kami. Sambutan hangat dan senyuman terukir di wajahnya ketika dia melihatku dan Keisya di dapur.
"pagi ayangg...." ucapnya sambil melihat ke arahku. Aku sedikit bingung dengan ucapannya barusan.
"hah? kakak ngomong sama aku?" ucapku bingung.
"iya ayangg. Gimana keadaan kamu? Kepala sakit? Mual?" ucap kak angga.
"ihh kenapa panggil ayang?" ucap ku.
"kan ayangg sendiri yang suruh aku manggil begitu. Gak inget ya semalam?" ucap kak angga.
"ciee.....ciee..... hihihi." Ucap keisya.
"hah? masa? Manggil kaya biasa aja ih." Ucap ku.
"emang kenapa sih ayang? Ayang ga suka?." Ucap kak angga.
"ahhh kakk.... maluu." Ucap ku.
"hahaha.....iya iya." Ucap kak angga.
"hahaha.... eh iya kalian mau makan apa? Biar gua pesenin." Ucap keisya.
"beli yang ada di sekitar sini aja, biar cepet." Ucap kak angga.
"hmmm.... nasi kuning mau?" ucap keisya.
"boleh tuhh." Ucap ku.
"okee aku pesen dulu ya." Ucap keisya.
Selagi menunggu sarapan aku tiba aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi, karena ku rasakan ingin pipis.
"eh mau kemana?." Tanya kak angga.
"mau ke kamar mandi, pengen pipis sama bersihin ini nih. Mmk aku yang belepotan peju kakak." Ucap ku sambil menunjukan kemaluan ku.
![](https://img.wattpad.com/cover/371509130-288-k15241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggi And Familly (18+)
KurzgeschichtenMenyambung cerita di series sebelumnya pengalaman anggi(18+). Setelah rahasia anggi dan angga terbongkar oleh kedua orang tuanya, kini mereka berdua menghadapi situasi yang gila. Kedua orang tuanya bukannya melarang, malah mereka mengikuti angga dan...